Share

Bab 8. Berpelukan

Penulis: Onynaga
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-27 16:23:50

Mentari telah muncul dari peraduan, setiap insan manusia kini siap memulai aktivitas. Begitu juga dengan seorang gadis berambut panjang diikat gaya ekor kuda. Sebuah apron telah melekat di tubuhnya, bersiap untuk membuka warung makannya.

Berbagai makanan telah ia susun rapi di steling makanan, kemudian ia beranjak untuk melap semua meja dan merapikan kursi, menyusun kotak-kotak tisu di atas meja. Ia memindai semua sudut warung makannya, setelah merasa semua rapi ia pun beranjak ke arah stelling untuk bersiap menyambut para pelanggannya.

Hari ini sang asisten tidak bisa menemaninya karena sedang sakit. Ia sendiri yang harus bekerja melayani para pelanggan.

"Satu piring nasi uduk, Mbak Ayu sekalian dengan teh hangatnya."

"Baik, Mas," ucap Ayu sopan.

Ia pun mempersiapkan pesanan dengat cekatan dan mengantarnya ke meja yang ditempati pelanggan tersebut.

"Silahkan dimakan, Mas," ucapnya setelah meletakkan sepiring nasi uduk dan teh hangat di atas meja.

"Terima kasih, Mbak Ayu. Sediri aja nih?" tanyanya sembari mengedarkan pandangan seperti mencari-cari sesuatu.

Ayu menggangguk sebagai jawaban. "Ati kemana emang?" tanya pria itu.

"Lagi sakit, Mas. Dari semalam sudah minta izin buat kerja hari ini," jawab Ayu dan meninggalkan pria itu.

Satu persatu pelanggannya telah bermunculan, Ayu dengan cekatan mengantar pesanan ke setiap meja pelanggan. Peluh mulai bercucuran dari dahinya. 'Seharusnya gue minta tolong anak Bu Sapri buat bantuin gue hari ini' bathin Ayu.

Ia sangat kewalahan di pagi ini, tanpa ia sadari seorang pria mengangkat piring-piring kotor dari atas meja dan memindahkannya ke dapur. Lengan kemeja digulung sampai ke siku, hingga menampilkan otot-otot kekar di lengannya.

"Kalau kamu capek, istirahat saja dulu. Biar saya yang melayani mereka."

Suara bariton mengagetkannya dan membuat ia harus membalikkan badan ke arah sumber suara. Sontak ia mengerjapkan matanya berulang kali, memastikan penglihatannya tidak salah.

"Bang A-dam?" Ayu terbata tak percaya dengan pria tinggi tegap di hadapannya.

"Benar ini Bang A-dam?" tanyanya lagi memastikan apakah pria itu benar-benar Adam yang ia kenal. Abang kelasnya sewaktu ia duduk di bangku SMA.

"Iya, ini Abang kesayangan kamu," jawab pria yang bernama Adam itu.

"Dari mana Abang tahu, kalau Ayu ada di sini?"

"Kamu istirahat saja dulu. Duduk sebentar mumpung belum ada yang beli. Piring kotornya biar Abang yang bereskan," ucap Adam sembari berlalu hendak mengambil piring kotor, tapi langkahnya terhenti ketika Ayu memanggilnya.

"Bang!" panggil Ayu dan Adam pun berbalik.

"Ada apa?" tanya Adam dengan lembut. Ternyata pria yang penuh rajaman di sekujur tubuhnya bisa selembut ini.

"Kangen," ujar Ayu dengan manja dan mendekat untuk memeluk tubuh Adam. Namun, sebelum memeluknya ia memasang apron pada tubuh pria itu dan mengikatnya denga rapi. Ia memeluk tubuh Adam dengan erat dan Adam mengelus punggung Ayu yang sudah ia anggap seperti adik sendiri.

Pemandangan di hadapannya membuat seorang pria mengeratkan kepalan tangannya, rahangnya mengeras, napasnya memburu, dan dadanya naik turun. Netranya menatap tajam seolah siap untuk menghunus dua insan yang sedang berpelukan itu. Giginya bergemelutuk ketika netranya bertatapan sekilas dengan pria yang memeluk Ayu.

Dito belum menyadari perasaan bosnya, ia melangkah dan memasuki warung dan berdehem agar dua insan itu saling melepaskan pelukan.

"Ehm."

Ayu segera melepaskan pelukan dari Adam dan membalikkan badan, sementara Adam ia langsung kembali menyimpan piring-piring kotor ke dapur dan mencucinya.

"Mau pesan apa Pak Dito?" tanya Ayu ramah. Capeknya sudah hilang dan wajahnya kini kembali bersemangat.

"Saya pesan lontong saja, Mbak Ayu. Jangan lupa teh hangatnya, Mbak," ucap Dito memperingatkan. Ia pun menoleh dan mendapati bosnya masih mematung yang padangannya tertuju entah kemana.

"Ren!" panggil Dito. "Lo kok masih bengong di situ? Lo jadi makan gak?" lanjutnya sambil menghampiri Rendra.

Ia pun mengibaskan tangan di depan wajah pria yang mengenakan kemeja berwarna abu-abu itu. Sontak Rendra mengerjapkan mata dan ia terkejut.

"A-apa?" ucap Rendra terbata.

"Lo mau pesan makan apa?" tanya Dito sekali lagi.

"Samain sama pesanan lo," jawab Rendra dan melangkah masuk ke warung tanpa menoleh pada Ayu.

"Mbak, Yu, jadi dua ya!" seru Dito dan melangkah mendekati Rendra.

"Siap Pak Dito," jawab Ayu dengan senyuman di wajah putihnya.

Ayu mengantar pesanan ke meja di mana Dito dan Rendra duduk dengan jantung berdebar. Ia menarik napas dalam dan menghembuskannya guna mengurangi debaran jantung. Entah kenapa asal ia melihat pria berkemeja abu-abu itu jangtungnya seolah ingin melompat dari rongganya. Apalagi semenjak kejadian di kebun kopi tempo lalu.

"Ini pesanannya Pak," ucap Ayu sembari meletakkan dua piring lontong ke hadapan Dito dan Rendra, tak lupa ia letakkan 2 gelas teh hangat.

"Terima kasih," ucap Rendra.

Dito memalingkan wajah menatap sang bos, keningnya mengkerut dan bola matanya hampir melompat keluar. Ia tak percaya atas apa yang didengarnya.

"Ia mengucapkan terima kasih?" gumannya lirih hampir berbisik.

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 25. Menerima Lamaran (End)

    "Ayo, masuk!" ajak Ayu begitu mereka sudah keluar dari mobil.Namun, langkah Rendra terhenti kala melihat sesuatu yang panjang tepat berada dekat pintu masuk rumah. Pria itu ragu melangkah dengan kaki gemetar dan telapak tangannya mulai berkeringat dingin."Kenapa?" Ayu membalik badan dan melihat Rendra yang mematung dan mengikuti tatapan mata pria itu yang tertuju pada sebuah benda di dekat pintu. Kemudian Ayu mendekat dan mengambil benda itu."ini hanya tali," ucap Ayu sambil menunjukkan tali tepat di wajah Rendra. "Kenapa kamu melihatnya seperti ular?" lanjutnya lagi.Sontak pria itu mundur dan memegangi dada. Napasnya memburu, keringat sebesar jagung sudah membasahi wajah tampannya. Ingatan tentang 21 tahun silam berkelabat di benaknya dan pria itu jatuh tersungkur dengan wajah menghadap tanah. Masih memegangi dadanya. Melihat hal itu dengan langkah terburu Ayu mendekati Rendra."Jauhkan tali itu," ucap Rendra dengan napas tersenggal.Tanpa pikir panjang Ayu langsung membuang tali

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 24. Lamaran Mendadak

    "Kamu pesan makanan dulu! Aku mau ke toilet," ucap Rendra begitu mereka sampai di sebuah Resort.Resort yang mereka kunjungi memiliki sebuah restoran yang dibuka untuk umum. Resort ini juga sangat unik karena ada area makan di tengah kolam.Sebelumnya Rendra sudah memesan tempat untuk mereka. Melalui koneksi yang ia punya, akhirnya ia bisa memesan tempat di area kolam. Karena tempat itu biasanya sangat diminati, jadi sebelum berkunjung harus memesan terlebih dahulu sehari sebelumnya. Atau bisa juga menunggu giliran. Namun, sangat kecil kemungkinan mengingat banyaknya pengunjung ke tempat itu."Sudah pesan?" tanya Rendra begitu tiba dan mendudukkan bokong di kursi sebelah Ayu."Sudah," jawab Ayu dengan lirih hampir tak terdengar. Namun, dari tempat Rendra duduk, pria itu masih bisa mendengar suara Ayu walau samar."Apa yang kamu pesan?" Kenapa banyak tanya sekali? Apa gak sabar menunggu pramusaji saja yang menyajikan. Saat di mobil saja diam, tak ada percakapan diantara mereka. Kenapa

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 23. Rencana Liburan.

    "Sambalnya enak, mah.""Uhuk."Sontak semua mata tertuju pada Ayu yang tiba-tiba saja terbatuk."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rendra menyodorkan segelas air putih pada Ayu. Dengan sigap Ayu meraih gelas pemberian Rendra dan menegak habis cairan berwarna bening itu.Setelah meletakkan gelas Ayu pun berucap, "tidak apa-apa."Namun, wajahnya sudah memanas bak kepiting rebus. Ia tidak bisa menyembunyikan wajahnya, satu-satunya cara adalah dengan menundukkan kepala dan berpura-pura memotong daging, padahal potongan sudah pas untuk masuk ke mulut."Ayu yang membuat sambalnya, Pak," ucap Roma seakan tak peduli dengan keadaan sahabatnya."Enak sekali," puji Bayu dan Nia hampir bersamaan.Tidak dapat diragukan sambal racikan Ayu memang pas di lidah. Rasa pedas yang membuat lidah seakan terbakar dan menggoyangkan lidah tergantikan dengan adanya rasa manis dari sambal.Rendra yang memperhatikan Ayu yang semakin menunduk malu akhirnya menyodorkan ikan bakar, yang tentunya telah ia sisihkan tulangny

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 22. Outdoor Party 2

    "Kenapa lo bisa kesini?"Roma bergeming tak menjawab pertanyaan Ayu. "Kau lihat Pak Rendra itu dari tadi asik kau saja yang dilihat.""Jangan lo alihkan pertanyaan gue!" ketus Ayu sambil menepuk kepala Roma dengan serai."Sakit!" Roma meringis kala menerima pukulan di kepala dan membuat ia harus memijitnya."Lo pacaran ama Pak Dito?"Pertanyaan telak membuat Roma membelalakan mata. Sepandai pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Sepandai pandainya menyimpan hubungan pasti akan ketahuan."Sejak kapan? Kenapa gak cerita?" cecar Ayu sembari mengangkat dagu.Dengan malu-malu Roma akhirnya menjawab,"sudah lama." Roma pun melirik pria yang sedang mereka bicarakan."Trus?""Terus apa?""Kenapa lo gak cerita?""Kau gak ada nanya," elak Roma.Hubungan Roma dan Dito sudah berlangsung lama, terbilang sejak Ayu masih bekerja di kantor yang sama dengan Ayu. Mereka merahasiakan hubungan itu karena tidak ingin diketahui oleh teman sekantor. Lagi, di perusahaan mereka bekerja tidak boleh ber

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 21. Outdoor Party

    Ayu berlari begitu melihat Roma turun dari mobil. Tak menyangka sahabatnya yang berasal dari Tapanuli itu datang ke desa X. Mereka berpelukan sebagai tanda melepas rindu setelah Ayu mencium pipi kiri dan kanan Roma secara bergantian."Ayo kita ke sana."Ayu mengajak Roma ke arah meja yang berada di halaman villa. Mobil yang ditumpangi Roma, terparkir di halaman belakang hanya untuk menurunkan barang-barang yang dibawa dari kota. Bahan makanan yang khusus dibeli oleh keluarga Narendra. Sebagian bahan makanan akan mereka pakai untuk acara outdoor party malam ini.Seperti yang telah dijanjikan oleh Deasy, ibu dua anak itu mengajak Ayu untuk datang ke villa mereka. Sebelumnya, Deasy juga sudah ke warung Ayu. Meski warung Ayu tampak kumuh dari luar, Deasy tetap melangkah masuk ke warung tanpa merasa jijik sedikit pun. Karena di dalam warung tampak bersih, rapi dan kinclong berbeda dengan penampakan dari luar. Deasy memesan nasi uduk buatan Ayu, satu suapan masuk ke mulut dan berlanjut ke s

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 20. Kakak dan Adik

    "Apa Kakak perlu bantuan?""Tidak," jawab Rendra dengan cepat.Bantuan yang dimaksud Nia adalah untuk mendekati Ayu. Ia tahu sang kakak sangat kaku dan tak tahu bagaimana cara untuk bersikap romantis. Entah bagaimana Rendra bisa berpacaran dengan Calantha dan menikah meski gagal."Kakak yakin tidak perlu bantuanku?" tanya Nia sekali lagi.Rendra mendengus kasar, memandang keponakan dan adik iparnya yang sedang bermain di halaman belakang villa. Sedangkan mereka duduk bersebelahan di sebuah ayunan sembari minum teh hangat.Rendra mengambil pisang goreng buatan bik Minah, pengurus villa yang sudah bekerja sejak Rendra masih kecil. Memasukkan ke mulut dan menggigit sedikit, rasa manis terasa di lidah dari pisang yang telah digoreng bercampur dengan tepung.Bik Minah memilih bekerja di villa karena umurnya sudah tidak muda lagi, tenaganya juga sudah mulai berkurang. Jika di villa tidak terlalu banyak yang dikerjakan karena villa jarang ditempati. Karena keluarga Narendra semua sedang ada

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status