Marinne's Wedding

Marinne's Wedding

last updateLast Updated : 2025-11-19
By:  Bluberry SolenneOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
10Chapters
195views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Marinne ingin lepas dari pernikahannya dengan Moss, tetapi suaminya menahannya dengan alasan tak di mengerti, saat rahasia gelap dan masa lalunya muncul, Ia harus memilih antara menuruti aturan keluarganya atau menghadapi bahaya yang mungkin akan mengubah kehidupannya di masa depan.

View More

Chapter 1

Bab 1 - Klausul Pernikahan

Marinne Voss menarik napas panjang sebelum memasuki rumah besar itu — rumah yang secara hukum adalah miliknya juga, tetapi terasa seperti museum yang dijaga oleh hantu. Rumah keluarga Voss memang selalu sunyi, selalu dingin, selalu terasa mengawasi. Seolah dindingnya mengingat setiap rahasia.

Begitu pintu digeser, suara engsel memecah ketenangan, lalu mengembalikannya menjadi sunyi lagi.

Ia baru saja pulang dari kantor lamanya; tempat ia mencoba kabur dari perannya sebagai “Nyonya Voss” meski hanya dua jam.

Di ruang tengah, koper pakaian Marinne tergeletak begitu saja. Terbuka. Berantakan. Seakan dicampakkan.

Marinne memicingkan mata. “Serius?”

“Selamat malam, Ny—”

Aster, asisten Darian, muncul dari lorong dengan wajah datar khasnya. “Tuan Darian meminta barang-barang Anda dipindahkan.”

“Ke mana?”

“Keluar dari kamar utama.” Aster menelan ludah, tak sanggup menatap mata Marinne. “Kamar-kamar lain… semuanya juga sudah dikunci.”

Tangan Marinne mengepal. “Dia menganggap ini permainan?”

Aster terdiam. Tak mungkin ia mengiyakan.

Marinne mengangkat koper itu dengan kasar. Lalu menunjuk pintu kamar tamu di sebelah barat. “Buka.”

“Tidak bisa, Nyonya.”

Marinne mendekat, menarik napas panjang, lalu memutar kenop. Terkunci. Sama seperti semua pintu sepanjang lorong. Seolah rumah ini menolak keberadaannya.

“Kalau begitu,” Marinne berujar getir, “aku tidur di ruang tengah. Seperti gelandangan.”

Aster hampir ingin menawarkan selimut, tapi ia tahu Darian akan marah. Jadi ia hanya menunduk sebelum mundur.

Ketika rumah akhirnya benar-benar sunyi, Marinne merebahkan tubuh di sofa. Lampu-lampu kristal di atasnya redup, membuat bayangan-bayangan panjang bergerak seolah rumah itu bernapas.

Ia mencoba memejamkan mata, tetapi udara terlalu dingin. Atau mungkin hatinya yang dingin.

Darian Voss — suaminya — sudah tiga minggu tak pulang. Atau mungkin pulang diam-diam dan pergi tanpa suara lagi. Ia memang begitu; pria yang bisa ada dan tiada tanpa jejak.

Dan tetap saja ia sempat mengusir istrinya dari kamar, padahal ia bahkan tak ada di rumah.

“Brengsek,” gumam Marinne, lebih lirih daripada marah.


Pagi datang seperti kabut — pelan, berat, dan tidak membawa kehangatan apa pun.

Saat Marinne bangun, koper make-up-nya sudah ada di meja. Diletakkan rapi. Sangat rapi. Terlalu rapi.

Ia menatapnya curiga. “Jadi semalam dia pulang?”

Tidak ada jawaban, tentu saja.

Marinne berdandan cepat. Ia menatap cermin dan melihat versi dirinya yang semakin asing: rapi, kaku, wajah elegan namun kosong. Pernikahan membuatnya terlihat lebih dewasa dari usianya — atau lebih letih.

Saat ia turun, suara Aster terdengar tergesa. “Nyonya, Anda harus kembali siang ini. Ada pertemuan keluarga mendadak.”

“Pertemuan apa?”

“Saya… tidak diberi penjelasan.”

“Tentu saja,” Marinne mendecak, “keluarga ini tidak pernah menjelaskan apa pun.”

Ia keluar rumah sebelum Aster sempat menawarkan mobil. Ia butuh udara. Ia butuh jarak.

Namun baru saja sampai kantor, teleponnya berdering tiga kali — pola yang hanya digunakan keluarga Voss jika keadaan genting.

Marinne menjawab. “Halo?”

Suara tante iparnya, Lady Celestine, terdengar pecah.

“Marinne… pulang sekarang. Patriark… jatuh tadi pagi.”

Marinne langsung tegak. “Jatuh? Maksud Tante—”

“Beliau tidak sadar. Cepat pulang.”

Telepon terputus sepihak.

Tubuh Marinne memanas dingin. Tanpa pikir panjang, ia memerintahkan sopir kembali. Seluruh perjalanan seperti mimpi buruk yang berjalan terlalu lambat.

Saat tiba di Estate utama keluarga Voss, para pelayan berseragam hitam sudah berkerumun. Wajah-wajah tegang, bisikan panik. Dokter keluarga berdiri di depan kamar Patriark dengan wajah tak baik.

“Bagaimana keadaan beliau?” suara Marinne bergetar.

Dokter itu hanya menggeleng. “Kami… sudah terlambat.”

Dunia berhenti.

Marinne memegangi kusen pintu untuk tidak jatuh. “Tidak… Tidak mungkin…”

Patriark — ayah mertua yang meski dingin namun selalu adil — tidak mungkin pergi begitu saja.

Ketika kain putih menutupi tubuh tua itu, dada Marinne sakit. Bukan karena kedekatan, tetapi karena firasat: ini tidak wajar.

Bisikan pelayan di belakangnya menegaskan itu.

“Tadi malam… beliau menolak ditemani siapa pun di ruang anggur.”

“Katanya ada sesuatu yang ingin dicek…”

“Lalu suara kaca pecah… dan—”

Bisikan terputus.

Karena Darian muncul.

Diam.

Dingin.

Berdiri di belakang Marinne seperti bayangan gelap.

Dan untuk pertama kalinya, tatapan mata itu bukan marah.

Bukan benci.

Tapi… takut.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
10 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status