Fleur's Wedding

Fleur's Wedding

last updateLast Updated : 2025-10-30
By:  Bluberry SolenneOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
5views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Fleur ingin lepas dari pernikahannya dengan Anshel, tetapi suaminya menahannya dengan alasan tak di mengerti, saat rahasia gelap dan masa lalunya muncul, Ia harus memilih antara menuruti aturan keluarganya atau menghadapi bahaya yang mungkin akan mengubah kehidupannya di masa depan.

View More

Chapter 1

Bab 1 - Klausul Pernikahan

Kehidupan rumah tanggaku seperti sebuah papan catur, aku hanya pion yang bergerak di antara dua raja.

“Nyonya saya mohon, jangan masuk. Tuan Anshel sedang ada tamu.”

Fleur tidak mempedulikannya dan terus melangkah. 

Wanita berusia tiga puluh tahun itu terus membujuk dan mencoba menghalang Fleur kembali. 

“Nyonya Fleur, tolong… tunggu dulu di ruangan sebelah, Tuan Anshel bisa marah!”

Suara sekretaris terdengar gugup. 

Namun Fleur terus melangkah di koridor panjang dengan langkah mantap, gaun krimnya bermotif bunga lili bergoyang mengikuti irama tumit yang beradu dengan lantai marmer, parfumnya yang beraroma bunga manis dan mewah langsung menyebar.

Saat tiba di depan ruangan, ia mendengar suara samar dari dalam. Fleur memegang gagang pintu itu dan langsung membantingnya dengan keras. 

Fleur melenggang memasuki kantor suaminya, Anshel Robinson, cucu Raja Robinson II. Ayahnya, Arthur Robinson, meninggalkan istana untuk mengejar kekuasaan di dunia bisnis, meninggalkan tahta di belakangnya.

Dengan mata kepalanya sendiri ia memergoki suaminya tengah berduaan dengan wanita tinggi semampai. Bibir mereka saling melumat tanpa rasa bersalah, sementara tali gaun wanita itu melorot hingga memperlihatkan kulit bahunya. Tangan Anshel tak berhenti di pinggang, jari-jarinya turun, menelusuri lekuk tubuh kekasihnya dengan desahan yang membuat dada Fleur terasa sesak, Fleur mengalihkan pandangannya melihat sekeliling. 

Kantor Anshel di hiasi lampu kristal besar, mejanya yang eksekutif kayu gelap mengkilap, serta di sebelah kanan ada lukisan keluarga bangsawan di dinding, dan yang paling memanjakan mata jendela tinggi itu menampakkan pemandangan kota modern.

Batinnya Fleur bergejolak. Ia menatap menatap mereka dengan perasaan campur aduk. 

Aku memang tidak mencintainya, tapi tidak bisakah dia menghargai pernikahan kami? 

Fleur sudah mulai naik darah, karena mereka terus mengabaikan kehadirannya. Ia bicara dengan tegas. 

“Tuan Anshel, kita akhiri semuanya, lalu menikahlah dengan Nona Ava Grace!”

Anshel menghentikan ciumannya. Ia mengatur napasnya lalu memiringkan wajahnya

“Hai Fleur, kau disini?”

Fleur meletakkan kedua tangannya di meja kerja suaminya sambil membawa dokumen di tangannya, lalu mencondongkan badannya. 

“Nona Ava Grace, apakah kau tidak tahu malu duduk di pangkuan suami orang lain?”

Ava Grace bangkit dari pangkuan Anshel. Memandangi Fleur. 

“Nyonya Robinson. Ooh bukan, Nona… Princetta Fleur Ruthven. Kau tahu… kalau kami saling mencintai. Dan kaulah yang sudah merebut dia dariku, jangan halangi cinta kami!” 

Fleur memutar kedua bola matanya, lalu menghela napas. 

“Baiklah aku tidak akan membuang waktu dan tenagaku. Asal kau tahu, aku tak pernah mencintainya, orang tua Kamilah yang mengatur perjodohan ini, oleh karena itu… bersabarlah! jangan berbuat hal tercela di sini. Aku yakin Ibu mertuaku akan mengusirmu dari sini jika dia tahu!”

Dengan lembut Anshel memegang tangan kekasihnya dan memintanya pergi dari ruangannya. Wanita itu setuju lalu mereka berciuman di depan Fleur. 

Fleur membetulkan sarung tangannya. 

“Tuan Anshel, kau pikir… aku tidak tahu permainan licikmu?”

Anshel bangkit dari sandaran perlahan. Jas hitamnya masih rapi, tapi sorot matanya menilik. 

“Maksudmu apa, Nyonya Robinson?”

Fleur melempar map berisi dokumen ke meja.

“Anshel, apa kau berencana menipuku? Kenapa kau memperbarui klausul pernikahan kita tanpa sepengetahuanku?”

Anshel tersenyum miring, senyum licik yang selalu membuat darah Fleur mendidih.

“Karena kau tidak patuh padaku. Beberapa bulan terakhir ini kau lebih sering di rumah ayahmu daripada di rumah kita.”

Fleur menatap tajam.

“Lantas bagaimana soal skandalmu dengan gundikmu itu?”

Anshel menoleh perlahan, ia menekankan. 

“Dari awal, dia kekasihku. Bukan orang ketiga dalam rumah tangga kita.”

Fleur mendengus. “Dasar pria manipulatif.”

Ia menyilangkan tangan. 

“Ubah isi kontraknya, dan kita akhiri semuanya. Aku tidak mau jadi tawananmu seumur hidupku, Tuan Robinson,.”

Anshel tetap tenang.

“Kita bisa mengakhiri klausul itu... kalau kau sudah memenuhi peranmu sebagai istriku.”

Fleur menatapnya dengan nada sinis.

“Bukankah selama ini aku selalu menuruti kemauanmu?”

Anshel berdiri, langkahnya mantap menghampiri.

“Aku akan menceraikanmu setelah kau melahirkan anak-anakku.”

Fleur tertegun, kemudian mundur selangkah.

“Aku tidak akan melakukannya.”

Namun tangan Anshel lebih cepat. Ia menarik tubuh Fleur, membenamkannya ke dinding. Rambutnya disibak ke belakang, napasnya yang hangat menyentuh kulit lehernya.

“Mulai malam ini,” bisiknya lembut tapi tajam, “Taati kontraknya. Tidurlah di ranjang yang sama denganku, maka kau akan bebas.”

Fleur menatapnya lama, senyum licik perlahan muncul di wajahnya.

“Kalau begitu,” ujarnya pelan, “Bersiaplah Tuan Robinson. Karena aku juga tahu cara menepati kontrak dengan caraku sendiri.”

“Coba saja,” balasnya menantang.

Dengan perlahan Fleur melingkarkan kedua tangannya ke leher Anshel. 

Anshel tersenyum kegirangan. Ia langsung memeluk pinggang istrinya. 

Fleur menatapnya, ia berusaha menggodanya. 

“Tidak perlu menunggu malam datang. Sayang, bagaimana kalau kita lakukan di sini saja?”

Anshel setuju, ia mengencangkan pelukannya, lalu mencium daun telinganya namun saat berusaha mencium bibir istrinya,  dengan cepat Fleur mendekat ke leher suaminya, menahan napas sejenak, lalu menggigit kulitnya keras hingga meninggalkan jejak merah dan membuat Anshel tersentak.

“Arrrggghhh.”

“Jangan meremehkanku, sekarang tandatangani surat kesepakatan yang sudah ku buat.”

Anshel hanya tertawa pelan, menahan rasa sakit. 

“Kau benar-benar wanita berbahaya, Princetta Fleur Ruthven,” lalu ia kembali duduk. 

Fleur menyerahkan surat dokumen di meja kerja suaminya, ia melirik menatap Anshel dan menunjuk kertas itu dengan matanya.

“Jangan buang-buang waktu, cepat tanda tangani ini.”

Anshel membuang napas dalam-dalam, ia duduk dan berpikir beberapa saat, ketika ia mengambil pulpen, tiba-tiba saja ada asistennya yang mengetuk pintu dan memberitahu bahwa jadwal atasan berikutnya harus menghadiri undangan kehormatan dari istana kerajaan. 

Belum juga menandatangani ia bersandar ke kursi dan berdiri lalu memakai jasnya. 

“Maaf istriku tercinta, aku harus segera rapat.”

Ia pun pamit sambil meninggalkan senyuman manisnya, tapi penuh kepalsuan. 

Fleur menatap punggung suaminya dan berteriak. 

“Anshel!”

Anshel hanya menoleh sedikit. 

“Kalau kau mau tanda tangan dariku patuhi kontrak yang ku buat dulu dan… Kalau kau bersedia temani aku meeting, mereka pasti akan senang kalau kita terlihat seperti suami istri yang kompak dan romantis.”

Fleur menolak ajakannya. 

Anshel mengerti, ia merapikan barangnya dan melangkah pergi dari ruangannya. 

Fleur hanya bisa berteriak seperti kerasukan. 

“Aaaaarrrrrrggghhh, Anshel Robinson KETERLALUAN!”

Staf Anshel yang mendengar suara Fleur hanya saling melirik dan menggelengkan kepala. 

Fleur duduk di kursi kerja Anshel lalu menarik napas dalam-dalam, ia mulai memejamkan matanya dan memutar-mutar kan badannya. Sesaat kemudian ia berhenti. 

Ia tersenyum licik, diam-diam ia memasukkan virus di laptop Anshel. lalu ia pun tertawa terbahak-bahak. 

Lagi dan lagi karyawan yang mendengar suaranya hanya saling melirik lalu mengangkat alisnya. 

Salah satu staf nyeletuk. 

“Aku lebih suka mendengar dia teriak atau marah-marah.” 

Staf lainnya menjawab sambil mengangkat bahu. 

“Aku juga, Tuhan tolong akurkan mereka!”

Ujarnya lalu kembali bekerja. 

Fleur berjalan meninggalkan ruangan suaminya dengan riang. 

“Aubrey… aku pulang dulu ya!” ucapnya sambil melambaikan tangan ke yang lain juga. 

“Baik Nyonya, Hati-hati di jalan!”

Fleur mengangguk dengan senyuman manisnya. 

Lalu ia masuk ke mobilnya.

“Barack, tolong bawa aku ke kebun Apel ya?!”

Supirnya mengangguk lalu tancap gas sesuai tujuan. Namun saat di tengah perjalanan ia di telepon oleh sahabatnya, Smith Cedric. 

Suara Smith terdengar ramah dan akrab. 

“Fleur aku sedang mengobrol dengan Ayahmu kapan kau datang?”

Wajah Fleur langsung ceria. 

“Smith… kau lagi di kantor Ayahku?”

“Tidak aku sedang berenang di tengah laut, Fleur!”

Fleur tertawa. Begitu juga dengan Smith. 

“Baiklah aku akan kesana sekarang!”

Lalu ia menutup telepon dan menyuruh supirnya merubah arah tujuan. 

Beberapa menit kemudian ia tiba di rumah Ayahnya. 

Ia langsung memeluk sahabatnya. 

“Hey mana pacarmu?”

Smith langsung mencari ke dalam kantong kemejanya, lalu ia mengeluarkan sesuatu dari kedua kantong celananya sampai bagian dalamnya saku berwarna putih di keluarkan. 

“Maaf Fim aku tidak menemukannya,” ucapnya sambil tertawa. 

Fleur tertawa melihat tingkah Smith yang selalu bercanda. 

“Hahahahah, sudah… aku tahu kau tidak akan menemukannya kalau selalu begini.”

Air mata Fleur sampai keluar, ia pun mengusapnya dengan jarinya. 

“Fleur aku bermaksud menghiburmu, kau malah menangis!”

Akhirnya Fleur minta sahabatnya itu berhenti menggodanya. 

Ayahnya Wesley Ruthven menyapanya. Dan mereka saling cium pipi dan berpelukan, sudah tradisi orang Eropa. 

“Aku akan membuat kopi, kau mau?”

tawar Smith. 

Ayah Fleur melarangnya membuatnya, karena dia akan menyuruh pekerja membuatkannya untuk mereka. Tapi ia memaksanya. 

Ketika Smith pergi. Fleur sempat melirik sebentar ke arahnya, lalu berbisik pada Ayahnya. 

“Ayah!” panggil Fleur sambil meletakkan tasnya di atas meja. 

“Hemmm,” jawabnya sambil membersihkan kacamatanya 

Ia menatap Ayahnya yang sibuk sendiri. 

“Seandainya aku…”

Belum sempat melanjutkan ucapannya, ponselnya ada notifikasi. 

“Kalau kau belum bercerai juga aku akan membunuhmu, atau… Ayahmu dulu yang harus aku lenyapkan, Fleur!”

Bersambung. 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
5 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status