“Mami, ayo kita liat gadis yang ada di kamar Charlos!” ajak Naomi pada Paulina dengan penuh semangat.“Aku tidak berani, Nao. Kau dengar yang tadi diperintahkan oleh Brian? Kau harus tinggal dan duduk saja di sini,” sahut Paulina menolak ajakan Naomi.“Ayolah, Moms. Itu tidak akan menjadi masalah besar kalau kita hanya melihatnya. Apa Mami tidak penasaran dengan keadaan gadis itu? Apakah semalam Mami ikut membantunya?” tanya Naomi yang pandai sekali merayu hati Paulina.Sejujujurnya, Paulina memang sangat penasaran dengan keadaan gadis itu. Semalam, matanya sangat mengantuk karena terlalu banyak makan. Jadi, dia tidak bisa menahan matanya untuk tetap terjaga. Pagi ini semuanya sudah berkumpul di meja makan dan Paulina tidak berani bertindak terlebih dahulu sebelum Charlos datang.Naomi yakin jika Paulina akan setuju dengan ajakannya itu. Mana mungkin Paulina tidak penasaran, karena Naomi sendiri sudah mengetahui sisi lembut Paulina sebagai seorang ibu. Dia adalah wanita yang penuh per
Charlos tinggal di dalam kamar itu dan memperhatikan Thabita yang memaksakan diri untuk bisa duduk dan bersandar. “Tenanglah di ranjangmu dan jangan bergerak jika itu tidak penting!” titah Charlos dengan nada yang sangat tegas dan juga penuh tekanan.“Aku harus pergi, Tuan!” seru Thabita dengan menahan rasa sakit di perutnya.“Ke mana kau akan pergi dengan luka berat seperti itu? Kau ingin mengarungi lautan lagi?” tanya Charlos dengan nada menyindir pada gadis itu.“Bukan begitu, tapi ....”“Tetaplah di sana dan jangan ke mana-mana! Atau aku benar-benar akan melemparmu ke lautan lagi!”“Kau melarangku pergi? Lalu, maukah kau membersihkan kotoranku di sini nanti?”Mendengar pertanyaan dari Thabita itu, tentu saja kening Charlos langsung membuat lapisan yang sangat banyak. Dia tidak mengerti apa hubungannya dengan gadis itu ingin pergi dan juga kotoran? Apa yang dia katakan? Charlos harus membersihkan kotoran seorang wanita? Yang benar saja!Sementara itu, Paulina yang sebenarnya sudah
Charlos tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, merasa tidak tega meninggalkan gadis yang tidak dikenalnya dengan perasaan tak tega. Namun, saat berhadapan dengan Thabita entah mengapa dia seperti tidak bisa membiarkan gadis itu menderita sendirian. Ada perasaan iba yang tak bisa dia jelaskan saat ini.“Sudah?” tanya Charlos ketus.“Sebentar lagi,” jawab Thabita dari dalam toilet.“Kau jangan menguping di depan pintu. Aku malu!” teriak Thabita yang mendengar suara Charlos sangat dekat dengan jarak toilet duduknya saat ini.“Lalu, kau ingin aku menunggu di luar kamar?” tanya Charlos lagi dengan perasaan kesal mendengar ucapan Thabita padanya.Selama Charlos dan Thabita masih sibuk berdebat dan mereka berdua terdengar seperti sepasang kekasih yang bertengkat, Paulina pun memilih pergi keluar dari kamar itu dan melakukan hal lain. Dia tidak bisa melakukan apapun sekarang, karena hanya seorang diri. Semua orang sudah sibuk dengan pasangannya sendiri.Brian sudah bersama Naomi d
“Kau mau ke mana?” tanya Queen pada kekasihnya itu dengan nada tak bersahabat.“Aku ada urusan penting, Sayang. Aku harus pergi sekarang, dan aku janji kita akan bertemu lagi nanti,” jawab Samuel dan mengusap wajah Queen dengan sangat lembut.“Kapan? Aku bahkan tidak tahu kapan nanti yang kau maksud itu. Kau sendiri juga tidak tahu bukan? Tidak ada yang bisa kau lakukan sesuatu?”“Melakukan apa maksudmu, Sayang?” tanya Samuel dengan nada mesra pada Queen.Dia juga merasa tidak nyaman sebenarnya karena harus meninggalkan Queen saat ini. Namun, Samuel tidak punya pilihan lain karena memang dirinya saat ini sangat dibutuhkan oleh anggota kelompoknya. Samuel tidak bisa bersantai lagi sekarang, karena baginya keselamatan kelompoknya juga lebih penting.Queen yang jelas sedang merasa kesal pada lelaki itu, lalu memalingkan wajahnya pertanda dia sedang merajuk. Samuel mengerti dengan sikap Queen saat ini karena memang seperti itulah wanita jika sedang kesal atau merajuk pada prianya. Meskipu
Mereka bertiga akhirnya saling tersenyum dan kemudian tertawa dengan bahagia. Queen sudah bisa melupakan sedikit kesedihannya karena baru saja ditinggal pergi oleh Samuel. Dia akan meyakinkan hatinya bahwa Samuel pasti akan menepati janji dengan datang secepat mungkin menemuinya. Meskipun sampai saat ini Queen tidak tahu pekerjaan apa yang dikerjakan oleh Samuel dan membuatnya seperti sangat terkekang itu.Samuel bahkan tidak bisa bertemu dengan dirinya dan itu tentu saja membuat Queen merasa sangat sedih. Saat makan siang di tepi pantai dan ditemani terpaan angin yang terasa sangat dingin di kulit, tapi cuaca masih panas cetar membahana.“Kak, apakah kau tahu sesuatu tentang Samuel?” tanya Queen di sela menikmati puding buah di dalam cup keramik mahalnya itu.“Tentu. Apa yang tidak bisa aku ketahui selama dia masih ada di negara-negara kekuasaan kita!” jawab Brian dengan nada sombong dan tatapannya tertuju pada Naomi.Di balik kacamata merah yang berfungsi untuk melindungi bola mata
Paulina tidak ingin mengganggu putrinya dan hanya bisa tersenyum dengan hati bahagia. Dia tahu sekarang Queen sedang dilanda asmara dan dimabuk cinta. Jadi, dia tak ingin mengganggunya untuk tetap tinggal dan bermain di tepi pantai.Sama halnya dengan Queen yang beranjak dari meja makan itu, sepertinya Charlos juga ingin segera kembali ke kamarnya. Di sana masih ada seorang gadis yang terbaring di atas ranjang tidurnya.“Tuan, apa ada yang harus aku kerjakan di sini?” tanya Charlos kepada Brian dan tidak berani melirik ke arah Naomi yang sudah memakai bikini pantai.“Tidak. Aku dan istriku akan berselancar di pinggir pantai,” jawab Brian yang juga sudah siap dengan seragam renangnya.“Apakah itu aman? Atau aku perlu mendampingimu, Tuan?” tanya Charlos lagi yang merasa itu adalah hal yang harus didampingi karena cukup berbahaya.“Tidak. Aku bisa menjaga diriku dan istriku sendiri. Kau tidak dibutuhkan, Charlos! Pergilah dan urus wanita yang tidur di ranjangmu itu. Mungkin, dia butuh ke
Thabita tidak dapat bergerak ketika dia melihat dengan jelas bahwa wajah Charlos berada tepat di depan wajahnya saat ini. Begitu pula dengan Charlos yang dapat melihat wajah Thabita dalam mimik yang pucat dan juga gugup. Sebenarnya, Charlos pun merasa tidak tenang berada sedekat ini dengan seorang wanita.“Kau sangat membuatku repot! Aku sudah bilang jangan banyak bergerak, tapi kau malah mencoba untuk tetap berjalan!” gerutu Charlos dengan nada kesal dan kemudian menjauhkan dirinya dari Thabita.“A-aku tadi merasa sudah baikan dan berharap sudah bisa untuk berjalan.” Thabita berkata dengan ragu.“Kenapa? Memangnya kau akan ke mana?” tanya Charlos dengan nada heran sembari membuka kotak perlengkapan pertolongan pertama yang kini sudah ada di tangannya.“Kau ingin pergi dengan keadaan terluka parah seperti ini?” tanya Charlos mengulangi lagi ucapannya.“Aku sudah mendengar yang kalian bicarakan. Bukannya kalian akan pergi besok pagi? Itu artinya hanya malam ini waktuku di sini dan sete
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka