Share

Bab 2

(Nia pov) 

Seperti janji Mas Bayu, dia selalu menghubungi, aku dan Nana setiap hari. Bahkan setiap jam saat minggu-minggu pertamanya di Cina, Mas Bayu tidak bosan-bosannya menanyakan kabar kami, jujur aku sangat lega meski awalnya hati ini dihantui ketakutan jika semua janji itu bohong, tapi ku memantapkan keyakinanku mengingat kami telah menikah enam tahun. Sudah sepatutnya aku sebagai istri percaya padanya meski kami terhalang jarak. Karena jarak bukan sebuah batasan untuk tidak salah percaya.

("Apa, kabar Papa?") 

 Nana terlihat sangat gembira, setiap mendapatkan telpon dari Papanya dan aku turut senang karena kabar yang kami dapatkan. 

("Apa, kabar anak Papa yang cantik. Anak Papa belajar apa tadi di sekolah?") 

Nana begitu girang, saat mendengar pertanyaannya dari Mas Bayu di seberang sana, aku sangat lega, karena Mas Bayu selalu menunjukkan perhatian dan tanggung jawab meski jarak kami terpisah jauh. 

Hari ini tepat ke sembilan bulan Mas Bayu di Cina, tidak terasa waktu berlalu begitu cepat dan rasa rindu bisa diobati saat Mas Bayu menghubungi kami. 

Jujur ada rasa curiga, tapi aku tidak ingin memperkeruh keadaan, karena aku ingin Mas Bayu meraih keinginannya. 

Mas Bayu tidak henti-hentinya menanyakan aktivitas buah hati kami, karena dua bulan terakhir, aku sengaja memasukan Nana ke sebuah PAUD yang tidak jauh dari rumah, agar Nana memiliki aktivitas untuk menunjang tumbuh kemang kecerdasan aktif balita sepertinya.

( "Papa kapan pulang? Nana kangen.") 

Aku tersenyum sembari menatap mata Mas Bayu saat membalas pandanganku di seberang sana, aku sadar Mas Bayu juga merasakan hal yang sama terhadap Nana.  

Aku tahu, semua ini sangat berat bahkan aku merasakannya dan sangat ingin meminta Mas Bayu kembali, tapi aku sadar keadaan tidak memungkinkan dan aku tidak ingin mengecewakan Mas Bayu dengan keegoisanku. 

("Oya, Sayang mungkin akhir-akhir ini aku akan jarang menghubungimu, pekerjaanku di sini semakin menumpuk karena jabatanku di naikani oleh direktur perusahaan, membuat tanggungjawab pekerjaanku semakin bertambah.") 

Jujur rasa kecewa seketika dihati ini menyeruak bahkan ada rasa curiga dihatiku, tapi aku sadar semua pengorbanan kami kini telah membuahkan hasil, terbukti. Jabatan Mas Bayu dinaikkan oleh pihak perusahaan dimana ia bekerja di China. 

("Mas, tenang saja, Aku sangat mengerti.") 

Aku mencoba memahami keadaan ini, meski rasanya aku ingin protes. 

("Selamat, ya. Mas, atas kenaikan jabatannya, semoga Mas semakin sukses di sana.") 

Hanya ini doa ku, do'a untuk orang yang aku cintai, aku hanya ingin dia segera kembali pulang dan berkumpul bersama. 

("Terimakasih sayang. Jaga diri kalian baik-baik, ya.") 

Hati ini begitu teduh, saat Mas Bayu selalu memberikan perhatian pada aku dan Nana

("Baiklah, Papa pamit dulu, ya, Papa harus istirahat. Ingat jaga kesehatan kalian berdua, Papa mencintai kalian.") 

Ingin ku menahannya, tapi lidah ini kelu untuk sekedar berucap' tunggu', karena aku sadar Nana juga masih ingin melanjutkan obrolan ini, hingga akhirnya layar ponsel kembali seperti semula, Nana memelukku dengan erat sambil menangis, aku merasakan apa yang gadis kecil ini rasakan, karena aku juga merasakan hal demikian 'kecewa'. 

******

Nia pov. 

Hari berganti bulan, aku lega meski Mas Bayu menghubungi kami tidak seperti bulan-bulan sebelumnya, setidaknya Mas Bayu masih menyempatkan waktu sibuknya untuk menghubungi kami dan memberitahukan kabarnya di sana dan menanyakan kabar kami di sini, jujur ada rasa kecewa karena kini komunikasi kami terhalang oleh waktu dan kesibukan, tapi aku selalu mencoba mengerti mengingat semua untuk masa depan. 

Tutur kata Mas Bayu selalu menjadi penyemangat dan kepercayaan untukku saat dia menelpon atau melakukan video call, lega rasanya meski aku tidak bisa menggapainya. Semua sudah lebih dari cukup membuatku bahagia asalkan apa yang Mas Bayu inginkan tercapai di sana. 

Bohong jika aku tidak merindukannya, hanya mendengar suaranya saja sudah membuat ku melayang, kadang aku menghayal suatu saat nanti Mas Bayu kembali, aku tidak akan melepaskannya seperti saat ini, aku akan menahannya karena rasa cinta yang aku miliki. Bahkan aku membayangkan saat kami berjumpa kelak, akan ada kata-kata manis dan romantis yang terucap dari bibirnya seperti dahulu saat kami menjalin kasih. Akan tetapi aku harus bersabar menunggu kepulangan Mas Bayu, karena waktu masih terlalu lama untuk kami berjarak. 

*********

Hingga akhirnya, Bulan berganti tahun, Nana kini mulai bersekolah ditaman kanak-kanak dan perubahan semakin terasa, karena akhir-akhir ini Mas Bayu sangat jarang menghubungi kami. Dengan alasan sibuk Mas Bayu tidak bisa menghubungi kami hingga aku tidak habis pikir, begitu banyak kah pekerjaanya hingga ia tidak memiliki waktu,, padahal aku yakin pasti ada waktu istirahat untuknya. Akan tetap kembali pada keyakinanku, aku mempercayainya dan bersabar. Meski hanya seminggu sekali kami saling bertukar kabar, itupun hanya melalui telepon. Karena Mas Bayu selalu menolak saat Nana atau aku meminta video call dengannya karena alasan banyak pekerjaan. 

********

Dan kini keadaan pelik semakin menambah keanehan, Mas Bayu tiba-tiba menghilang begitu saja, tidak ada kabar. Aku mencoba menghubungi nomor teleponnya, tapi yang terdengar selalu operator yang menjawab atau dialihkan.

Jujur, hati ini sangat sakit, kecewa dan takut. Tapi aku mencoba untuk terus percaya jika semua baik-baik saja, mungkin akibat kesibukan, Mas Bayu tidak bisa menghubungi kami, mungkin saja. Aku tidak ingin berpikir terlalu jauh, berpikiran yang tidak-tidak akan membuat keadaan semakin kacau, meski aku sangat kecewa dengan semua ini. 

Seperti hari ini, Nana begitu girang menunggu telpon dari ayahnya tanpa bosan, meski gadis kecil itu selalu menangis saat telpon yang ia tunggu tidak kunjung menghubunginya. 

Sakit? 

Itu sangat jelas, suami yang aku percaya dan aku cintai menghilang tanpa kabar, bak ditelan bumi. 

"Mama, apa Papa sudah menelpon? Nana ingin memperlihatkan gambaran nana pada, Papa."tanya Nana. 

Aku tidak bisa menjawab, karena memang ini untuk kedua bulan Mas Bayu tidak menghubungi kami, bahkan saat aku mencoba menghubunginya, sambungan selalu dialihkan dan terkadang tidak aktif di luar jangkauan.

"Papa sibuk sayang, mungkin nanti malam Papa menelpon. Kita tunggu nanti, ya."Menenangkannya, hanya ini caraku, Nana hanya bisa menghempaskan nafas kecewa. aku tahu Nana pasti bosan dengan bujukanku. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status