Share

Nia pergi

Penulis: Fefe
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-04 09:04:00

Bayu pov

Aku menikmati santai di balkon, sembari sedikit melupakanmu kejadian beberapa saat yang lalu di mana Mona memukul Nana, jujur cukup meyakinkan untuk ku, tapi aku tidak mungkin melakukan hal yang bodoh, karena aku sangat mencintai wanita itu, wanita yang telah menemani ku selama di Cina dan mendampingi ku, Nia tidak ada apa-apanya dibandingkan Mona. 

tapi aku tidak menyangka jika Nia akan menemui ku di sini, berani sekali dia. 

Ku tatap wajahnya, karena sedikit berbeda. Tidak ada ketakutan ataupun kesedihan seperti yang dulu aku lihat, dia terlihat lebih kuat.

Ahh, persetan dengannya. 

"Aku ingin bicara denganmu, mas!"Sial, akting apalagi ini. 

"Jika kau hanya ingin membahas masalah tadi, lebih baik kau kembali bekerja. Aku malas membahasnya. "Ketus ki, aku yakin dia hanya ingin membahas masalah itu. 

"Aku datang kesini tidak untuk membicarakan masalah itu, mas. "Tegasku sembari menatapnya. 

Muak, ini yang aku rasakan saat melihat sikapnya. Karena Nia yang aku kenal tidak seperti ini. 

" Lalu! "balas ku cepat.

Lagi dia menampakkan senyumnya, senyum itu membuat ku benar-benar tidak mengenalnya, meski tatapan itu selalu sama. Begitu lembut dan teduh. 

" Tentang kita, mas. "Dengan cepat aku bangkit, hingga kami berhadapan, Nia dengan susah payah menggadah padaku. 

"Jika kau datang hanya ingin meminta ku menepati janji. Jangan pernah harap ,Nia! karena itu tidak akan pernah terjadi! Kau pasti ingat apa yang telah aku katakan waktu itu! Aku rasa semua itu sudah jelas! "Ketus ku, jujur aku tidak ingin membicarakan masalah ini, aku terlalu malas. Karena yang ku fokuskan kini hanya Mona. 

Lagi, senyumnya terukir, aku tidak mengerti apa yang lucu dengan semua ini.  

"Aku tidak pernah mengharapkan janji mu, mas! Karena semuanya sudah kau jelaskan dan aku masih mengingatnya dengan baik,"

Aku mengingat jelas kejadian di malam itu, saat Nia memohon dalam tangis cengeng padaku dan aku memanfaatkan keadaan itu. 

Tapi lagi, kali ini semua itu tidak terlihat, bahkan ia terlihat sangat kuat. 

"Itu bagus, akhirnya kau sadar juga. Karena kini hanya Mona yang terbaik untukku."tugasku sembari sengaja membanggakan Mona, aku ingin melihat Nia cemburu dengan apa yang aku lakukan. 

"Aku hanya ingin membahas masalah tentang kita, mas." Ternyata, jauh dari ekspektasi ku, Nia terlihat sangat tenang dan tidak berkomentar apapun atas ucapanku.

Jujur aku benci ini. Ada apa dengannya! 

"Lalu apa, Hah ...! Jangan bertele-tele. Aku tidak mau Mona melihatmu di sini, apa lagi curiga. Singkat ku, karena aku tidak ingin berlama-lama dan khawatir jika Mona tahu. 

Tapi lagi-lagi, dia tersenyum, bahkan senyum itu seperti tengah mengejekku, dengan kesal ku cengkraman lengannya meluapkan kekesalan ku di sana.  

"Aku menyerah, mas! Terimakasih telah memberikan satu kesempatan untukku. " 

Aku cukup terkejut mendengar ucapannya, bahkan aku membeku tidak bisa meloloskan balasan saat tangan ku yang sempat mencengkram lengannya kini ia genggam dengan hangat. 

Hatiku tiba-tiba berdesir hebat, sudah sangat lama aku tidak merasakan ini, sangat berbeda saat aku bersama Mona. 

"Maksudmu apa, Nia?" Dengan sekuat tenaga ku loloskan pertanyaan, meski lidahku sangat kelu.

"Terimakasih banyak, telah menyisakan sedikit waktu untuk kami. Aku dan Nana akan pulang, mas! "

Lagi, aku di buat linglung, bahkan aku tidak bisa bergerak saat tangan ku ia lepaskan dari genggamannya.  

"Nia! "Panggil ku, lidahku benar-benar kaku. 

"Semoga mas selalu bahagia bersama Mona, aku permisi, mas. "

Aku yang masih mengembalikan semua kesadaran kembali dihadapkan dengan ucapannya, sial! Sok sekali dia. 

"Nia! Kau sadar apa yang kau katakan ini? "Segahku bertanya. Karena Nia tidak pernah seperti ini, dia selalu menurut apapun yang aku katakan meski itu menyakitinya. 

"Aku rasa sudah cukup ku mencoba. Tapi mas tidak pernah memindai ku seperti istri barumu. " 

Sial! Apalagi ini, kenapa dia kini menuntut. 

"Kenapa! kau kecewa karena aku lebih memilih Mona daripada dirimu!"Cecarku, aku benar-benar puas melakukan ini, entahlah aku senang melihatnya lemah. 

Tapi sayang, dia masih saja menyunggingkan senyum yang tidak aku mengerti, sebab di sini tidak ada hal yang lucu. 

Lagi aku di buat terperangah saat dia ingin berlalu begitu saja, sial! Dia benar-benar merendahkan aku kali ini, tidak akan kubiarkan ini terjadi.  

"Seharusnya kau sadar, Nia! Kau tidak ada apa-apanya dibandingkan, Mona! dia jauh lebih baik darimu, seharusnya kau sadar diri dan jangan seperti ini. Kau terima nasib saja, Nia! Tidak perlu merasa tersakiti dan kecewa dengan pilihan ku! "Kucecar dia dengan kata-kata yang pedas, aku ingin dia sadar atas apa yang dia lakukan dan aku ingin dia mengingat seperti apa kini statusnya. 

"Aku tidak kecewa jika mas lebih memilihnya, karena aku telah siap dengan kejadian ini saat aku memohon padamu, tapi yang aku sesalkan! Di mana naluri seorang ayahmu, mas! Saat mas melihat, Nana! Darah dagingmu sendiri tersakiti, bahkan di sakiti oleh wanita yang baru kau kenal. Dan mas hanya mendiamkannya tanpa melakukan apapun! Bahkan mas tidak peduli padanya. Aku hanya menyesalkan itu mas, aku tahu! Aku memang tidak ada artinya lagi di mata mu. Tapi setidaknya ingatlah, Nana! Dia anakmu darah dagingmu!"

Kali ini bak disambar petir, aku pikir setelah ku ucapkan semuanya dia akan tunduk lalu pergi seperti biasanya, tapi kali ini keadaannya berbeda, dia berani menohok ku bahkan dia begitu lugas menyerangku dengan semua kejadian yang memang aku diamkan, bahkan aku teramat mengabaikannya, tapi apa yang Nia katakan begitu menghempas hatiku. Bagaimanapun, aku adalah seorang Ayah, aku merasakan sesal saat mengingat kejadian di mana Nana mendapatkan tamparan dari Mona, bahkan aku tidak menegurnya. 

Aku masih berkutat dengan semua yang ada di kepalaku, sampai aku tidak menyadari ternyata Nia telah berlalu. Aku bergegas turun ke lantai bawah menyusul nya, tapi saat aku berada tidak jauh dari dapur, ku lihat Nia dan bi Ijah pembantu rumah ini tengah berbincang di sana, hingga ku urungkan niatku, aku tidak ingin semua rahasia ini terbongkar. 

Cukup lama aku menunggu, akhirnya aku berhasil menghadang mereka sembari mengancam Nia, agar dia mengurungkan niatnya untuk pergi. Meski terjadi drama di antara kami tapi pada akhirnya aku tertegun saat mendapatkan jawabannya. 

Nia menerima keinginan ku, dia bahkan menunggu surat dari pengadilan atas gugatan cerai yang aku ancamkan padanya. 

Bahkan dia pergi begitu saja bersama Nana tanpa menoleh kepadaku. 

Sial! 

Apa-apan ini? 

Kenapa aku hanya diam saja? 

Bodohnya aku! 

Sedetik

Sampai akhirnya sadar jika di sana tidak hanya ada aku, tapi beberapa pembantu yang ku pekerjakan di rumah ini semua berkumpul dan melihat apa yang telah terjadi. 

Ku hela nafas dalam lalu menatap mereka. 

"Pastikan hal ini tidak sampai pada Nyonya. " Singkat ku lalu pergi dari sana, karena sudah terlambat. Mereka pasti sudah melihat dan mengetahui semuanya. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Pembantu Maduku   Tentang Nila

    Nila pov) Cukup lama aku aku mencoba memejamkan mata, tapi mata ini enggan untuk terlelap, jangankan untuk terlelap, rasa kantuk pun enggan hinggap padahal jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, tapi mata ini tetap tidak mau terpejam dan tidur setelah kejadian tadi. Aahh… dia memang selalu membuat ku ingin gila. Batin ku bersua jika mengingat semua kejadian demi kejadian bersangkutan dengannya. Kriit!Pintu terbuka, orang yang aku pikirkan sejak tadi kini masuk dan menghampiri ku. "Kenapa kau tidak tidur? " tegurnya basa basi. Ku tatap mata hitamnya dengan lekat, apa dia tidak sedang mengigau? Kenapa malam-malam seperti ini kemari. "Kau sendiri? Kenapa kesini? " balas ku cuek, aku sengaja bersikap seperti ini karena aku tidak ingin dia menganggapku mudah terpengaruh, mengingat dia tahu siapa aku ini, dan aku juga memang ingin berubah menjadi yang lebih baik demi ibuku. "Apa salahnya? " balasannya merasa tidak bersalah. "Bay, apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan? " tany

  • Menjadi Pembantu Maduku   Rasa yang sama

    (Pov Bayu) Aku semakin merasa serbasalah, karena setelah kejadian tadi siang, Nila tidak bertegur sapa dengan ku, jangankan bertegur sapa, saat makan malam bersama Nila tidak adanya percakapan di antara mereka begitu juga Nana, gadisku seolah-olah sengaja mendiamkan aku setelah kejadian tadi. Setelah makan malam mereka berdua berlalu begitu saja kembali ke kamar, aku semakin bingung harus melakukan apa, karena aku tahu semua ini adalah kesalahan ku, semua berawal dari diriku. Andaikan aku tidak membawa masuk Mona ke dalam keluarga ini, semuanya tidak akan pernah terjadi. "Hahhh…." Kuhela nafas dalam sembari menatap langit langit ruang makan setelah aku sendirian di sini. "Lebih baik, bapak susul nak Nila. "Aku menoleh di mana bi Ijah berdiri di sampingku, karena ia tengah membereskan makan malam yang sudah usai. "Saya takut bi, " lirih ku jujur, karena aku memang sedikit takut saat melihat reaksi Nila saat membalas perlakuan Mona. "Saya yakin Tuan, nak Nila tidak seperti itu, d

  • Menjadi Pembantu Maduku   Nila murka, Mona merana

    Hari semakin sore, Nana mulai merasa jenuh di kamar, karena ia hanya menghabiskan waktu untuk menggambar dan belajar bersama Nila. "Ma… Nana bosan. "Nila yang tengah mengganti pokok Hafiz menatap wajah memelas Nana lalu tersenyum gemas. "Oooh… bosan? "Nana mengangguk membenarkan lalu menutup buku gambarnya. "Baiklah, sekarang Nana turun ke bawah saja, ya. Nanti Mama susul, adik Hafiz lapar, setelah urusan Mama selesai, Mama akan susul Nana di bawah. "Nana mengangguk lalu dengan senang memungut satu boneka kesayangannya dan membawanya lebih dulu ke lantai bawah. Dengan langkah riang Nana menuruni tangga, sembari bernyanyi-nyanyi, karena memang jam seperti ini semua pembantu yang bekerja di rumah itu sedang sibuk melakukan tugas mereka, Nana melangkah dengan hati-hati hingga ia sampai di lantai bawah dan disana tatapannya tidak sengaja tertuju pada seorang wanita yang selama ini pergi dari rumah, wanita itu kini tengah menyeret koper besar di tangannya dengan omelan dan ocehan se

  • Menjadi Pembantu Maduku   Candaan membawa kebahagiaan

    Suara riuh di ruang makan pasti terjadi di pagi hari, saat Nana menolak babysitter menyuapi nya sarapan, karena Nana hanya ingin makan satupun sarapan bersama Nila, wanita yang mirip dengan ibunya. Tapi karena kesibukan Nila mengurus Hafiz, dengan terpaksa ia mengabaikan Nana terlebih dahulu, karena Hafiz pagi ini juga tidak mau bersama babysitter. "Bersama, nenek saja, ya. Bukan kah Nana harus segera ke sekolah. " Bujuk bi Ijah mengambil alih piring sarapan Nana dari babysitter. "Tidak mau, Nana maunya sama, mama… . "Rengek Nana memalas,karena Nila masih di kamar belum bergabung dengan mereka di meja makan sarapan. " Tapi, sayang. Mama sedang menjaga adik Hafiz, Nana sama nenek dulu, ya. "Nana menggeleng cepat menolak, bi Ijah menghela nafas dalam karena selama ini memang Nana dan Hafiz sangat sulit dikendalikan jika tidak bersama Nila. "Pokoknya, Nana mau mama, Nana mau makan bersama Mama saja, titik. " Sentak Nana sembari menghentakkan kakinya ke lantai. Bayu yang baru bergab

  • Menjadi Pembantu Maduku   Mimpi

    Sementara di kamar lain Bayu menangis sejadi-jadinya saat ingatannya terus tertuju pada Nia, karena rasa bersalah dan sesal semakin bertambah setelah kejadian tadi, ia kembali melakukan pengkhianatan untuk kesekian kalinya pada Nia istrinya, padahal Bayu telah berjanji pada dirinya sendiri, ia akan berubah dan memulainya dari awal agar menjadi diri dan pribadi yang lebih baik lagi untuk anak-anak mereka, meski sosok yang harus dirinya perjuangkan tidak lagi bersamanya, tapi Bayu sudah bertekad untuk terus menembus semua dengan caranya selalu setia pada Nia. Akan tetapi malam ini ia kembali mengulang kesalahan yang sama, kesalahan yang seharusnya tidak ia lakukan, yang lebih parahnya lagi dirinya tidak bisa membedakan Nia dan orang lain. "Hiks… Maaf sayang, hiks... Maafkan aku. Hiks... " Isak Bayu dalam penyesalan terdalamnya sembari meringkuk di atas tempat tidur. "Aku, hiks… tidak mengerti, hiks… apa yang sebenarnya terjadi. Hiks... Dan rencana apa ini, hiks... Kenapa dia begitu mi

  • Menjadi Pembantu Maduku   Perasaan Nila

    Minggu-minggu berganti begitu cepat, Nila sangat menikmati hari-harinya setelah bekerja menjadi babysitter Nana dan Hafiz, bahkan ia selalu sukses menggoda Bayu saat mereka sedang berdua, meski sejujurnya Nila melakukan semua itu tidak lebih agar bisa membuat perasaan bersalah Bayu sedikit berkurang, karena dari iris mata duda tampan itu setiap memandangnya menyiratkan penyesalan yang mendalam dan kesedihan. Itu sebabnya Nila selalu melancarkan aksinya menggoda majikannya itu, meski ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, jika dirinya cukup tertarik dengan duda beranak dua itu.Akan tetapi Nila memiliki batasan, dirinya sadar jika semua itu tabu untuknya terus melangkah, itu sebabnya Nila memilih menikmati keadaan yang tercipta setiap kali ia menggoda Bayu. Seperti malam ini, Bayu menemani Nana sebentar di kamar mereka, karena Nila tengah menyusui Hafiz, Bayu tidak ingin membuat membuat Nila kelelahan menjaga kedua anaknya, itu sebabnya ia turun tangan langsung mengurus Nana sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status