Share

Keputusan

Penulis: Fefe
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-08 09:09:58

Sedikit lagi, aku ingin bersamanya sebentar. Aku tahu ini sangat bodoh, aku begitu gila hanya karena cinta tapi untuk kali ini aku tidak ingin mengorbankan anakku, cukup cinta dan sakit ini ku tanggung sendiri mulai hari ini. 

"Maksudmu apa, Nia?"tanya mas Bayu, suaranya sedikit melunak saat tangan berhasil menggenggam tangannya dan ku kecup dengan takzim, ini untuk sekian lama aku tidak melakukan kodratku, mengingat kepulangan mas Bayu tidak seperti yang kami harapkan. 

"Terimakasih banyak, telah menyisakan sedikit waktu untuk kami. Aku dan Nana akan pulang, mas! "Ku lepaskan tangan mas Bayu yang masih membisu setelah mendengar ucapanku, bahkan aku sadar mas Bayu begitu memandang ku, entahlah apa yang dia pikiran, aku tidak peduli lagi, karena aku rasa semuanya sudah cukup. 

"Nia! "Panggil mas Bayu tertahan, aku tidak mengerti kenapa kini dia terlihat aneh. 

"Semoga mas selalu bahagia bersama Mona, aku permisi, mas. "Ku sudahi semuanya, meski hati ini menentang apa yang aku rasakan. Jika aku masih sangat mencintainya, tapi di disisi lain dialah yang membawa dan menorehkan segala luka selama aku menunggu dirinya dini. Tapi setelah dia kembali ternyata pengkhianatan yang aku dapatkan.

Kini aku sadar, tidak ada gunanya memperjuangkan rasa cinta ini, cukup aku memendamnya seumur hidupku. 

"Nia! Kau sadar apa yang kau katakan ini? "

Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan mas Bayu, karena aku rasa apa yang ku katakan sudah sangat jelas karena aku sudah bertekad ingin pulang. 

"Aku rasa sudah cukup ku mencoba. Tapi mas tidak pernah memindai ku seperti istri barumu. " Ku utarakan semua perasaan yang ku tahan, meski kini dengan jelas rahang mas Bayu mengeras menahan marah.  

"Kenapa! kau kecewa karena aku lebih memilih Mona dari pada dirimu!"

Aku hanya menggeleng tetap dengan senyum di sudut bibir ku, meski senyum ini benar-benar ku paksakan. 

Ku langkahkan kaki ini melaluinya, karena aku rasa sudah tidak ada urusan lagi yang harus kami bicarakan. 

"Seharusnya kau sadar,Nia. Kau tidak ada apa-apanya di bandingkan Mona, dia jauh lebih baik, seharusnya kau sadar diri dan jangan seperti ini. Kau terima nasib saja, Nia! Tidak perlu merasa tersakiti dan kecewa dengan pilihan ku! " Panjang lebar mas Bayu meracau, aku yang mendengarkan hanya bisa menggeleng, karena tidak ada sedikitpun rasa kecewa dengan pilihannya, aku sadar kini posisi ku telah tergantikan. 

"Aku tidak kecewa jika mas lebih memilihnya, karena aku telah siap dengan kejadian ini saat aku memohon padamu, tapi yang aku sesalkan! Di mana naluri seorang ayahmu, mas! Saat mas melihat, Nana! Darah daging mu sendiri tersakiti, bahkan di sakiti oleh wanita yang baru kau kenal. Dan mas hanya mendiamkannya tanpa melakukan apapun! Bahkan mas tidak peduli padanya. Aku hanya menyesalkan itu mas, aku tahu! Aku memang tidak ada artinya lagi di mata mu. Tapi setidaknya ingatlah, Nana! Dia anak mu darah dagingmu."ku tumpahkan semuanya panjang lebar rasa kecewa ku padanya. Tapi sayang, mas Bayu hanya diam tidak menanggapi ku. 

Hahh! 

Ku hembusan nafas dalam lalu menggeleng aku beranjak meninggalkan balkon karena aku sudah cukup puas mengatakan semuanya, tidak ada lagi yang harus di tunggu, aku menyerah atas semua ini. Aku hanya ingin segera pulang. 

"Ayo, Ma!" Nana terlihat begitu tidak sabar ingin segera pergi setelah aku kembali ke kamar ini. 

" Ayo, sayang kita pulang. "Ku jinjing tas pakaian yang telah kami siapkan lalu ku genggam tangannya dengan lembut seraya keluar dari kamar ini. 

" Nak, kalian mau kemana? " tanya bi Ijah saat kami melintasi dapur. 

"Kami akan pulang bibi. "Jelasku ku singkat. 

Bi Ijah tampak memperhatikan wajahku dengan lekat. 

"Apa karena kejadian tadi, nak?" Tebak bi Ijah dengan hati-hati, aku hanya tersenyum lalu melirik Nana yang sudah tidak sabar ingin pulang.

"Tidak, Bibi! Aku hanya tidak ingin keadaan akan semakin pelik nanti. Kami permisi Bibi, trimakasih atas berbaikan Bibi selama ini pada ku dan Nana." ujapku, bi Ijah menghampiri kami lalu membelai urai panjang Nana dengan sayang. 

"Bibi tidak akan melupakan kalian, nak! Kalian sudah Bibi anggap seperti anak dan cucu sendiri." Suara bi Ijah terdengar bergetar saat menahan tangis lalu memeluk. 

"Bibi harap, nak Nia segera menemukan kebahagiaan." Aku begitu terharu saat mendengar do'anya. 

"Terimakasih, Bibi." Ku balas pelukannya sebelah kami benar-benar pergi. 

"Bibi jaga kesehatan,ya. Jangan terlalu lelah." Bi Ijah tersenyum kecil saat mendengar nasehat dan pesan ku. Sembari mengurai pelukan di antara kami. 

"Kalian juga hati-hati, ya. Dan mu cantik … lekas lah sembuh, sayang. " Nana menangguk lalu tersenyum, setelah berpisah dengan bi Ijah, kami pamit lalu beranjak dari sana.

Belum jauh kami melangkah menuju pintu, mas Bayu tiba-tiba menghadang kami. 

"Ayo, ma! kita pulang. " Nana mulai ketakutan saat melihat mas Bayu, bahkn Nana menarik-narik tangan ku agar kami segera pergi, aku tidak mengerti kenapa Nana begitu takut dengan mas Bayu. 

"Apa lagi yang kau inginkan, mas? " Aku menarik Nana hingga kami berhasil menuju daun pintu dan berusaha menggapai handle. 

"Aku tidak akan membiarkan kalian pergi dengan mudah! " Bentuknya dengan nyaring, aku kini tidak mengerti apa yang mas Bayu inginkan, karena tangan ku sengaja ia tahan agar tidak memutar handle pintu.

"Lepaskan, mas! Biarkan kami pergi dari sini." Aku mencoba memutar handle pintu tapi kembali ditahan mas Bayu hingga tidak bisa memutarnya 

"Hiks … ma! ayo kita pergi, Nana takut. Hiks .... " Tangisan Nana akhirnya pecah hingga mengundang perhatian beberapa maid pribadi rumah itu, termasuk bi Ijah turut yang menyaksikannya pertikaian kami. 

"Cukup mas! Apa lagi yang kau ingin kan? Apa tidak puas kau menyakiti ku dan juga anakmu!"kecam ku kesal. 

"Aku ingin Kau tetap di sini, Nia!"

Aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran mas Bayu, apa dia memang sengaja ingin membuat ku sakit hati dengan cara seperti ini.  

"Maaf mas, aku lelah. Aku rasa sudah cukup untuk ku bertahan."Suara ku mulai parau, karena mas Bayu masih menahan tangan ku.  

"Jika kau keluar, aku akan menceraikanmu! Camkan itu, Nia!"

Kini aku benar-benar tidak menyangka, dia mengancam ku hanya karena keinginan gilanya. 

Aku sesaat tersenyum kecut sembari menarik tangan ku dari handle pintu, hingga mas Bayu menatap ku diam.  

"Lakukan apa yang mas mau. Aku akan menunggu surat dari mu dan dari pengadilan. Dan aku pasti akan datang ke persidangan. Percayalah."dengan sekuat tenaga dan ketegaran yang aku miliki akhirnya kata-kata itu lolos, sebuah kata yang paling aku benci dan ku hindari selama kami menikah. 

Tangan mas Bayu yang ada di handle pintu dengan lemas terlepas, hingga akhirnya aku dan Nana bisa keluar dan bebas dari rumah itu. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Pembantu Maduku   Tentang Nila

    Nila pov) Cukup lama aku aku mencoba memejamkan mata, tapi mata ini enggan untuk terlelap, jangankan untuk terlelap, rasa kantuk pun enggan hinggap padahal jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, tapi mata ini tetap tidak mau terpejam dan tidur setelah kejadian tadi. Aahh… dia memang selalu membuat ku ingin gila. Batin ku bersua jika mengingat semua kejadian demi kejadian bersangkutan dengannya. Kriit!Pintu terbuka, orang yang aku pikirkan sejak tadi kini masuk dan menghampiri ku. "Kenapa kau tidak tidur? " tegurnya basa basi. Ku tatap mata hitamnya dengan lekat, apa dia tidak sedang mengigau? Kenapa malam-malam seperti ini kemari. "Kau sendiri? Kenapa kesini? " balas ku cuek, aku sengaja bersikap seperti ini karena aku tidak ingin dia menganggapku mudah terpengaruh, mengingat dia tahu siapa aku ini, dan aku juga memang ingin berubah menjadi yang lebih baik demi ibuku. "Apa salahnya? " balasannya merasa tidak bersalah. "Bay, apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan? " tany

  • Menjadi Pembantu Maduku   Rasa yang sama

    (Pov Bayu) Aku semakin merasa serbasalah, karena setelah kejadian tadi siang, Nila tidak bertegur sapa dengan ku, jangankan bertegur sapa, saat makan malam bersama Nila tidak adanya percakapan di antara mereka begitu juga Nana, gadisku seolah-olah sengaja mendiamkan aku setelah kejadian tadi. Setelah makan malam mereka berdua berlalu begitu saja kembali ke kamar, aku semakin bingung harus melakukan apa, karena aku tahu semua ini adalah kesalahan ku, semua berawal dari diriku. Andaikan aku tidak membawa masuk Mona ke dalam keluarga ini, semuanya tidak akan pernah terjadi. "Hahhh…." Kuhela nafas dalam sembari menatap langit langit ruang makan setelah aku sendirian di sini. "Lebih baik, bapak susul nak Nila. "Aku menoleh di mana bi Ijah berdiri di sampingku, karena ia tengah membereskan makan malam yang sudah usai. "Saya takut bi, " lirih ku jujur, karena aku memang sedikit takut saat melihat reaksi Nila saat membalas perlakuan Mona. "Saya yakin Tuan, nak Nila tidak seperti itu, d

  • Menjadi Pembantu Maduku   Nila murka, Mona merana

    Hari semakin sore, Nana mulai merasa jenuh di kamar, karena ia hanya menghabiskan waktu untuk menggambar dan belajar bersama Nila. "Ma… Nana bosan. "Nila yang tengah mengganti pokok Hafiz menatap wajah memelas Nana lalu tersenyum gemas. "Oooh… bosan? "Nana mengangguk membenarkan lalu menutup buku gambarnya. "Baiklah, sekarang Nana turun ke bawah saja, ya. Nanti Mama susul, adik Hafiz lapar, setelah urusan Mama selesai, Mama akan susul Nana di bawah. "Nana mengangguk lalu dengan senang memungut satu boneka kesayangannya dan membawanya lebih dulu ke lantai bawah. Dengan langkah riang Nana menuruni tangga, sembari bernyanyi-nyanyi, karena memang jam seperti ini semua pembantu yang bekerja di rumah itu sedang sibuk melakukan tugas mereka, Nana melangkah dengan hati-hati hingga ia sampai di lantai bawah dan disana tatapannya tidak sengaja tertuju pada seorang wanita yang selama ini pergi dari rumah, wanita itu kini tengah menyeret koper besar di tangannya dengan omelan dan ocehan se

  • Menjadi Pembantu Maduku   Candaan membawa kebahagiaan

    Suara riuh di ruang makan pasti terjadi di pagi hari, saat Nana menolak babysitter menyuapi nya sarapan, karena Nana hanya ingin makan satupun sarapan bersama Nila, wanita yang mirip dengan ibunya. Tapi karena kesibukan Nila mengurus Hafiz, dengan terpaksa ia mengabaikan Nana terlebih dahulu, karena Hafiz pagi ini juga tidak mau bersama babysitter. "Bersama, nenek saja, ya. Bukan kah Nana harus segera ke sekolah. " Bujuk bi Ijah mengambil alih piring sarapan Nana dari babysitter. "Tidak mau, Nana maunya sama, mama… . "Rengek Nana memalas,karena Nila masih di kamar belum bergabung dengan mereka di meja makan sarapan. " Tapi, sayang. Mama sedang menjaga adik Hafiz, Nana sama nenek dulu, ya. "Nana menggeleng cepat menolak, bi Ijah menghela nafas dalam karena selama ini memang Nana dan Hafiz sangat sulit dikendalikan jika tidak bersama Nila. "Pokoknya, Nana mau mama, Nana mau makan bersama Mama saja, titik. " Sentak Nana sembari menghentakkan kakinya ke lantai. Bayu yang baru bergab

  • Menjadi Pembantu Maduku   Mimpi

    Sementara di kamar lain Bayu menangis sejadi-jadinya saat ingatannya terus tertuju pada Nia, karena rasa bersalah dan sesal semakin bertambah setelah kejadian tadi, ia kembali melakukan pengkhianatan untuk kesekian kalinya pada Nia istrinya, padahal Bayu telah berjanji pada dirinya sendiri, ia akan berubah dan memulainya dari awal agar menjadi diri dan pribadi yang lebih baik lagi untuk anak-anak mereka, meski sosok yang harus dirinya perjuangkan tidak lagi bersamanya, tapi Bayu sudah bertekad untuk terus menembus semua dengan caranya selalu setia pada Nia. Akan tetapi malam ini ia kembali mengulang kesalahan yang sama, kesalahan yang seharusnya tidak ia lakukan, yang lebih parahnya lagi dirinya tidak bisa membedakan Nia dan orang lain. "Hiks… Maaf sayang, hiks... Maafkan aku. Hiks... " Isak Bayu dalam penyesalan terdalamnya sembari meringkuk di atas tempat tidur. "Aku, hiks… tidak mengerti, hiks… apa yang sebenarnya terjadi. Hiks... Dan rencana apa ini, hiks... Kenapa dia begitu mi

  • Menjadi Pembantu Maduku   Perasaan Nila

    Minggu-minggu berganti begitu cepat, Nila sangat menikmati hari-harinya setelah bekerja menjadi babysitter Nana dan Hafiz, bahkan ia selalu sukses menggoda Bayu saat mereka sedang berdua, meski sejujurnya Nila melakukan semua itu tidak lebih agar bisa membuat perasaan bersalah Bayu sedikit berkurang, karena dari iris mata duda tampan itu setiap memandangnya menyiratkan penyesalan yang mendalam dan kesedihan. Itu sebabnya Nila selalu melancarkan aksinya menggoda majikannya itu, meski ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, jika dirinya cukup tertarik dengan duda beranak dua itu.Akan tetapi Nila memiliki batasan, dirinya sadar jika semua itu tabu untuknya terus melangkah, itu sebabnya Nila memilih menikmati keadaan yang tercipta setiap kali ia menggoda Bayu. Seperti malam ini, Bayu menemani Nana sebentar di kamar mereka, karena Nila tengah menyusui Hafiz, Bayu tidak ingin membuat membuat Nila kelelahan menjaga kedua anaknya, itu sebabnya ia turun tangan langsung mengurus Nana sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status