Saat Aura turun ke lantai bawah, Jose sudah pergi.Setelah sarapan seadanya, Aura tidak pergi ke kantor dan malahan kembali ke vilanya Keluarga Tanjung. Hari ini adalah akhir dari batas waktu yang sudah disepakatinya dengan Anrez. Jika hari ini Anrez masih tidak menyerahkan diri, dia yang sebagai putri akan bertindak untuk menegakkan keadilan.Di perjalanan, Aura melihat sebuah mobil yang familier mengikutinya dari belakang lewat kaca spion. Dia tahu itu adalah Tiano yang kemungkinan besar diperintah Jose untuk mengikutinya, tetapi entah untuk melindungi atau mengawasinya. Namun, setidaknya untuk sekarang, kehadiran Tiano justru lebih menguntungkannya. Dia pun mengalihkan pandangannya, seolah-olah tidak melihat apa-apa.Saat Aura tiba di vila Keluarga Tanjung, Anrez yang mengenakan setelan jas rapi sedang duduk di sofa. Seolah-olah tahu dia akan kembali, Anrez hanya mengangkat kepala dan menatapnya dengan tanpa emosi. Melihat itu, dia langsung tahu Anrez pasti merencanakan sesuatu.Saa
Jose menganggukkan kepala. "Tentu saja."Mendengar jawaban itu, ekspresi Sherly yang tadinya terlihat sedih langsung menjadi bahagia. "Kak Jose, jangan bohong padaku ya.""Tentu saja nggak akan bohong padamu," balas Jose. Setelah menenangkan Sherly dengan sabar sampai tertidur, dia baru melangkah keluar.Begitu pintu kamar pasien tertutup, Sherly yang tadinya sudah tertidur tiba-tiba membuka matanya. Dia menatap ke arah pintu dengan tatapan yang sebelumnya terlihat polos, tetapi kini malah menyipitkan matanya.Di luar kamar pasien, terdengar suara Jose yang bertanya dengan nada muram. "Apa yang terjadi? Sudah mengatur begitu banyak orang untuk menjaganya, kenapa dia masih bisa jatuh dari tangga?"Nada bicara Jose terdengar marah, tetapi dia berusaha menurunkan volume suaranya karena takut akan membangunkan Sherly.Tiano melirik Jose sekilas, lalu menundukkan kepala. "Aku sudah tanya. Kata mereka Nona Sherly sendiri yang nggak suka dijaga, kecuali saat makan. Kalau nggak, dia nggak akan
Masih tersisa aroma keintiman yang samar-samar di dalam kamar tidur itu, tetapi Tiano tetap menundukkan kepala dan tidak berani menatap sekitarnya. Dia berkata pada Jose, "Ada sedikit masalah di pihak Nona Sherly, sepertinya dia jatuh dari tangga. Dia sudah meneleponmu, tapi nggak tersambung."Jose langsung mengernyitkan alisnya. "Apa? Bagaimana keadaannya sekarang?""Dia sedang di rumah sakit," jawab Tiano.Jose menggertakkan giginya. "Ya. Kamu turun dan siapkan mobil. Aku ganti baju dulu, lalu turun."Tiano menganggukkan kepala. Namun, saat berbalik dan hendak pergi, dia sempat melirik sekilas ke dalam kamar tidur dengan sudut matanya. Cahaya di dalam kamar sangat redup, hanya ada satu lampu tidur yang menyala.Namun, orang-orang yang bekerja di dunia seperti ini memiliki penglihatan yang sangat tajam, sehingga Tiano bisa melihat lengan Aura yang putih terjulur dari balik selimut. Langkahnya sempat berhenti sejenak, tetapi dia segera kembali bersikap tenang dan turun ke lantai bawah.
Setelah itu, Aura mundur kembali dengan hati-hati.Namun, saat bibir Aura baru saja hendak menjauh, Jose yang tadinya tidak bergerak sedikit pun langsung menjadi agresif. Dia menundukkan kepala dan mencium Aura dengan lebih intens. Berbeda dengan ciuman Aura yang hati-hati, ciumannya lebih mendominasi dan dingin. Setelah cukup lama, dia baru melepaskan ciumannya dan menatap bibir Aura yang memerah sambil tersenyum sinis."Sudah begitu lama, kamu masih belum pandai juga?" kata Jose.Memikirkan apa Jose sedang menghina kemampuan menciumnya, Aura pun tersenyum sinis dan berkata, "Ya, aku mana berani melawan Pak Jose yang sudah berpengalaman .... Emm."Namun pada detik berikutnya, Jose kembali mencium bibir merah Aura yang masih terbuka. Tangannya yang sedang memegang tengkuk Aura meraba turun dan akhirnya berhenti di dada Aura, lalu berulang kali menelusuri lekukan itu. Gerakan Jose sama sekali tidak lembut, seolah-olah ingin menelan Aura.Beberapa saat kemudian, Jose menggendong Aura dan
Aura berdeham saat melihat Jose masih duduk di sofa. Dia berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk membuka suara terlebih dahulu agar suasana yang canggung itu pecah. "Itu ... aku sudah selesai mandi. Kamu mau mandi nggak?"Mendengar perkataan itu, Jose menoleh dan menatap Aura sebentar. Dia langsung menyipitkan matanya, lalu mengayunkan jari telunjuk dan jari tengahnya sambil berkata, "Ke sini."Aura langsung memiliki firasat buruk. Dia merasa Jose mungkin akan mengungkit kejadian sebelumnya, tetapi dia tetap melangkah mendekat dan bertanya seolah-olah tidak tahu apa-apa, "Kenapa?"Jose mengangkat kepala dan menatap Aura dengan wajahnya yang tampan.Melihat itu, Aura diam-diam mengeluh dalam hati bahwa wajah Jose pasti akan lebih enak dilihat jika tidak terus memasang ekspresi yang begitu muram. Namun pada detik berikutnya, dia langsung ditarik dan ditindih Jose. Dia pun menggigit bibirnya karena merasa gugup.Aura sudah berkali-kali berhubungan intim dengan Jose, tetapi hari ini dia kh
Aura tertegun sejenak saat melihat ekspresi Jose yang sangat dingin, lalu langsung memeluk lengan Jose dan berkata dengan nada manja, "Nggak mau keluar. Benar-benar bukan salahku."Saat mengatakan itu, Aur cemberut dan memasang ekspresi memelas.Jose mendengus, tetapi tidak mengusir Aura keluar dari mobil lagi. Dia hanya mengangkat kepala, mengisyaratkan Marsel untuk mulai mengemudikan mobilnya.Melihat rayuannya berhasil, Aura langsung terus merengek. "Dengar penjelasanku dulu, aku langsung dikerumuni pria-pria itu saat aku ke sana. Aku sudah coba mendorong mereka, tapi nggak bisa."Setelah selesai berbicara, Aura mendengar Jose mendengus seolah-olah tidak percaya dengan kata-katanya. Karena merasa makin gelisah, dia kembali menempelkan tubuhnya ke pelukan Jose dan menggelitik Jose dengan rambutnya yang halus seperti anak kucing. "Kamu nggak percaya padaku ya?"Jose langsung mengangkat tangannya dan menjauhkan Aura dari pelukannya, lalu berkata dengan ekspresi jijik, "Menjauh dariku,