Penjara Cinta CEO Dingin

Penjara Cinta CEO Dingin

last updateLast Updated : 2025-09-01
By:  Bon JohnhamOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
11views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Emily Carter tak pernah menyangka, sahabat masa SMA yang dulu ia tolak kini kembali sebagai Alexander Blackwood—seorang CEO dingin, berbahaya, sekaligus penuh obsesi. Ketika keluarganya terjerat utang besar, Alexander muncul dengan tawaran yang mustahil ditolak: pernikahan kontrak enam bulan. Bagi Emily, ini hanya kesepakatan untuk menyelamatkan keluarganya. Namun bagi Alexander, ini adalah kesempatan untuk membalas, mengikat… dan merebutnya sepenuhnya. Di balik cincin pernikahan, tersembunyi hasrat, luka, dan rahasia masa lalu yang tak pernah padam. Antara cinta dan benci, penyesalan dan obsesi, Emily harus memilih—bertahan dalam penjara cinta sang CEO dingin, atau melawan ikatan yang bisa menghancurkan keduanya.

View More

Chapter 1

Bab 01: Mimpi buruk

"Jika kau menolak sentuhanku, kau tahu apa yang aku lakukan pada keluargamu, Emily."

Emily membeku. Ia berhenti memberontak atas sentuhan tangan dingin yang kini berani menelusuri kulitnya. Napasnya tercekat, ketakutan menekan dadanya. Kata-kata pria itu menjeratnya, tak memberi celah untuk lari.

"Pada akhirnya, kau tetap milikku, Emily."

Suara rendah dan dalam yang mengklaim dirinya itu mengirimkan hawa dingin ke sekujur tubuh Emily. Ia masih tak menyangka, malam itu… Malam di tengah guyuran hujan deras di New York adalah awal dari penjara cinta yang kini ia rasakan.

---

Hujan menuruni kaca jendela gedung pencakar langit Blackwood Corporation, mengalir seperti air mata yang tak pernah berhenti. New York malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, seakan ikut merasakan ketegangan yang menggantung di dada Emily Carter.

Ia berdiri di lobi, tubuhnya basah kuyup. Gaun hitam sederhana melekat pada kulit, sepatu haknya berdecit setiap kali ia melangkah. Namun rasa dingin itu tak ada apa-apanya dibanding kegelisahan yang merayap dari dalam.

Emily merapatkan mantel tipisnya. Dalam genggamannya, selembar surat rekomendasi dari ayahnya terasa lebih berat dari sekadar kertas. Ia bukan datang ke sini sebagai jurnalis investigasi seperti biasanya. Malam ini, ia datang karena paksaan keluarga—orang tuanya yang nyaris memohon, bahkan memerintahkannya.

“Kau harus bertemu Alexander Blackwood,” begitu kata ayahnya, wajah penuh keputusasaan. “Dia satu-satunya yang bisa menyelamatkan perusahaan kita. Apa pun yang dia tawarkan… terimalah.”

Kata-kata itu terus terngiang. Emily menelan ludah, mencoba menenangkan degup jantungnya. Ia benci cara keluarganya menyerah begitu saja pada seorang pria yang bahkan sudah lama tak lagi menjadi bagian hidupnya. Tapi ia juga tahu, penolakan berarti kehancuran.

Pintu lift terbuka. Seorang pria keluar, langkahnya tenang, penuh wibawa. Alexander Blackwood.

Emily menahan napas.

Ia masih mengenali pria itu, meski banyak yang berubah. Rambut cokelat gelapnya kini ditata rapi, wajahnya lebih tegas, matanya biru dingin, penuh jarak. Dulu, mata itu selalu bersinar setiap kali menatapnya. Dulu, ia selalu dipanggil dengan tawa hangat dan senyum yang mampu menenangkan hari paling buruk sekalipun.

Sahabat masa SMA. Lelaki yang pernah menatapnya dengan mata penuh cahaya, lalu mendeklarasikan perasaannya di bawah langit sore yang oranye. Lelaki yang ia tolak dengan dingin, karena kala itu Emily terlalu muda, terlalu takut, dan terlalu yakin bahwa persahabatan lebih aman daripada cinta.

Dan kini, lebih dari sepuluh tahun kemudian, Alexander bukan lagi “Alex” yang hangat. Ia telah menjadi sosok asing—seorang CEO yang dikenal kejam dalam bisnis, pria yang wajahnya sering muncul di majalah Forbes dan halaman depan koran.

Begitu pintu ruang rapat terbuka, aroma kayu mahoni dan parfum maskulin langsung menyeruak. Di balik meja panjang, berdiri seorang pria dengan jas hitam yang disesuaikan sempurna dengan tubuh tegapnya.

“Emily Carter,” katanya, suaranya dalam, dingin, dan terlalu formal bagi dua orang yang pernah berbagi rahasia kecil di usia remaja. “Sudah lama sekali.”

Emily menelan ludah. “Alex—” ia hampir menyebut nama itu, tapi buru-buru mengoreksi. “Mister Blackwood.”

Alexander tersenyum tipis, lebih menyerupai ejekan daripada kehangatan. “Jadi sekarang kau menganggapku orang asing? Menarik sekali.”

Emily menghela napas berat. “Aku datang karena keluargaku memintaku menemuimu. Jika ini bukan urusan pekerjaan, maka katakanlah sejak awal.”

Alexander mengangkat alisnya, tatapannya penuh tantangan. “Keluargamu yang memintamu datang?” Ia mendekat selangkah, suara rendahnya menusuk. “Bagus. Itu mempermudah segalanya.”

Emily tertegun, darahnya terasa berhenti mengalir. “Apa maksudmu?”

Senyum Alexander melebar, dingin sekaligus penuh kuasa. “Maksudku, Emily… aku tahu keluargamu berada di ambang kehancuran. Dan aku… satu-satunya orang yang bisa menyelamatkanmu.”

Emily mendongak, menatap matanya. “Dengan imbalan apa?”

Alexander menyeringai. “Pernikahan.”

Kata itu jatuh seperti palu. Emily terdiam, matanya membesar. “Kau… tidak serius.”

“Aku selalu serius.” Suaranya datar, tanpa jeda ragu. “Kau menikah denganku. Dalam enam bulan ke depan, kau menjadi istriku. Dan sebagai gantinya, aku akan melunasi hutang keluargamu, melindungi mereka dari kebangkrutan. Semua akan beres—asal kau menandatangani kontrak ini.”

Ia mengeluarkan sebuah map kulit dari mejanya dan meletakkannya di depan Emily. Di dalamnya, ada dokumen legal dengan judul besar: Marriage Contract Agreement.

Emily menatapnya dengan tidak percaya. “Kenapa aku? Dari semua wanita yang bisa kau pilih, kenapa aku?”

Tatapan Alexander menusuk. Untuk sesaat, ada kilatan emosi yang sulit dibaca—marah, sakit hati, atau mungkin masih cinta.

“Kau masih bertanya?” katanya dingin. “Kau tahu persis jawabannya. Karena aku pernah menginginkanmu. Karena aku pernah memberimu hatiku… dan kau menolaknya.”

Emily terhenyak. Suaranya tercekat. “Itu… bertahun-tahun lalu, Alex.”

Alexander mendekat lebih jauh, hingga wajah mereka hanya terpisahkan beberapa sentimeter. Matanya berkilau tajam.

“Jangan panggil aku Alex,” bisiknya. “Alex sudah mati malam itu, ketika kau mengatakan kau tidak menginginkanku. Yang berdiri di hadapanmu sekarang adalah Alexander Blackwood—pria yang belajar bahwa cinta hanya membawa luka. Dan sekarang… giliranmu untuk merasakan rantai yang sama.”

Emily merasakan napas hangatnya di kulit pipinya. Jantungnya berpacu, antara ketakutan dan sesuatu yang lain—sesuatu yang jauh lebih berbahaya.

Tangannya bergetar saat membuka kontrak. Setiap halaman berisi syarat-syarat dingin: kewajiban, larangan, tanda tangan.

“Ini gila,” desisnya.

Alexander menyentuh dagunya dengan jari, memaksa wajahnya mendongak. Sentuhannya kuat, tapi ada kilasan kelembutan samar—seolah bayangan Alex yang dulu masih bersembunyi di balik pria dingin ini.

“Tidak, Emily,” suaranya rendah, nyaris sensual. “Ini takdir.”

Emily memejamkan mata sejenak. Potongan kenangan SMA menyeruak lagi—tawa di taman sekolah, senyum Alex saat membantunya mengikat pita rambut, pengakuan cinta di senja yang indah. Dan tatapan kecewa itu, saat ia menolak.

Kini, tatapan yang sama menatapnya lagi, tapi dengan lapisan baru: obsesi.

Tangannya berhenti di halaman terakhir kontrak. Pena disodorkan ke arahnya. Emily menggenggamnya dengan gemetar.

Ia tahu, jika ia menandatangani, hidupnya tidak akan pernah sama.

Alexander menunduk sedikit, bibirnya nyaris menyentuh telinganya. “Tandatangani, Emily. Biarkan masa lalu mengikat kita… selamanya.”

Napas Emily tercekat. Di dalam hatinya, pertempuran sengit berkecamuk: kebencian, rasa bersalah, dan sesuatu yang masih berdenyut—kenangan cinta lama yang tak pernah sepenuhnya mati.

Dan di ruangan itu, di bawah tatapan dingin Alexander, ia tahu: tidak ada jalan keluar.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
6 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status