Gala bergeming dengan wajah memucat disamping pintu melihat pemandangan mengerikan di dalam sana.
"I-tu bukan istri gue 'kan?" tanya Gala terbata.Gala melangkah bak robot kekurangan baterai, begitu kaku menghampiri seorang gadis yang tersandar tak berdaya di dinding toilet.Dari baju, celana kulot dan tas yang gadis itu pakai sudah sangat jelas bahwa itu Mentari. Sebenarnya Gala sangat mengenali bahwa itu adalah istrinya, tapi Gala menepis dengan keras kalau itu bukan Mentari.Gala ingin menolak kalau itu benar-benar istri yang sedang ia cari."Itu beneran Tari, Gal. Hiks siapa yang tega ngurung dia disini." Arumi menyahut dengan tangis pilunya.Arumi sudah tidak tahan lagi menahan tangisnya melihat keadaan sahabatnya yang sepertinya tidak baik-baik saja.Arumi mendorong kasar tubuh besar Gala yang masih berdiri seperti patung di depan pintu toilet. Dengan langkah lebarnya kini Arumi sudah berjongkok di hadapan orang yaPenampilan Gala sangat kacau tapi tidak mengurangi kadar ketampanannya sedikitpun, penampilan Gala sama kacaunya dengan perasaannya saat ini.Istrinya tengah berjuang antara hidup dan mati di dalam ruangan ICU. Apakah seburuk itu keadaan istrinya hingga ruangan yang isinya hanya dihuni oleh orang-orang sekarat itu saja tempat yang harus istrinya huni?Gala menarik rambut hitamnya kuat-kuat. Memikirkan hal buruk yang bisa saja terjadi pada sang istri membuat Gala sangat frustasi."Kamu harus bertahan, Sayang. Disaat sebentar lagi kehidupan kita akan berubah kamu malah memilih berbaring disana," gumam Gala sambil menatap sendu pintu ruangan ICU yang tertutup rapat.Dokter masih ada di dalam sana, tadi setelah mereka membawa Mentari ke IGD para tenaga medis langsung memindahkan Mentari ke ICU membuat hati Gala serasa diremas-remas.Gumaman Gala terdengar samar oleh Alzi dan Arumi. Mereka hanya bisa diam menemani Gala agar pria itu tidak berb
"Sayang!" panggilnya dengan suara serak dan bergetar."Kakak cemburu tau sama mereka-mereka yang nemenin kamu tidur," adu Gala sambil menunjuk selang infus, alat bantu bernapas dan masih banyak lagi alat-alat medis yang menempel pada tubuh istrinya dan Gala tidak tau namanya apa."Harusnya Kakak yang nemenin kamu tidur bukan alat-alat sialan ini," ucap Gala begitu lirih bahkan hampir terdengar seperti bisikan."Maaf Sayang maaf, maafin Kakak atas kelalaian Kakak dalam menjaga kamu! Mungkin beribu kata maaf pun nggak akan cukup dan nggak akan pernah membayar rasa sakit yang kamu rasakan." Gala menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Kakak janji akan membalas rasa sakit kamu ini dengan cara yang lebih kejam dari yang dia lakukan. Jadi Kakak mohon kamu harus bangun secepatnya dan kasih tau Kakak siapa orang yang sudah melakukan hal biadab ini sama kesayangannya Kakak."Kilatan api dendam sangat terlihat jelas dari mata seorang Galaksi Bimantara. Dendam
Arumi ternganga dengan mata membulat sempurna. Sungguh ia dibuat syok luar biasa karena pemikiran ajaib pacar sengklek nya ini.Bisa-bisanya dia malah berpikir Arumi akan memiliki perasaan terlarang terhadap Gala.Kalau mau selingkuh dari Alzi, Arumi juga pilih-pilih keles, seenggaknya Arumi harus mendapat yang lebih kaya dan yang pasti harus lebih waras.Baik Alzi maupun Gala 'kan sama-sama nggak warasnya.Beberapa detik setelahnya Arumi mendelik judes dan berdecak tak suka. Memiliki pacar yang tingkat posesifnya sudah di level akut membuat Arumi kadang-kadang jengah sendiri.Kadang ada masanya juga Arumi akan berbunga-bunga dengan segala tingkah Alzi yang posesif. Kadang Arumi merasa begitu dicintai sangat dalam oleh seorang tuan muda tampan seperti Alzi.Tapi lebih sering Arumi merasa jengkel seperti sekarang ini contohnya.Nggak ngotak banget 'kan si Alzi pake cemburu sama Gala."Heh punuk unta! Aku masih wa
Jari jemari Mentari bergerak perlahan bersamaan dengan kelompok matanya yang perlahan terbuka. Dahi Mentari mengernyit dalam saat cahaya matahari memaksa menusuk ke dalam indra penglihatannya."Gal, Mentari bangun, Gal!" pekik Arumi sambil mengguncang lengan kekar Gala dengan antusias.Gala yang tadinya melamun terlonjak kaget karena aksi tiba-tiba Arumi."Apaan?" tanya Gala dengan wajah bad mood nya.Agaknya, Gala tidak terlalu mendengar ucapan Arumi saking menghayati lamunannya.Arumi menendang tulang kering Gala dengan rasa gemas, iya Arumi gemas serasa ingin menendang Gala ke planet Pluto sekarang juga kalau saja ia mampu.Gala ini lemot sekali kalau sudah galau seperti sekarang ini."Akh ... Bangsat! Kenapa lo malah nendang kaki gue sih? Sakit tau nggak?" Gala mengaduh kesakitan karena tulang keringnya terasa nyut-nyutan akibat tendangan Arumi yang tidak main-main.Gadis itu mengeluarkan seluruh tenaganya u
Mentari masih belum merespon membuat perasaan Gala semakin was-was tak menentu. Bahkan saat Dokter melambaikan tangan dihadapan wajahnya Mentari sama sekali tidak mengerjapkan matanya."Mentari.. kamu dengar saya?" Sekali lagi Dokter Lia memanggil Mentari masih dengan cara yang sama seperti sebelumnya."JANGAN ... JANGAN! JANGAN KURUNG AKU FANIA!"Deg"Fa-fania?" Gumam Arumi terbata.Untuk beberapa saat Gala terdiam mencoba mencerna maksud Mentari.Beberapa detik setelahnya.Gala tertawa bak iblis berbarengan dengan airmata yang mengalir dari pelupuk matanya."Ternyata perempuan rubah itu yang sudah melakukan hal biadab ini sama kamu, Sayang. Tunggu pembalasan dari saya Fania!"Gala berucap dengan suara bergetar dan aura yang menakutkan. Galaksi yang sekarang terlihat berbeda dari Galaksi yang lemah lembut sebelumnya. Rupa Gala saat ini tak ubahnya ketua gangster yang siapa mengeksekusi musuhnya.
"ARGHH ANJING! INI GARA-GARA LO FANIA SIALAN!"Bugh ... bugh ... bugh.Gala berteriak sekeras yang ia bisa sambil memukul-mukul tembok di belakang rumah sakit. Darah segar yang menetes dari punggung tangannya karena memukul dinding terlalu keras Gala abaikan begitu saja.Ia benar-benar tidak terima istrinya harus mengalami trauma berat gara-gara perbuatan biadab Fania.Penjelasan Dokter Lia mengenai kondisi mental Mentari membuat darah Gala mendidih seketika. Alhasil Gala pergi ke belakang rumah sakit dengan rahang mengeras dan melampiaskan amarahnya dengan cara meninju dinding dengan brutal.Gala seolah tidak merasakan sakit padahal tangannya sudah memar dan berdarah. Gala seperti orang kesetanan yang ingin menelan seseorang hidup-hidup."Gue nggak bisa lagi toleransi yang ini." Gala menggeleng tak terima. "Gue bakalan cari elo sekarang juga Bich. Hancurnya mental istri gue bakalan gue bales dengan hal yang jauh lebih parah dar
"Dasar orang miskin nggak tau diuntung! Kamu pikun apa bagaimana? Suami saya sudah pernah bilang buat jangan injakan kaki kamu lagi di rumah ini!" Hardik Rosa begitu congkak, “tapi kamu malah masih berani datang kesini dengan merusak barang-barang saya, orang miskin seperti kamu mana mungkin sanggup mengganti semua kerugian saya?” lanjutnya memaki Gala.Tatapan remeh dan merendahkan adalah sambutan dari Rosa untuk Galaksi saat ini."Saya belum pikun sama sekali, Nyonya Rosa. Kalau bukan karena anak lo yang kurang ajar itu ngurung istri gue di dalam toilet kampus sampai tengah malam hingga dia trauma berat mungkin gue nggak akan pernah datang lagi ke tempat ini selamanya,” desis Gala dengan mata tajam menatap Rosa seakan ia ingin menguliti Rosa hidup-hidup.Persetan dengan hormat kepada orang tua, Gala sama sekali tidak peduli. Gala hanya memanggil ibu rubah di hadapannya dengan panggilan elo saja. Menurut Gala yang memiliki hati sekeras baja, wanita picik
Mentari tak hentinya melirik pintu bercat putih tempat ia berada saat ini. Sudah hampir tiga jam lamanya sang suami pergi tidak tau kemana setelah berbicara dengan Dokter Lia tadi tapi sampai sekarang tak kunjung kembali.Hanya sebuah pesan singkat yang Gala kirimkan kepada Alzi yang isinya Gala akan pergi untuk beberapa saat dan menitipkan dirinya terlebih dulu bersama Alzi dan Arumi."Kak Gala ada bilang dia mau pergi kemana nggak, Zi?" Mentari menatap Alzi yang tengah bermain game di atas sofa.Alzi menghentikan kegiatannya lalu menatap Mentari dengan jengah. Entah sudah berapa kali Mentari menanyakan hal yang sama, sebanyak itu juga Alzi menjawab dengan jawaban yang sama pula yakni---"Gue nggak tau, Tarii. Kak Gala lo itu cuma minta gue buat jagain lo aja, soal dia mau pergi kemana dia nggak ada kasih tau gue. So gue nggak tau suami lo itu pergi kemana."Mentari termenung setelah mendengar jawaban dari Alzi."Kak Gala dimana