Di part sebelumnya hampir saja terjadi pernikahan dengan kedua kubu konglomerat. Namun sayangnya ada pria misterius yang membuat keonaran pada acara tersebut. Kini, pria tersebut tengah melepaskan amarahnya yang sepertinya sudah ia pendam sedari dulu.Para ajudan mulai bergerak dan hendak menyingkirkan pria tersebut akan tetapi Reyhan berteriak dan menyuruh para ajudan agar melepaskan pria itu. Reyhan merasa penasaran mengapa pria tersebut datang ke rumahnya? Selain itu juga, hal ini merupakan kesempatan Reyhan untuk membatalkan secara mentah-mentah pernikahan yang hampir dilaksanakan.“Terimakasih sudah memberikanku kesempatan hai pemuda muda” ujarnya dengan tersenyum puas. Lalu matanya melirik kearah Putri Gaulya. Ia mulai menyapa Putri Gaulya dengan ramah, “Hai Putri Gaulya... Apa kamu masih ingat terhadapku? Ah! Aku yakin memorimu masih sangat aktif dan tidak mungkin melupakan kejadian dulu yang enak itu” ujarnya sambil tersenyum sinis.“Ada apa ini sebenarnya ini? Nyonya Ratu, Tua
Siska tersadar dari pingsannya lalu ia ingin beranjak dari tempat tidur namun gerakannya terhenti ketika merasakan sakit di bagian rahim yang amat menusuk. Bertepatan dengan itu, Wilona masuk ke dalam dan mendapati tantenya telah siuman. “Tante, jangan dulu bergerak” ujar Wilona pelan, dirinya tidak ingin Tantenya kenapa-kenapa.“Bagaimana kata dokter?” tanya Siska secara tiba-tiba. Wilona menghela nafas lalu berkata, “Tante baik-baik saja” ujar Wilona yang membuat Siska bernafas lega.“Tapi... Yang di dalam rahim tidak bisa diselamatkan” ujar Wilona sambil menunduk.“Apa?!” sorot mata Siska kini begitu tajam. Ia langsung paham dengan apa yang Wilona katakan barusan. Kini, Siska terisak dan menggelengkan kepalanya secara berulang kali.Wilona menenangkan Tantenya dan mengatakan bahwa pelaku yang telah menggugurkan kandungannya telah di tangkap polisi. Namun, Siska mengatakan bahwa kalaupun si pelaku telah di tahan namun bisakah pelaku tersebut dapat mengembalikan janinnya lagi? Wilona
Gragin berjalan menuju ke arah rumahnya yang berada di dekat toko sembako. rumahnya yang berukuran kecil seperti tidak terlihat diantara sisi kiri dan kanan dengan gedung-gedung toko besar menutupnya. Gragin masuk dari pintu dan mulai menuju ke kamar tidur. Nampaknya malam ini Gragin begitu merasa lelah. Energinya telah terkuras habis ketika berada di rumah Tuan Harizon.Ia mulai tertidur dengan pulas hingga seseorang masuk ke dalam rumahnya. Ada dua orang yang kini berjalan menuju ke kamar Gragin. Mereka berdua memakai topeng penutup mata agar wajah aslinya tidak di kenali oleh orang lain termasuk Gragin. Mereka membuka pintu kamar tidur dan mendapati seorang pria berbadan besar tersebut tengah tertidur. Keadaan rumah yang selalu sepi, karena Gragin hidup seorang diri. Membuatkan mereka mudah masuk ke dalam rumah.“Apa kita habisi sekarang?” tanya salah satu dari penjahat tersebut.“Kita bekap dulu mulutnya biar tidak bersuara!” perintah rekannya yang lagi satu.Sesuai dengan yang dia
Reyhan mengetuk pintu rumah Wilona namun rumah itu terlihat sedang sepi. “Kemana perginya mereka?” tanya Reyhan para dirinya sendiri. “Ah... Aku punya nomor handphone Tante Siska” Reyhan mulai menghubungi Siska, sayangnya ponsel milik Siska saat ini tengah berada di dalam mobil. Sehingga Wilona tidak dapat memberikan informasi apapun kepada Reyhan. Sedangkan ia lupa memberikan nomor ponselnya kepada Reyhan karena saking acuhnya dengan keadaan.“Kenapa tidak diangkat? Ah... Aku tidak tahu nomor handphone Wilona!!!” seru Reyhan dengan khawatir. Entah mengapa perasaannya begitu cemas terhadap mereka. Lalu, Reyhan kembali teringat saat Wilona mengatakan bahwa Siska tengah keguguran. Dengan cepat Reyhan langsung menebak rumah sakit yang paling dekat dari rumah Wilona. Ia pun segera masuk ke dalam mobil dan segera menuju ke arah rumah sakit terdekat.Disisi lain, Sekali lagi Wilona harus menenggak pil pahit di lubuk hatinya. Di keluarga Wilona hanya Siskalah yang teramat baik padanya dan m
Syahnaz teringat kembali dengan perkataan Aris yang menyuruhnya untuk memilih sebuah keputusan. Di teras rumah Syahnaz sedang duduk sambil memegangi kepalanya yang terasa berputar-putar. Dari dalam ruangan, terlihat Bram sibuk mencari batang hidung istrinya hingga menuju ke teras rumah dan ia melihatnya juga.“Sayang...” Bram menyapa syahnaz dan duduk di sampingnya tidak lupa juga Bram memeluk pinggang syahnaz dengan pelukan mesra.Syahnaz menoleh ke arah suaminya dengan ekspresi wajah masam seakan tidak menyukai kehadiran Bram di sampingnya. “Kamu lagi apa?” tanya Bram.Terdengar suara nafas yang terkontrol lalu Syahnaz pun mengatakan bahwa ia ingin sendiri dan jangan diganggu. Bram mengira istrinya hanya bercanda kepadanya karena memang baginya Syahnaz gemar memberikan kejutan-kejutan yang diluar kehendak.“Ngapain masih duduk?” tanya Syahnaz dengan ketus sambil membuang muka ke arah lain. Bram terdiam mematung lantaran kali ini istrinya memang tidak ingin di ganggu. “Baiklah Sayan
Wilona telah bekerja di kantor perusahaan milik Reyhan. Tanpa Wilona sadari, sedikit demi sedikit hidupnya kini mulai berangsur membaik. Terutama pada perekonomian yang sempat jatuh kini mulai berkembang lagi. Hal ini juga tidak luput dari campur tangan Reyhan. Dia memberikan Wilona mobil perusahaan dan mengangkat Wilona menjadi sekretaris pribadinya. Rasanya, Wilona tidak akan pernah melupakan jasa kebaikan yang pernah Reyhan berikan padanya.Terlebih semua penghuni di perusahaan tempat Wilona bekerja pun pada ramah-tamah. Setiap kali Wilona berpapasan dengan mereka dengan ramah mereka selalu menyapanya dan begitupun juga sebaliknya. Pekerjaan yang nyaman, lingkungan dan fasilitas yang memadai, teman bekerja yang baik dan ramah, apalagi kenal akrab dengan bos tentu akan membuat siapapun merasa ingin di posisi Wilona yang sekarang namun tidak mau jadi Wilona yang dulu.Kini, genap sudah satu bulan Wilona bekerja dengan lingkungan yang positif. “Selamat siang, Bu Wilona” sapa Misya, kar
Wilona berbelanja ke supermarket dengan seorang diri. Karena hari ini tanggal merah maka kantor perusahaan pun sedang libur. Wilona membeli beberapa keperluan dapur yang bisa aku stok hingga satu minggu. “Ah... Akhirnya sudah cukup” gumamku dalam hati.Wilona mendorong keranjang supermarket yang berisi barang-barang belanjaannya ke kasir. Dengan cepat kasir mengecek harga dan Wilona pun membayar setelah dikasih tau total belanjaannya. Wilona membeli tas supermarket agar dirinya tidak kewalahan membawa barang belanjaannya. Setelah itu, Wilona menuju ke arah mobil dan tidak lupa membayar uang parkir.Terlihat pak satpam mengucapkan terimakasih kepada Wilona dan Wilona hanya tersenyum sekilas. Wilona pun mulai menyetir mobil dan pergi. Di lain sisi, Aris tengah berada di teras rumah yang aku lupa mengunci pintunya. Lumayan lama Aris menunggu karena Wilona mampir sedikit di salah satu rumah teman. Lalu saat ini aku sedang menuju ke rumah.Setelah sampai Wilona melihat Aris dan begitupun se
Reyhan mengajak Wilona ke rumah kedua orang tuanya dengan maksud memperkenalkan Wilona kepada mereka. Wilona merasa belum siap itu itu dan menolak secara halus. Reyhan tidak menyerah dengan penolakan Wilona hingga akhirnya Wilona pun mengiyakan. Sesampainya di rumah, Reyhan mengajak Wilona berjalan berdampingan.“Reyhan” sapa Nyonya Fitrya ketika melihat putranya kembali.Nyonya Fitrya memeluk erat tubuh putranya karena saking rindunya menahannya berminggu-minggu. Reyhan tersenyum lalu ia pun memperkenalkan Wilona. Nyonya Fitrya teringat dengan Wilona yang wajahnya tidak asing lagi.“Bukannya kamu yang pernah datang ke rumah saya ketika terjadi tragedi yang di perbuat salah satu ajudan kami?” tanya Nyonya Fitrya pada Wilona.“Iya, itu benar dan sekarang Tante saya telah meninggalkan saya selamanya akibat kehilangan janin yang beliau inginkan” ujar Wilona sedih.Nyonya Fitrya tidak dapat berkata-kata dia hanya diam. Lalu Reyhan pun menanyakan keberadaan papanya pada mamanya. Nyonya Fitr