Satria datang dengan membawa berkas untuk di tandatangani oleh Justin. Lalu kembali ke kantor. Begitupun Andra dan Indra datang bersamaan demi melihat keadaan Justin sekarang ini. Hanya saja mereka memilih tinggal lebih lama lantaran jarang bertemu.Mereka berdua menatap iba pada pria yang sering di tinggal oleh wanita yang di cintai- nya. Jika tidak meninggal. Ya, pasti nya kabur."Nasib lu, kok begini terus sih, Tin. kalau udah berurusan dengan perempuan," celetuk Indra."Banyak dosa ama perempuan,"cibir Andra.Indra langsung menyikut Andra dengan kuat.Sedangkan Justin hanya melirik sekilas dan menarik dalam nafasnya."Udah ada kabar mengenai istri lu?" tanya Indra."Basa-basi," cibir Justin."Basa-basi lah. Kan masih perhatian itu tandanya," balas Indra."Gimana keadaan lu? masih berasa kebas ga?" tanya Indra lagi."Udah mendingan. Lari pun aku udah bisa," sahut Justin."Hehe, ya, udah kejarlah si Midea sekarang," celetuk Indra bernada canda."Paling ketemu Justin , kabur lagi. si
Justin terjaga dari tidurnya. Secara perlahan menggerakkan tubuhnya. Semenjak insiden De Jasmine seminggu yang lalu. Pria itu harus tetap aktif melakukan senam kecil pada tubuhnya di setiap harinya. Ia pun masih harus melakukan terapi dan rawat jalan agar lebih cepat pulih, sehingga tubuhnya normal kembali."Sudah ada kabar mengenai Jasmine?" tanya Justin pada Alan, ketika pria muda itu mendatanginya."Belum ada, pak," sahut Alan cemas."Kamu udah check, barang apa saja yang di bawa istri saya selain pakaian?" tanya Justin pada Alan."Sudah, pak. Ibu bilang cuma itu," jawab Alan."Tapi bisa jadi, Kemungkinan nyonya akan menetap di suatu tempat untuk waktu yang lama. Karena pak Satria bilang, kalau nyonya sudah mengambil ijazah dan melegalisir nya untuk kopian yang banyak. Mungkin nyonya akan melamar pekerjaan di daerah yang nyonya tinggali sekarang ini, pak," tukas Alan.Justin terdiam sejenak lalu meminta Alan mencari tau seluk beluk Jasmine, jauh di masa lalunya. Entah itu tempat,
Sebuah Bus baru saja memasuki pelataran parkir dari sebuah terminal di ibukota yang terletak di ujung barat Sumatera.Seorang wanita turun dari Bus tersebut, dengan menggendong bocah yang berusia lima tahun.Suasana pagi hari yang begitu terasa sejuk menerpa wajahnya yang terasa segar, dikarenakan mendapatkan istirahat yang cukup meskipun tak senyaman di rumah.Kota ini masih begitu asri dan nyaman dibandingkan dengan kota Medan yang begitu semrawut. Kota yang di kelilingi pegunungan dan lautan.Hiruk pikuk terminal membuat bocah yang di gendongnya terjaga."Unda...,". Suara rengekan kecil yang berasal dari bocah itu membuatnya bertanya lembut pada sang anak."Dee, udah bangun, ya, sayang?" tanyanya lembut.Bocah yang di gendongnya pun mengangkat kepalanya dan memandang ke sekelilingnya lalu ke wajah sang bunda."Kita ada dimana, unda?" tanyanya polos.Wanita itu tersenyum dan berkata," di tempat yang baru, sayang,"."Tempat bayu?""Iya, sayang. Dee, sanggup jalan?" tanyanya"Sanggup,
"Retha, tolong ke rumahku sekarang, penting,". Pesan singkat yang diterimanya dari beberapa menit yang lalu. Membuatnya dengan sigap memberitahukan pada Satria jika karibnya sedang membutuhkan dirinya saat ini."Bang, Jasmine suruh aku ke sana sekarang," "ya, dah pergilah. Abang antar sekalian ada perlu Ama bang Justin,"Satria menemani istrinya, dan sekaligus, ia juga ada keperluan kepada Abang sepupu- nya itu. Mereka menitipkan si kembar pada keluarganya Retha yang datang berkunjung di malam itu."Memangnya ada apa ya, Jasmine tiba-tiba nyuruh kamu ke rumah?" tanya Satria penasaran."Hmm, ga tau, bang. Makanya ini lah, adek mau ke sana," sahut Retha.Mereka langsung masuk begitu tiba di rumah Justin. Memanggil Jasmine dan Justin serta Dean. Namun suasana rumah yang biasanya di penuhi gelak tawa anak-anak. kini sunyi Rumah mewah itu begitu lengang.Mereka kembali memanggil dua nama pemilik dari rumah ini. Namun hening. Tak ada terdengar suara manusia barang seorang pun."Bang, Just
"Maaf, sayang, kamu kaget, ya? habis gimana, ya. Aku tuh gemes banget sama kamu, Yang," ucap Justin.De Jasmine tersenyum kecil, padahal hatinya tersenyum sinis. Ia menggeleng pelan. Justin menyibak rambut wanita itu, menyelipkan di belakang telinganya. Jika begini terlihat lah cantiknya leher jenjang sang istrinya, yang terlihat sexy di matanya."You are so beautiful, De," gumamnya kagum.Sementara De Jasmine tersenyum menatap Justin, lalu perlahan mendekati bibirnya ke bibirnya pria itu. Justin menerimanya dengan gairah dan kelembutan. Ia terhanyut akan itu. Merasakan sensasi yang berbeda saat wanita nya ada di atas pangkuannya. Begitupun De Jasmine yang juga ikut merasakan sensasi ini untuk pertama kalinya. Keduanya terhanyut dalam pagutan lembut namun cukup menggairahkan itu.Akan tetapi, De Jasmine langsung sadar. Bahwa niat mendekati Justin tadinya adalah melangsungkan rencananya. Ia tak boleh gagal. De Jasmine perlahan mengeluarkan spuit dari selipan lengan bajunya, seiring p
Rasa benci kini memuncak di hati seorang De Jasmine. Tak perduli pria yang di hadapannya kini adalah suaminya sendiri. Mengingat apa yang telah dilakukan pria ini padanya. Dari merenggut semua miliknya, kehormatannya, Mamanya, bahkan putranya, serta seluruh hidupnya berubah karena pria ini. Meskipun takdir memilih mereka bersatu.Namun siapa yang mampu mengetahui isi hati De Jasmine yang sebenarnya. Walaupun pasutri itu telah berbaikan, tepatnya terpaksa berbaikan lantaran seminggu yang lalu putra mereka mengalami demam tinggi secara tiba-tiba.Seminggu sebelumnya.De Jasmine membuka matanya perlahan dikarenakan ia mendengar lenguhan kesakitan dari suara bocah yang amat di kenalnya. Ia menoleh ke arah kanan saat mendengar kata "Bunda," yang keluar dari mulut kecil Dean."Dee," panggilnya sambil memiringkan tubuhnya ke arah Dean.Kelopak Netranya terbuka lebar saat menyadari ada sesuatu yang salah pada putranya ini. Hawa panas begitu terasa di kulitnya saat meraba kening mungil itu. De
Tujuan utama pernikahan adalah membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, yakni; ketenteraman, cinta kasih, dan kasih sayang.Pernikahan menciptakan ikatan yang kuat antara suami dan istri, serta menjadi dasar bagi terbentuknya keluarga yang harmonis dan dapat memberikan kebahagiaan dan juga ketenangan hidup, baik secara emosional maupun spiritual. Jika itu adalah pernikahan yang di awali dengan kejujuran.Namun bagaimana jika pernikahan itu dasar nya di landasi dengan kebohongan. Apakah bisa disebut dengan pernikahan bahagia. Tentu saja tidak. Termasuk De Jasmine. Biarpun orang-orang menilai pernikahan yang ia jalani adalah sebuah pernikahan yang bahagia. Pernikahan yang di impikan oleh semua orang. Namun tidak untuknya saat ini.Wanita itu masih membenci suaminya itu. Rasa tidak puas mendominasinya. Namun ia juga tidak tau bagaimana cara untuk menghukum pria itu, selain menghindar dan mendiamkan Justin. Selalu di setiap harinya.Justin yang sudah mulai merasa hilang aka
"Sialan kamu, Justin," umpatnya saat melihat lelaki yang ada di sampingnya. Seketika itu De Jasmine bangkit dari tidurnya dan melempar bantal ke tubuh pria itu.Namun yang di lempari tak bergerak sama sekali. Entah karena ngantuk atau kelelahan karena permainan mereka semalam. Hal ini membuat Jasmine semakin kesal. Ia berencana melemparkan bantal yang satunya lagi. Namun ia melihat jam dinding sekilas yang menunjukkan pukul 7 pagi. Kembali ia melewati waktu wajibnya untuk yang ke sekian kali gara-gara pria itu."Ya, Rabb. Maafkan hambamu yang telah lalai akan kewajibannya,". Ia membathin dengan rasa penyesalan.Lalu teringat jika hari ini adalah hari waktunya Retha menerima tamu-tamu yang telah di undang untuk acara baby twins tersebut. Segera ia membersihkan dirinya di kamar mandi sebelum ia meninggalkan Justin yang masih tertidur pulas di kamarnya. Wanita itu berangkat ke rumahnya Retha dengan berjalan kaki.Sepeninggalnya Jasmine. Justin terjaga dan mencari-cari keberadaan istrinya
"Musibah membawa berkah". Mungkin kalimat ini yang cocok untuk menggambar kan kondisinya Justin sekarang ini. Pria itu tersenyum cerah di malam yang indah.Entah dia bersyukur atau menggerutu mengingat kebandelan dari seorang Midea Jasmine yang tetap meminum minuman beralkohol tersebut."Kamu pikir kamu sekuat itu, Sayang. Pada dasarnya kau adalah tetap si polos Jasmine yang ga tahan sama alkohol," ucap pria itu dengan senyumnya.Meskipun hanya mendapatkan cumbuan sesaat namun cukup melekat di benaknya. De Jasmine-nya begitu agresif. Sama seperti ketika dia mabuk untuk pertama kalinya.Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Itu berarti sudah satu waktu wajib terlewatinya demi pergumulan indah ini. Bukannya ia sengaja. Namun kesempatan indah ini sangat jarang ia dapatkan. Dari semenjak perpisahannya dengan Midea sampai ia menikahi lagi wanita ini dengan sisinya yang lain.Justin tak ingin cepat-cepat mengakhiri malam ini. Ia dengan sengaja meminta tolong pada sepupunya yang lain untuk menjag