Ibu dan Bapak mertua Naila datang. Irda dan Ima ikut serta bersama mereka. Ikhsan mengajak bapaknya untuk bergabung bersama laki-laki yang lain. Sementara Ibu dan saudarinya langsung masuk ke dalam. Bu Sukma tidak ada keinginan membantu Naila yang repot. Alih-alih membantu justru kedatangan mereka malah merepotkan. "Nai, sini bentar. Tolong ambilin kami makan soalnya tadi di rumah gak sempet." Perintah Bu Sukma kepada menantunya. Naila lalu meminta orang dapur untuk menyiapkan makan buat mertua dan iparnya. "Ini, Bu, Mbak Ima, Silakan dimakan," Naila mempersilakan. "Eh Naila, gak ada teh manis atau apa gitu ya? Masak dikasih air putih doang," cibir Mbak Ima. "Ada, Mbak. Emang belum sempat dibawa ke sini. Kalau mau ambil di dapur aja soalnya aku mau siap-siap ganti baju." jawab Naila. "Eh kami ini tamu harus dilayani, malah disuruh ambil sendiri di dapur!" cibir Ima. Belum sempat Naila menjawab, Irda ikut mengomel."Mbak, to
Esok harinya, Naila menitipkan beras, gula dan minyak goreng untuk mertuanya. Ikhsan akan memberikannya sekalian berangkat kerja. Kali ini dia memilih mengalah daripada masalah terus berlanjut. Hanya karena masalah ini semalaman Ikhsan mendiamkan istrinya. Karena itu Naila merasa harus menuruti permintaan mertuanya. "Nduk, suamimu kenapa gak menyentuh sarapan yang kamu buat. Kopi pun masih belum diminumnya," "Mungkin dia terburu-buru, Bu." Naila mencoba menutupi masalah rumah tangganya dari orangtuanya. "Benar begitu? Apa kalian sedang ada masalah? Apa karena mertuamu marah-marah tadi malam?" tanya Ibu Naila. "Iya, Bu. Memang karena itu," Naila akhirnya jujur karena tidak bisa menyembunyikannya dari Sang Ibu. "Oalah, Nduk ... sampai kapan mertuamu itu selalu mencampuri masalah rumah tangga kalian. Percaya sama Ibu, rumah tangga kamu gak akan bisa tenang selama mertuamu itu gak bisa berubah," geram Bu Rima. "Entahlah, Bu ...." j
[Naila, aku setuju untuk mengenal Rani lebih dalam] Rendi mengirimkan pesan pada Naila. Sesaat kemudian Naila membalasnya [Alhamdulillah, semoga ini menjadi awal yang baik] [Pasti menjadi awal yang baik buat kita, Nai] balas Rendi. [Kita? Maksudnya kamu dan Rani gitu,'kan?] Naila merasa ada yang aneh dengan jawaban Rendi. [Aku memulai hubungan dengan Rani agar bisa lebih dekat denganmu, Naila] balas Rendi. [GILA!?]balas Naila. Tak ada jawaban lagi dari Rendi, setelah itu Naila mencoba mengirim pesan lagi kepada pria itu. [Harusnya kau memulai hubungan dengan ketulusan, Ren. Jangan permainkan adik sepupuku, jika tidak kau akan berurusan denganku]Pesan yang Naila kirimkan. [Tak pernahkah kau pikir bahwa kau juga mempermainkan perasaanku?] balas Rendi. [Jangan gila, Ren. Ini urusan hati] balas Naila. [Aku bahkan bisa lebih gila dari ini, Nai. Semua demi kamu, Ikhsan tidak pantas untukmu ... percayalah padaku]
Ikhsan dan Amanda akhirnya keluar untuk makan bersama di restoran tak jauh dari kantor mereka. "Terima kasih, Pak. Udah mau nemanin saya makan siang." ucap Amanda. "Iya sama-sama. Oh iya, ini ulang tahun kamu yang keberapa?" tanya Ikhsan basa-basi. "ke-21, Mas eh Pak" Amanda salah tingkah. "Santai aja sih. Sebenarnya usia kita beda tipis. Cuma mengingat aku atasan kamu di kantor jadi kamu mesti manggil aku Pak. Kecuali di luar kantor bebas kamu mau panggil apa saja," jelas Ikhsan. Kedua sejoli itu terlibat obrolan seru setelahnya. Sosok Amanda ternyata sangat menyenangkan di mata Ikhsan. Amanda juga gadis yang luwes dan mudah berbaur dengan siapa saja. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat. Setelah melihat jam di tangannya, Ikhsan mengajak Amanda untuk segera balik ke kantor. "Manda, bentar lagi udah masuk jam kantor. Balik yuk," ajak Ikhsan. "Cepet banget ya, Pak. Yaudah ayo ntar keburu masuk," jawab Amanda.**** "
Tak lama terdengar suara mobil memasuki halaman. Dan Naila yakin itu pasti suaminya. Dia bergegas ke depan untuk membukakan pintu. "Belum tidur kamu, Nai?" tanya Ikhsan. "Nungguin kamu pulang. Lagian ada acara kenapa gak bilang-bilang sih, Mas. Gak biasanya kamu seperti ini," "Iya aku lupa, tadi itu acaranya Pak Manager jadi dadakan gitu," ucap Ikhsan. "Berarti kamu udah makan ya, Mas?" tanya Naila. "Udah barusan," jawab Ikhsan. "Ehm .... " Naila ingin menanyakan suatu hal tapi dia merasa ragu menyampaikan "Kenapa lagi, Nai. Ada yang mau kamu tanyakan?" tanya Ikhsan. "Mas, siapa gadis yang duduk dekat sama kamu di statusmu itu?" tanya Naila. "Oh dia Amanda anak magang baru 3 minggu ini, kenapa cantik ya?" tanya Ikhsan sembari menggoda Naila. "Bukan gitu, Mas. Harusnya kamu bisa menjaga perasaanku. Kamu pria beristri harus tahu batasan dalam pergaulan. "Cuma teman aja, Nai. Lagian hal itu udah biasa k
Tiba di hotel, Naila langsung menuju ke resepsionis untuk check in. Setelah mendapatkan kuncinya, mereka menuju kamar masing-masing. Naila sengaja memesan dua kamar sekaligus agar merasa nyaman saat beristirahat. Dia juga memikirkan privasi saudara sepupunya itu. Setelah membersihkan diri, Naila menuju kamar Rani,"Ran, udah siap belum? Kita mau menghadiri pameran karya seni sekarang juga," ujar Naila. "Iya udah siap, Mbak. Tadi kan udah diingetin sama Mbak Naila," sahut Rani. Acara pameran yang digelar sangat ramai sekali. Dihadiri banyak pengusaha dari seluruh Indonesia. Beberapa turis mancanegara juga terlihat di sana. Maklum kota Yogyakarta juga salah satu kota yang bertaraf Internasional. Produk yang Naila hasilkan juga terpampang di sana. Pameran ini bertujuan untuk mendobrak semangat para pengusaha lokal agar lebih bersemangat lagi. "Senang bisa langsung bertemu dengan Bu Naila?" ucap salah satu pengunjung pameran. "Saya j
ANAKKU JUGA CUCUMU, BU# PART22(27) Klontang!! "Maaf, Pak, Bu sudah mengganggu," ucap seorang Roomboy yang baru saja menjatuhkan besi yang dipegangnya. Naila yang merasa malu kedapatan berpelukan segera menjauh dari Rendi. Rendi lebih bisa menguasai suasana mempersilakan pria itu pergi. "Terima kasih, Nai," ucap Rendi yang kemudian segera berlalu dengan senyum manisnya. Sungguh malam ini hati Rendi bahagia. Dia telah mengatakan beban yang selama ini menghimpit dadanya. Dan serasa mimpi dia bisa memeluk seorang Naila. Sementara Naila merutuki kebodohannya. Dia merasa tak seharusnya melakukan hal bodoh semacam itu. Dia menyesal sungguh-sungguh menyesal. Untuk menghilangkan perasaan bersalahnya, dia mencoba mengirim pesan pada Sang Suami. Naila membuka aplikasi berwarna hijau lalu melihat kontak suaminya. Ternyata suaminya sedang online."Mas, Ikhsan kenapa tak menghubungiku sama sekali?" batin Naila. [Mas, udah tidurkah?]" Na
Naila mencoba menelpon suaminya untuk mengabarkan bahwa dia akan pulang. Tiket pesawat sudah dipesannya. Setelah beberapa kali mencoba menghubungi namun tak tersambung juga. Naila akhirnya memilih mengirim pesan pada suaminya itu, [Mas, mungkin nanti malam aku udah pulang] namun ternyata ponsel suaminya tak aktif. Hari- hari Ikhsan semakin berwarna, kali ini pria itu benar-benar jatuh cinta. Begitu juga dengan Amanda, dia seakan mabuk kepayang dengan pesona yang dimiliki oleh atasannya itu. Malam ini Ikhsan berniat menyatakan secara resmi perasaannya pada gadis yang menjadi idaman lain di hatinya. Dia telah menyiapkan kado spesial untuk Amanda. Bahkan dia juga sudah memesan tempat di restoran yang akan menjadi tempat spesial dia dan Amanda nanti malam. Seolah lupa statusnya, Ikhsan sama sekali tidak memikirkan perasaan Naila. Dia takut jika terlambat menyatakan hatinya, maka Amanda akan menjadi milik orang lain. Siapa yang tak suka dengan gadis secantik Amanda. Muda, cantik dan