Share

Part 03: Tangan Winda Terkilir

last update Last Updated: 2021-11-09 14:22:37

Jangan Larang Aku Menikah!

Part 03: Tangan Winda Terkilir

Wajah Bu Nadya berubah merah dan tidak terima atas hinaan Bu Aura.

"Pergi kalian dari sini! Aku tidak sudih mempunyai besan yang tidak ada akhlak!" Amuk Bu Nadya sembari menunjuk pintu keluar. Dadanya bergemuruh akibat mendengar hinaan Bu Aura.

"Nggak usah pun ibu mengusir kami, aku dan anakku tahu jalan pulang. Semoga saja Winda perawan tua seumur hidup," ucap Bu Aura. Sumpah serapah terlontar dari sudut tepi bibirnya. Mereka beranjak pergi dan tidak menoleh ke arah belakang.

Bu Nadya memegangi dadanya yang sesak, asma yang dideritanya mendadak kambuh di waktu yang tidak tepat. 

"Bang Anton, tunggu!" teriak Winda sambil mengejar membuntutinya.

"Mau apa lagi kamu, Winda? Ibu tidak sudi punya calon menantu seperti kamu! Apalagi punya calon besan seperti benalu," jawab Bu Aura dengan judes sambil terus melangkah cepat.

Winda terkejut mendengar perkataan Bu Aura. Dia tidak menyangka, wanita di hadapannya bisa berbicara seperti itu. Sungguh menyayat hati dan di luar dugaan Winda.

"Maafkan ibuku, aku minta tolong sekali ini saja," ucapnya mengiba. Matanya berkaca-kaca akibat amukan Bu Aura.

Sifat ibunya yang membuat orang jengkel sehingga tidak mau menolongnya sama sekali. Winda tidak putus asa sampai di sini. Dia berusaha agar ibunya bisa terselamatkan.

"Orang seperti kalian tidak pantas untuk ditolong! Sudah hidup miskin malah mau menjualmu dengan alibi minta mahar lima ratus juta. Kalau mau kaya, kerja keras dong!"

Winda bergeming, tangisnya semakin pecah. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangan sambil terisak. 

"Bu, tolong dengarkan aku berbicara. Sekali ini saja, help me please," ucapnya mengiba. Tetesan air matanya kembali mengalir deras, sehingga menghalangi pandangannya.

Bu Aura dan Anton tidak peduli sama sekali. Mereka terus melangkah pergi.

"Ibuku memiliki riwayat penyakit asma, Bu. Sekarang asma-nya kambuh. Aku harap ibu dan Bang Anton mau membawa ibuku ke rumah sakit."

Winda terus burusaha minta tolong menghalangi langkah Bu Aura. Namun, tidak dihiraukan sama sekali.

"Urus saja ibumu yang penyakitan itu. Bila perlu kamu jual saja ginjalmu agar hidup kaya raya. Nggak mesti memeras orang, paham!" Bentak Bu Aura sembari mendorong Winda hingga tersungkur ke lantai.

"Aw," ucapnya lirih.

Winda berusaha bangkit walaupun tangannya terkilir. Keselamatan ibunya jauh lebih penting daripada tangannya yang terkilir.

"Ada apa ini ribut-ribut?" ucap Pak Zainuddin, tiba-tiba datang memakai seragam kerja. Wajahnya terlukis letih akibat seharian kerja. Dia buruh lapangan di salah satu kebun sawit di kampung ini.

"Penyakit ibu kumat, Pak! Aku minta tolong sama Bang Anton dan Bu Aura, agar membawa ibu berobat ke rumah sakit," ucap Winda menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi. Tangan kanannya masih memijit tangan kirinya yang terkilir.

Bu Aura memasang wajah tidak sedap dipandang mata. "Ayo, Nak! Nggak usah hiraukan wanita seperti itu!"

Bu Aura dan Anton pergi, tidak ada sedikitpun menghirauan perkataan Winda. Semua usaha yang dia lakukan demi menyelamatkan ibunya sia-sia. Bahkan dia mendapat hadiah dari Bu Aura, tangannya terkilir.

"Pak, tolong ibu! Aku tidak mau terjadi apa-apa padanya."

"Ta-tanganmu kenapa, Win?" tanya Pak Zainuddin. Ia mencoba melihat lengan putrinya. Namun, Winda menepiskan tangan Pak Zainuddin dan tidak mau.

"Sekarang ini kondisi ibu sekarat di ruang tengah, Pak," seru Winda. 

Mereka melangkah menuju ruang tengah.

"Ambil obatnya sekarang juga, Win! Habis itu baru panggil Pak Maman. Aku lihat tadi ada mobilnya parkir di garasi rumahnya pada saat Bapak mau ke mari."

Winda berlari ke kamar untuk mencari obat ibunya. Dia bongkar setiap laci dan tempat obat, tidak juga membuahkan hasil. Sementara Pak Zainuddin berusaha memberi pertolongan kepada istrinya. "Bu, dimana biasanya ibu menyimpan obatnya?" teriak Winda sambil mencari obat itu. Winda lupa kalau ibunya masih kondisi darurat.

Winda tidak putus asa mencari obat itu di dalam kamar. Semua tempat sudah dicari tidak juga ketemu.

"Cepat cari obatnya, Win! Jangan lama-lama di kamar!" teriak Pak Zainuddin. Keringatnya menganak sungai membasahi bajunya karena panik.

"Alhamdulillah akhirnya ketemu. Ya ... obatnya tinggal sedikit lagi. Nggak apa-apalah, semoga bisa meredakan asma-nya, Ibu." Winda berlari menuju ruang tengah dengan cepat. Kakinya hampir saja terpleset. Namun, untung saja dia bisa menyeimbangkan diri.

Winda kembali berlari ke ruang tengah penuh hati-hati. "Ini obatnya, Pak!" ucapnya sembari membuka tutup botol dan menyodorkan obat itu kepada Pak Zainuddin. Lalu, dia meletakkan obat itu tepat di lubang hidung Bu Nadya.

Bu Nadya langsung menghirup obat tersebut, tidak berapa lama asma-nya sembuh.

"Bapak sudah lama pulang?" tanya Bu Nadya dengan suara pelan dan terbata. Wajahnya masih terlihat pucat pasi. Pandangannya berkunang-kunang.

"Baru saja, Bu."

Bu Nadya menelan salivanya dengan berat. Pak Zainuddin menyodorkan botol obat itu kepada Winda. Kemudian Winda menutup kembali botol itu.

"Ibu kenapa? Kok asma-nya tiba-tiba kumat?" tanya Pak Zainuddin.

"A-anu, Pak. Tadi aku menghirup debu. Jadi ...," ucap Bu Nadya. Suaranya tercekat di tenggorokan.

Pak Zainuddin mengernyitkan dahi, alasan yang diberikan istrinya tidak masuk akal. Padahal setiap hari lantai rumah di pel.

"Boleh Bapak bertanya kepada Ibu?"

"Bo-boleh," jawab Bu Nadya gagap.

Wajah Bu Nadya kecut mendengar pertanyaan suaminya.

"Apa benar setiap orang datang ke mari mau melamar Winda, ibu selalu meminta mahar tinggi?"

Winda beranjak dari tempat duduknya, dia nggak mau kalau Bu Nadya curiga padanya.

"Ti-tidak, Pak."

Pak Zainuddin heran dengan jawaban istrinya. Sebenarnya dia sudah tahu informasi itu, cuma dia mau mendapatkan info dari orangnya langsung.

"Bu! Jangan pernah memaksa orang untuk memenuhi kemauanmu agar memberi mahar ratusan juta," Nasihat suaminya.

Jantung Bu Nadya seperti tertancap anak panah mendengar perkataan Pak Zainuddin.

"Ma-maksud Ba-bapak apa?" tanya Bu Nadya terbata-bata.

"Ibu meminta mahar ratusan juta kan?" cecar Pak Zainuddin.

Bu Nadya tidak pernah sama sekali memikirkan usia anaknya yang sudah tua. Di dalam benaknya, suatu hari pasti ada yang sanggup memberi mahar sesuai permintaannya.

"Hm, sial. Kenapa Bapak bisa tahu," ucapnya dalam hati. Tiba-tiba, Bu Nadya mau buang air kecil.

"Ibu mau ke kamar kecil sebentar, Pak," ucap Bu Nadya.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Bu."

Pak Zainuddin melarang Bu Nadya pergi ke kamar mandi.

"Bapak."

Bersambung ....

Next?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26E

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUBaru saja Ahmad mengancam dokter gadungan itu, malah dia langsung kabur."Argh ... Sial! Licik sekali dia."Ahmad berlari mengejar dokter tersebut. Namun, tidak dapat. Dia ketinggalan jejak akibat kakinya terpeleset dan dia hampir jatuh."Ahmad ... Ahmad .... Kamu kira bisa melawanku," ucap Bu Nadya.Bu Nadya mengukir senyum dan dia merasa senang misinya berhasil."Kenapa ibu senyam-senyum?" tanya dokter.Bu Nadya lupa kalau di sampingnya masih ada dokter yang sesungguhnya."Ti-tidak apa-apa. Aku cuma heran saja melihat tingkah Ahmad, Dok," balas Bu Nadya.Dokter heran kenapa Bu Nadya senyam-senyum. Seketika otaknya berpikir untuk mengancam Bu Nadya."Kalau hasil rekaman CCTV berhasil kami putar. Dengan hasil rekaman itu kami bisa mengetahui identitas dokter gadungan itu, maka semuanya bakalan terbongkar siapa dala

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26D

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUDi ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya."Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan."Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali.Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya."Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda.Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu."Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin.Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26D

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Di ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya. "Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan. "Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali. Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya. "Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda. Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu. "Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin. Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan dokter gadungan.

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26C

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUSuara pintu ruangan ICU terbuka. Winda, Ahmad dan Tante Lusy menatap ke arah pintu. Memastikan siapa yang keluar dari dalam."Maaf, permisi mengganggu waktunya."Salah satu petugas keluar dari dalam ruangan ICU."Bagaimana perkembangan keadaan bapakku, Dok?" tanya Winda serak.Air matanya mengalir kembali setelah beberapa menit surut."Mohon maaf, saya pribadi dan perwakilan dari petugas tim medis mohon maaf kalau pasien tidak bisa diselamatkan. Karena racun yang ada didalam tubuh beliau sangat parah.""Maksudnya, Dok?!" tanya Tante Lusy.Winda semakin terisak, ia tidak menyangka bapaknya akan pergi selamanya. Padahal, ia belum menunaikan janjinya kepada Pak Zainuddin memberikan cucu."Aku minta tolong, Dok. Lakukan yang terbaik buat bapak. Aku tidak mau kehilangan bapakku, Dok," ucap Winda panik.Air matanya jatuh

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26B

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU "Kabar bapak masih belum ada, Tan. Kita masih menunggu informasi dari dokter. Sampai sekarang belum ada sama sekali dokter dan petugas lainnya keluar dari dalam ruangan," jelas Winda dengan nada sedih. Netranya berembun, Winda tidak sanggup menahan air matanya yang terus meronta. Akhirnya jatuh juga tanpa pamit. "Kita berdoa saja, Win! Semoga Allah memberikan kesehatan kepada bapak juga kepada kita semua." Tante Lusy memeluk Winda. Dia memberi support kepada Winda agar kuat dalam menghadapi cobaan yang datang silih berganti. "Te-terima kasih, Tan." Winda tidak tahu lagi harus bagaimana. Deru bercampur haru. Bu Nadya yang melahirkannya saja rasanya seperti orang lain. Tidak sedikitpun menyayanginya. Apalagi memberi kasih sayang kepada Winda. "Win! Kamu nggak boleh sedih dan lemah! Semua pasti bisa kamu lewati. Jangan putus asa. Ok!" nasehat Ta

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26A

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Tidak ada sama sekali Om Parto dan Bu Nadya menjawab. "Ok! Semua bukti sudah aku rekam. Aku tidak boleh lengah atas kejadian ini." Tante Lusy membiarkan Om Parto dan Bu Nadya pergi sesuka hati. Dia fokus pada inti permasalahan makanan yang dia pesan di katering tempat langganannya. Langkah demi langkah Tante Lusy ayunkan kakinya. Dia tidak peduli kepada pengunjung lain yang sedang melintas di setiap lorong rumah sakit. 'Lihat saja nanti siapa yang bakalan menang dalam permainan ini?' ucap Tante Lusy dalam hati sambil berjalan. Sesampainya di depan pintu kamar Winda, Tante Lusy memegang gagang pintu dan membukanya. 'Ceklek' Tante Lusy membuka pintu kamar Winda. Lalu dia masuk ke dalam. "Lah! Kemana mereka pergi? Perasaanku tadi mereka ada di ruangan ini." Tante Lusy merogoh ponsel miliknya di dalam ta

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 25D

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada IbunyaTante Lusy masih belum percaya atas tragedi yang terjadi. Dia mengedipkan mata lalu menarik napas dalam-dalam."Maaf aku belum familiar dan kenal dengan catering yang ibu maksud. Aku baru satu minggu tugas di sini."Jantung Tante Lusy hampir copot mendengar perkataan Reza. Setelah mendengar semua apa kata Reza, baru dia tenang sedikit."Bagaimana dengan hasil laboratoriumnya, Dok?" tanya Tante Lusy lagi.Jiwa penasarannya meronta-ronta. Sudah lima menit dia di dalam ruangannya Reza, tapi tidak ada sama sekali dokter Reza menyampaikan hasil Lab-nya."Hasilnya ada racun yang membuat konsumen sakit perut dan apabila nggak segera ditangani, konsumen tersebut bisa jadi meninggal," jelas Reza."Ma-maksudnya, Dok? Aku nggak paham!"Tante Lusy membetulkan duduknya, dia merekam perkataan Reza tanpa izin terlebih dahulu."Kalau

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 25C

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada Ibunya'Sial! Kenapa aku kesannya membela Ahmad. Padahal dari dulu aku nggak suka sama dia,' ucap Bu Nadya dalam hati.Bu Nadya berkacak pinggang, dia berpikir keras mencari alasan bagaimana caranya agar Om Parto tidak berang."Ma-maksud aku nggak seperti itu, Om Parto."Bu Nadya ngeles dan mengelus punggung Om Parto."Pokoknya, ibu calon mertua kudu tanggungjawab atas ...."Om Parto menjeda ucapannya, hampir saja dia keceplosan. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Matanya menyalang takut ketahuan."Om Parto! Maksudnya tanggungjawab atas apa? Apa jangan-jangan biang kerok semua ini kalian berdua?" tuduh Ahmad dengan sedikit mengancam agar Om Parto mengaku.Sejak dahulu, Ahmad sudah menaruh curiga kepada Bu Nadya dan Om Parto.

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   25B

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada IbunyaAhmad dan dokter berjalan menghampiri Pak Zainuddin yang sudah terbaring di atas brangkar."Dokter! Tolong selamatkan Bapakku. Aku mau menikah soalnya, Dok."Winda tidak sabar. Ia tidak mau kalau pernikahannya gagal dan gagal terus menerus."Sabar, saya mohon jangan panik. Biarkan saya bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada saya," ucap dokter Faisal.Dokter Faisal mengecek keadaan suhu Pak Zainal. Ruangan terasa hening dan hampa. Hanya suara jam dinding yang terdengar di atas nakas."Sepertinya beliau keracunan makanan. Makanan apa saja yang dikonsumsi beliau satu kali dua puluh empat jam?" tanya dokter Faisal.Winda terkejut mendengar perkataan dokter Faisal. Seketika mulutnya menganga."Ini tidak mungkin!" ucap Winda sambil memeluk tubuh Pak Zainuddin.Om Parto

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status