Share

Part 08: Dilema

last update Huling Na-update: 2021-11-25 13:01:18

Jangan Larang Aku Menikah!

 

 

Part 08: Dilema

Winda melangkah menuju kamar untuk packing, tidak mungkin dia pergi tanpa ada bekal pakaian sepasang pun. Sementara uang tidak ada sama sekali di tangannya untuk beli baju. Maka dari itu, Winda secara paksa, mau tidak mau harus bawa beberapa pakaian. Tidak butuh waktu lama, usai sudah semua baju dimasukkan ke dalam tas.

Winda menyusul Ahmad yang sudah di atas motor dari tadi. Dia langsung naik dan Ahmad men-stater motor bututnya. Winda kelihatan canggung menunggangi motor yang akan membawanya pergi tidak tahu pergi ke mana. 

"Maaf, Dek! Karena kita belum sah. Maka tolong jaga jarak."

Winda terkejut mendengar ucapan Ahmad. Keadaan seperti ini masih saja menjaga kesuciannya. Dia hanya bisa mengulas senyum, Ahmad terkesima melihat senyumnya jelas kelihatan dari kaca spion.

"I-iya, Bang."

Sebuah klakson berbunyi memberi isyarat kepada Pak Zainuddin bahwasanya mereka berdua izin pamit dan akan pergi jauh. Winda duduk di atas motor dengan perasaan sedih bercampur senang. Sepanjang perjalanan tak terasa air matanya terus jatuh membasahi pipi.

"Tuhan, jika ini adalah jalan yang terbaik bagiku, hamba ikhlas atas semua ini."

Satu sisi, statusnya yang perawan tua akan segera berakhir. Satu sisi, ijab kabul yang akan di ikrarkan Ahmad tidak disaksikan oleh ibunya.

"Dek! Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Ahmad.

Ahmad mencoba membuka percakapan walaupun suasana menyetir motor. Suaranya samar-samar di dengar Winda.

"Apa, Bang?" tanya Winda dengan nada kencang.

Angin sepoi mengibarkan jilbabnya, panas matahari tidak terasa akibat angin kencang. Winda nikmati perjalanan ini penuh hikmat.

"Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Ahmad dengan nada naik empat oktaf.

Suara Ahmad tidak jelas terdengar, tapi masih bisa di tangkap oleh daun telinganya.

"I-iya, Bang. Cuma aku masih belum siap dan ikhlas kalau cara ini yang harus kita tempuh. Bagaimana pun juga, ibu yang melahirkan dan merawatku sampai seperti ini."

Masih keadaan di atas motor yang sedang berjalan, perbincangan antara Winda dan Ahmad masih terus berjalan.

Hembusan angin terasa dingin hingga menusuk sampai ke tulang. Winda ingin merasakan bersandar di bahu Ahmad, tapi dia harus rela menahan karena belum mahram.

"Apa yang harus adek lakukan jika tidak ikhlas untuk menempuh jalan ini?" tanya Ahmad kembali.

Dia menghentikan motornya di tepi bibir jalan raya. Ahmad turun dari atas motor dan menghadap wajah Winda. Namun, Winda menunduk tidak mau menatap wajah calon suaminya.

"Aku juga nggak tahu, Bang," balas Winda dengan malu.

Ahmad heran kenapa Winda bersikap seperti itu. Padahal sebentar lagi mereka segera ijab sah.

"Tolong bulat 'kan niatmu, Dek! Sebelum kita melaju pergi terlalu jauh dari kampung ini," ucap Ahmad. Dia mencoba meyakinkan Winda, agar tidak ragu dan harus siap menerima segala konsekuensinya.

"Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrohim, Aku akan siap dan ikhlas apapun itu yang akan terjadi."

Ucapan Winda membuat Ahmad senyum sumringah dan rasa bahagia kini lahir dalam dirinya.

"Jangan menyiksa dirimu, Dek! Kamu tidak terpaksa 'kan?" tanya Ahmad kembali meyakinkan dirinya.

Winda mengangguk dan memilin ujung jilbabnya. Dia masih duduk berada di atas motor. Tidak ada sama sekali jawaban yang diberikan Winda.

"Maaf, Dek. Ada satu hal perkataan Bapak yang masih mengganjal dalam pikiran Abang."

Winda terkejut mendengar perkataan Ahmad. Dia langsung mendongak. Perasaannya tidak ada yang aneh perkataan bapaknya.

"Apa itu, Bang?" tanya Winda dengan sedikit takut. 

Mereka berhenti di perbatasan kampung Winda dengan Ahmad.

Tak ada satu pun kendaraan yang lewat.

'Apakah Bang Ahmad mau melakukan tahan saham. Ya Tuhan, aku tidak mau melakukan itu,' ucapnya dalam hati.

"Maksud Bapak tadi bilang tanam saham itu, apa iya?" tanya Ahmad dengan polos.

Tubuh Winda tiba-tiba menggigil. Namun, dia merasa kepanasan. Perasaan was-was tiba-tiba saja muncul, takut jika Ahmad mengikuti apa yang diucapkan bapaknya.

Bersambung ....

Next?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26E

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUBaru saja Ahmad mengancam dokter gadungan itu, malah dia langsung kabur."Argh ... Sial! Licik sekali dia."Ahmad berlari mengejar dokter tersebut. Namun, tidak dapat. Dia ketinggalan jejak akibat kakinya terpeleset dan dia hampir jatuh."Ahmad ... Ahmad .... Kamu kira bisa melawanku," ucap Bu Nadya.Bu Nadya mengukir senyum dan dia merasa senang misinya berhasil."Kenapa ibu senyam-senyum?" tanya dokter.Bu Nadya lupa kalau di sampingnya masih ada dokter yang sesungguhnya."Ti-tidak apa-apa. Aku cuma heran saja melihat tingkah Ahmad, Dok," balas Bu Nadya.Dokter heran kenapa Bu Nadya senyam-senyum. Seketika otaknya berpikir untuk mengancam Bu Nadya."Kalau hasil rekaman CCTV berhasil kami putar. Dengan hasil rekaman itu kami bisa mengetahui identitas dokter gadungan itu, maka semuanya bakalan terbongkar siapa dala

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26D

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUDi ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya."Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan."Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali.Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya."Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda.Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu."Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin.Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26D

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Di ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya. "Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan. "Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali. Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya. "Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda. Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu. "Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin. Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan dokter gadungan.

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26C

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUSuara pintu ruangan ICU terbuka. Winda, Ahmad dan Tante Lusy menatap ke arah pintu. Memastikan siapa yang keluar dari dalam."Maaf, permisi mengganggu waktunya."Salah satu petugas keluar dari dalam ruangan ICU."Bagaimana perkembangan keadaan bapakku, Dok?" tanya Winda serak.Air matanya mengalir kembali setelah beberapa menit surut."Mohon maaf, saya pribadi dan perwakilan dari petugas tim medis mohon maaf kalau pasien tidak bisa diselamatkan. Karena racun yang ada didalam tubuh beliau sangat parah.""Maksudnya, Dok?!" tanya Tante Lusy.Winda semakin terisak, ia tidak menyangka bapaknya akan pergi selamanya. Padahal, ia belum menunaikan janjinya kepada Pak Zainuddin memberikan cucu."Aku minta tolong, Dok. Lakukan yang terbaik buat bapak. Aku tidak mau kehilangan bapakku, Dok," ucap Winda panik.Air matanya jatuh

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26B

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU "Kabar bapak masih belum ada, Tan. Kita masih menunggu informasi dari dokter. Sampai sekarang belum ada sama sekali dokter dan petugas lainnya keluar dari dalam ruangan," jelas Winda dengan nada sedih. Netranya berembun, Winda tidak sanggup menahan air matanya yang terus meronta. Akhirnya jatuh juga tanpa pamit. "Kita berdoa saja, Win! Semoga Allah memberikan kesehatan kepada bapak juga kepada kita semua." Tante Lusy memeluk Winda. Dia memberi support kepada Winda agar kuat dalam menghadapi cobaan yang datang silih berganti. "Te-terima kasih, Tan." Winda tidak tahu lagi harus bagaimana. Deru bercampur haru. Bu Nadya yang melahirkannya saja rasanya seperti orang lain. Tidak sedikitpun menyayanginya. Apalagi memberi kasih sayang kepada Winda. "Win! Kamu nggak boleh sedih dan lemah! Semua pasti bisa kamu lewati. Jangan putus asa. Ok!" nasehat Ta

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26A

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Tidak ada sama sekali Om Parto dan Bu Nadya menjawab. "Ok! Semua bukti sudah aku rekam. Aku tidak boleh lengah atas kejadian ini." Tante Lusy membiarkan Om Parto dan Bu Nadya pergi sesuka hati. Dia fokus pada inti permasalahan makanan yang dia pesan di katering tempat langganannya. Langkah demi langkah Tante Lusy ayunkan kakinya. Dia tidak peduli kepada pengunjung lain yang sedang melintas di setiap lorong rumah sakit. 'Lihat saja nanti siapa yang bakalan menang dalam permainan ini?' ucap Tante Lusy dalam hati sambil berjalan. Sesampainya di depan pintu kamar Winda, Tante Lusy memegang gagang pintu dan membukanya. 'Ceklek' Tante Lusy membuka pintu kamar Winda. Lalu dia masuk ke dalam. "Lah! Kemana mereka pergi? Perasaanku tadi mereka ada di ruangan ini." Tante Lusy merogoh ponsel miliknya di dalam ta

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status