Share

5. Kantor Kecamatan 1

Penulis: Nainamira
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-12 10:23:32

"Aku gak bisa melihatnya, tapi bisa merasakan energinya, kalian hati-hati. Lidia, tolong baca Alma'surat itu setiap hari sehabis salat subuh, supaya rumah ini bercahaya sehingga makhluk halus takut mendekat."

"Iya Mbak, InsyaAllah," kataku sambil memandang kitab kecil itu

"Mungkinkah penghuni jeruk bali itu sejenis kun?"

"Huss! Rani, jangan diteruskan ucapanmu, kita tahu sama tahu saja, siapa tahu pembicaraan kita didengar olehnya," potong Gina

"Bisa jadi mereka ada yang nimbrung di sini," ucap Nurulia

"Haish! Stop! Bisa diam nggak?" ucapku meradang, bisa gak sih, gak pakek nakut-nakutin

Pantas nyai Rudiah ngelarang mendekati pohon jeruk bali, ternyata ada alasan mistisnya. Atau ada alasan lain?

*****

Huuhhhfff ... kehembuskan napas panjang, kuhirup udara dan mengeluarkannya dengan kuat, dada sampai mengelembung. Baru tiga hari di desa ini sudah banyak yang bikin spot jantung. Semalam adalah pengalaman terseram selama hidupku. Membayangkan anak kecil itu memutar kepalanya hiii ... oh, no! bulu kuduk ini masih merinding. 

Entah kejutan apalagi yang bakal kami alami di sini. Jangan lagi deh, aku gak mau!

Aku bangkit dari tempat duduk setelah menceritakan yang kami alami semalam, dan tahu sendiri reaksi teman-teman, mereka langsung mengkeret kayak ayam mau di potong.

"Seriusan itu?" tanya Murni sambil mengernyitkan dahi.

"Beneran," jawab Rani.

Gadis itu mengelus tangannya, mungkin mencoba meredam bulu romanya  masih berdiri

"Ih, takut ...," seru Nurulia sambil memeluk Widya.

"Iya ih, serem banget kayaknya tinggal di sini," timpal Widya.

"Kalian sadar, nggak sih? Kalau tadi malam jum'at kliwon?" tanya Sri, Kami kompak menggeleng.

"Emang kenapa?" tanyaku sedikit penasaran.

"Kata Mbahku, kalau malam jumat kliwon itu setan-setan pada gentayangan."

"He eh, bener tu ...," kata Murni mendukung perkataan Sri

"Lagian kalian sudahlah malam jum'at kliwon, balik kemalaman pula, sampai jam 12," kata Nurulia

"Iya, cari penyakit namanya tu," kata Murni

"Mana sekitaran sini banyak penunggunya lagi," lanjutnya membuat suasana tambah mencekam.

Rani segera merapat pada Gina dan Sarah, Sri memeluk Murni dari belakang. Cuma aku yang dalam posisi berdiri.

Tulalit...Tulalit ... Tulslit ...

Sebuah nada notifikasi SMS terdengar, membuat kami yang sedang tegang berteriak berbarengan.

Gina segera mengeluarkan Handphonenya dari saku celana. Pantesan nada deringnya berbeda dari HP kami yang rata-rata produk Nokia, HP Gina ber merk Samsung keluaran terbaru, ada fitur kamera dengan kualitas terbaik pada zamannya, segera Gina membaca SMS tersebut.

"Apa? Mama Papaku datang sekarang ada di posko cowok" katanya girang setelah membaca SMS

 "Ayok kita ke sana," lanjutnya

"Asyik ... pasti banyak bawak oleh-oleh nih" kami semua segera beringsut menuju posko cowok.

***

Papa Mama Gina datang mengendarai mobil kijang Innova warna silver bersama sopir pribadinya. Kabar Gina dari kalangan berada benar adanya, penampilan Papanya yang penuh kharisma memakai busana batik warna coklat tua dari bahan katun mahal, mamanya memakai blus putih dipadukan celana navi warna coklat tua dan jilbab krem berenda bunga, kulitnya yang putih bersih semakin terpancar memakai busana tersebut.

Kulihat supirnya dibantu beberapa mahasisiwa cowok menurunkan beberapa barang, wow seperangkat komputer lengkap dengan printernya dibawa oleh mereka untuk sekertariat posko agar memperlancar kegiatan kami, hmmm ... sepertinya aku bakalan sering memakai komputer ini. Selain komputer, mereka juga membawa alat-alat elektronik seperti magicom penanak nasi, blender dan magic jar beserta galonnya. Wah, benar-benar bakal mempermudah pekerjaan kami, terima kasih papa mama Gina, kalian is the best.

Sekotak besar Rendang padang, ayam goreng bumbu dan sekotak kecil sambal bawang dibawanya sebagai oleh-oleh. Berbagai jenis kerupuk dan keripik khas daerah asal juga tak lupa sebagai camilan yang menggiurkan. Wah, lumayan, hari ini kami tidak memasak lauk pauk, hanya cukup memasak nasi dengan magicom yang mereka bawa.

Walaupun mereka orang berada, papa mama Gina orangnya sangat ramah, kami bercengkrama dengan akrab. Gina hanya dua bersaudara, dia anak sulung, adiknya perempuan sekarang sekolah di SMA boarding school, sekolah unggulan di propinsi ini, Gina juga alumni sekolah situ. Walau Papa Mamanya orang super sibuk tapi masih menyempatkan diri mengunjungi anaknya, hmm ... salut aku pada mereka, sungguh beruntung Gina memiliki orangtua seperti itu. Bukan berarti Mamak dan Bapakku kurang kasih sayang, aku tetap hormat dan sayang pada kalian, hanya saja orangtua Gina bisa kujadikan contoh kelak kalau aku sudah berumah tangga, sesibuk apapun anak harus terus diperhatikan. 

Papa dan Mama Gina hanya sebentar berkunjung, tidak sampai satu jam. Maklumlah kesibukan mereka sebagai anggota dewan dan dokter di rumah sakit umum daerah tidak bisa ditinggalkan begitu saja, sebelum pergi mereka memeluk dan mencium pipi Gina dengan sayang, ada bulir bening di mata Gina melepas kepergian mereka, sepertinya itu air mata bahagia dan sedih, entahlah aku tidak bisa menafsirkan.

***

Selepas sarapan enak, nasi hangat dan rendang padang yang dibawa orangtua Gina, kami breefing sebentar. Sepertinya acara penyuluhan pertanian, proker perdana kami tidak terkejar dilaksanakan sabtu besok, rencananya terlalu mentah. Kami menundanya di hari Rabu minggu besok, karena pendanaan, nara sumber dan tokoh masyarakat yang terlibat belum fix. Setelah breefing, kami membagi tugas, ada yang kunjungan ke kantor desa, ada yang ke kantor camat. Tujuannya untuk perkenalan dan meminta masukan acara yang akan kami laksanakan.

Aku kebagian ke kantor kecamatan berasama bang Joseph, Dedi, Ilham, Widya dan Sri. Kamera kodak canon, alat tulis dan HP sudah kusiapkan sebagai sekretaris, kami menyetop mobil lewat untuk menuju kantor camat yang jaraknya cukup jauh, sekitar 3 km. Ternyata ada truk pick up yang mau memberi tumpangan di bak belakang yang terbuka. Aku sih sudah terbiasa menaiki mobil jenis seperti ini di kampung halamanku, tapi sepertinya Widya tidak terbiasa.

"Wow seru juga ya, naik bak belakang bisa angin-anginan," serunya kegirangan

"Emang belum pernah naik pick up di belakang?" tanya Dedi

"Gak pernah, aku seringnya naik angkot, maklumlah orang kota, he ... he ...," selorohnya berkelakar

"Emangnya di kota gak ada apa mobil Pick up? Aku juga orang kota, bapakku punya tu mobil pick up untuk jualan sayur, cuma naik bak belakang saja heboh" kata Dedi sambil membuang muka sebal

"Terserah aku dong ...," seloroh Widya membalas Dedi

"Wah, kalian ini tibang naik pick up jadi berantem, macam laki bini bae," kata Ilham membuatku ngakak

"Ish, sorry la ya ...." Widya menimpali

"Aish, laki bini muke gile lu, Ham," umpat Dedi

 Bibir cowok itu membentuk guratan sinis dan membuang muka. Melihat ekspresi Dedi bukannya membuat Ilham takut dia justru tertawa ngakak, mau tak mau kami juga ketularan, menertawaan kelakuan mereka berdua.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Misteri Cinta di Lokasi KKN   79. Samawa selamanya

    POV Bayu Arya"Kenapa ngelihatin aku kekgitu? Awas ... aku mau mandi!" teriaknya galak sambil mendorong tubuhku.Duh ... lucunya, kalau lagi malu kayak gitu toh tingkahnya, aku terus menatapnya dengan senyum menggoda. Dia hempaskan pintu kamar mandi dengan kuat. Tenang saja cantik, akan kutaklukan kegalakkanmu nanti.Selagi dia mandi aku keluar kamar, menyuruh pelayan hotel membawa minuman hangat karena yang dingin sudah ada di kulkas, serta menyuruhnya membawa penganan pempek kesukaan istriku, kuberi mereka beberapa lembar uang, aku menyuruhnya mencari di restoran yang terkenal menyediakan makanan tersebut, juga membeli sate madura kesukaanku, dan beberapa makanan ringan. Sesampainya di kamar, kulihat istriku itu sudah selesai mandi, dia masih memakai piyama mandi warna putih, duduk di tepi ranjang sambil memainkan handphonenya. "Darimana?" tanyanya"Pesan makanan. Nanti kalau pesanan datang, terima ya? aku mau mandi," kataku melangkah ke kamar mandi"Aku gak mau, pelayannya cowok

  • Misteri Cinta di Lokasi KKN   78. Resepsi pernikahan

    Pov BayuSetelah akad nikah, aku kembali lagi ke hotel, sesuai perjanjian kami, kami tidak akan bermalam pertama jika resepsi belum di gelar.Kenapa aku menyetujui perjanjian konyol yang di ajukan Lidia itu. Ah, sekarang aku yang tersiksa sendiri kan? Wajah cantiknya di akad nikah tadi yang seperti bidadari turun dari kayangan sekarang jadi terbayang-bayang. Apa coba yang akan aku lakukan seharian besok Sabtu? Coba kalau ... jiah, aku benar-benar harus bersabar sekarang.Aku melangkah ke lobby hotel bintang lima di kota ini, menuju resepsionis. Aku pesan kamar presiden suit, sekarang aku tinggal di kamar VVIP. Kupesan agar kamar itu dihiasi dan didekorasi untuk bulan madu. "Untuk minggu Malam, ya!" kataku pada petugas hotel"Baik, pak," jawab petugas hotel ituAku kembali ke kamar dan rebahan, kucek status facebookku di grub relawan yang pernah aku ikuti, ternyata sudah ramai sekali. Ada yang mendoakan pernikahanku, bahkan sebagian mereka akan segera meluncur ke kota ini. Kubalas sa

  • Misteri Cinta di Lokasi KKN   77. Akad nikah

    Pov LidiaPersiapan pesta pernikahan tinggal dua puluh persen, undangan sudah tersebar. Mas Bayu tidak mengundang temannya sama sekali, katanya hanya akan mengabari di grup facebook. Akad nikah akan diadakan hari Jum'at selepas salat Jum'at dan resepsinya hari minggu, sudah menjadi kebiasaan di sini resepsi diadakan hari minggu, mengingat hari libur, bagi yang kerja kantoran bisa menghadiri pesta.Selama persiapan pesta Mas Bayu tinggal di hotel, Mamak bilang pamali bertemu mempelai wanita sebelum hari H. Aku dan dia hanya bisa ngobrol via telpon, rasanya kangen banget tiga hari gak ketemu sama dia. Sebelum tidur, dia pasti selalu menghubungiku dulu. "Sayang, sedang apa?" tanyanya di seberang telpon.Aku masih belum terbiasa dengan panggilannya, rasanya ada yang menggelitik di hati ini, Sayang? Ow, uwu ...."Emm, baru mau tidur Mas," kataku malu-malu meong."Oya, tadi kata Pakdo Marlin Bibi Rudiyah sudah pulang dari Rumah sakit, keadaannya juga sudah membaik, InsyaAllah besok dia ke

  • Misteri Cinta di Lokasi KKN   76. Lamaran

    Aku tak kuasa menahan tangis melihat kondisi Nyai Rudiyah yang tinggal kulit berbalut tulang. Napasnya tinggal satu, dua tersengal-sengal. Rofita, Afikah dan Aida begitu senang aku datang. Aku sempatkan membeli oleh-oleh jajanan di sebuah warung sebelum ke sini."Nyai, apa kabar? Ini Lidia ... Nyai sakit kenapa tidak ngabari?" kataku tulus sambil menggenggam tangannya."Lidia ... kenapa datang jauh-jauh? terima kasih sudah datang menemuiku." "Nyai, kami akan membawa nyai ke Rumah sakit. Mau ya, nyai dirawat di rumah sakit?" "Ah, tidak usah repot-repot Lidia. Sepertinya kau membawa teman, siapa dia?" kata Nyai Rudiah sambil menoleh ke arah Mas Bayu yang dari tadi berdiri di depan pintu kamar.Aku melambai ke arahnya, Mas Bayu mendekat ke arah kami."Bibi ... Bibi harus segera sembuh," kata lelaki itu mendekat ke arah Nyai Rudiyah.Wanita tua itu tercekat, dia sangat terkejut melihat siapa yang datang. Matanya melotot, bibirnya bergetar, bahkan seluruh tubuhnya gemetaran. Mas Bayu mer

  • Misteri Cinta di Lokasi KKN   75. Menemui Pakdo Marlin

    Walau aku sudah mendengar tadi subuh obrolan mereka, namun mendengar langsung dari mulutnya membuatku sedikit berdebar. "Maukah kau menikah denganku?" tanyanya Aku hanya tersenyum simpul, jadi dia sedang melamar nih ceritanya? "Kau melamarku di mobil yang tengah melaju?" "Kenapa? Kurang romantis, ya?" "Lamarlah pada Bapakku, minta baik-baik sama dia." "Oo, itu pasti, sampai rumahmu langsung kuminta anak gadisnya," katanya tersenyum lebar. "Kalau gitu aku sekalian ngundang Pakdo Marlin sama Nyai Rudiyah," kataku "Kenapa? Mereka bisa tahu dong kalau aku masih hidup," katanya. "Sebaiknya mereka tahu, kau tidak perlu memusnahkan rumahmu, biar mereka yang melakukan. Sekalian Mas minta maaf pada nyai Rudiyah, walau bukan diri Mas yang menghabisi anak-anaknya, namun peliharaan Mas yang melakukannya, itu sama saja jadinya. Kalau Pakdo Marlin, diakan sudah tahu juga aku pernah bertemu denganmu," kataku "Ya, baiklah jika menurutmu begitu." ****Kami memasuki lorong kediaman Pakdo M

  • Misteri Cinta di Lokasi KKN   74. Melamar di mobil

    Pagi ini aku bangun tidur lebih cepat, kulihat di handphone menunjukkan pukul 4 pagi. Aku segera melaksanakan salat Tahajud, kuminta Allah agar segera membebaskan lelakiku itu dari pasungan jin yang menguasainya selama ini.Aku masih terbayang bagaimana Kiyai Amran sangat kesulitan menaklukkannya, hingga Kiyai Amran kuwalahan menangkis serangan dari Mas Bayu. Ah, pria itu benar-benar sakti, dikeroyok beberapa orang saja menang. Semua orang sampai takut-takut menyerangnya. Sehingga dia dilumpuhkan pakai senapan obat bius. Ah, sudah seperti memburu harimau sungguhan.Selepas mengaji aku bergegas ke musola ingin ikut salat subuh berjamaah. Ternyata masih lima belas menit lagi Azan Subuh. Aku segera memasuki masjid yang masih lenggang belum ada jamaah putri yang datang. Aku duduk mengambil tempat paling depan. Rencana mau kusambung tilawahku sambil menanti Azan Subuh. Tiba-tiba beberapa jamaah pria datang, suara sandal dan obrolan jelas terdengar, karena tempat wanita dan pria dibatasi se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status