Share

Ide Cemerlang

Perjalanan pulang sekolah akhirnya sampai juga, mobil memasuki halaman rumah berpagar besi yang cukup tinggi menjulang. Pak Dalim yang bertugas sebagai sekuriti bergegas menutup kembali pintu gerbang setelah mobil masuk.

Kulihat mama yang masih sibuk dengan tanaman bonsai, ia melakukan pekerjaannya dengan dibantu Bik Atin. Melihatku turun dari mobil, mama langsung menghambur dan memelukku seperti biasa. Tak hanya sekedar memeluk, tapi juga mendaratkan kecupan di kedua pipi ini.

“Kok pulangnya telat, Sayang? Mampir dulu ke mana?”

“Gadis kampung pakai acara ngilang, Ma!”

Mama mengernyitkan dahi, “Kok, ngomongnya begitu?”

“Habisnya Darren sebel, Ma. Aku, tuh, lagi capek banget. Eh, malah dia asyik ngelayap dengan cewek sok populer itu!”

“Anak Mama kenapa, sih? Nggak biasanya jutek begini.”

“Udah, ah, Ma. Darren mau mandi terus ke roof top. Suruh Bik Atin bawain camilan dan secangkir kopi latte kesukaanku, ya, Ma. Serius Darren lagi capek hari ini.”

“Iya. Sudah sana masuk,” ucap mama sembari mengelus rambutku.

“Oh, ya, Meisya. Aku minta maaf kalau sikap Darren menyinggung perasaan kamu, ya?” lanjut mama ke Meisya.

“Iya, Nyonya. Nggak apa-apa, kok.”

“Mama apaan, sih, malah minta maaf. Harusnya dia yang minta maaf karena sudah bikin Darren khawatir nyariin dia ke sana kemari.”

“Hah? Serius Mas Darren khawatir dengan aku?” Tetiba gadis kampung itu main sambar omongan.

Wajahku seketika pias seakan malu merayapi diri ini. Kenapa harus keceplosan segala, jadi bikin dia kegedean rasa kalau begini.

Entahlah, dia memang gadis yang aneh bagiku. Sebelum bertemu dengannya, ia telah datang ke alam mimpiku sejak delapan tahun lalu. Rasanya seperti dejavu dengan apa yang kualami.

Namun, sejak kehadiran dia di rumah ini, mimpi itu tak pernah hadir lagi. Bahkan mimpi tentang tragedi sebuah kecelakaan itu pun tak pernah menghantuiku lagi.

Kuhempas tubuh ini ke peraduan yang ternyaman. Sejenak teringat akan sebuah ide gila yang tadi sempat terlintas di benakku. Kupikir bukan ide gila, tapi lebih tepatnya ide cemerlang untuk membuat Alea tak menggangguku lagi.

Lima bulan lagi Pendidikan di sekolah itu akan berakhir, namun bagiku serasa satu abad di sana.

Selama masih ada Alea dalam hidupku, maka ketenangan privasiku akan terus terusik. Aku butuh waktu untuk konsentrasi dalam perjuanganku untuk lulus nanti, jadi sudah kuputuskan untuk menjadikan Miss Lena sebagai pacar sementaraku.

Namun, sesaat kemudian nyali ini menciut kembali membayangkan sebuah penolakan dari wanita dewasa yang dingin itu. Tak akan mampu kusembunyikan malu jika sampai Miss Lena menolakku. Tapi kalau tidak kulakukan, harapan untuk mendapatkan ketenangan fokus dalam belajar tak akan kudapat.

Baiklah, semua harus kucoba. Targetku dalam waktu dua minggu Miss Lena harus jadi kekasihku. Malam ini aku harus minta ke mama untuk bantu bicara ke Miss Lena agar mau memberikan bimbingan belajar secara privat.

Sontak semangat dalam diri kembali up, bergegas kulangkahkan kaki menuruni anak tangga dan mencari mama yang ternyata sedang sibuk di dapur. Seperti biasa, mama selalu membuat camilan untuk sore hari. Meski ada Bik Atin, tapi mama lebih suka mengolah semuanya langsung dari kedua tangan sendiri.

“Ma, boleh nggak kalau Darren minta bimbingan belajar Bahasa Inggris secara privat dengan Miss Lena?”

“Lho, bukannya Bahasa Inggris kamu sudah bagus?”

“Tadi di kelas ada yang Darren masih nggak paham, Ma. Bisa ya, Ma. Ini juga biar nilai ujian nanti bagus.”

“Kalau begitu les juga untuk pelajaran lain, donk!”

“Pelajaran lain Darren sudah bisa, Ma. Hanya Bahasa Inggris saja yang masih ada kesulitan.” Aku masih mencoba mencari alasan agar mama bisa mengabulkan permintaanku,

Mama justru malah memicingkan mata seakan tengah menyelidik. “Hari ini kamu aneh. Ada apa, Darren sayang anaknya Mama?” tanya Mama seraya merengkuh bahuku.

“Nggak apa-apa, Ma. Pokoknya Darren mau Miss Lena besok sudah datang ke rumah ini untuk mengajar privat. Darren nggak mau tahu!” Seperti biasa senjataku adalah merajuk agar mama menuruti apa yang menjadi kemauanku.

“Iya, nanti Mama coba telepon Miss Lena.”

“Harus, ya, Ma.”

“Iya, Mama akan usahakan untuk meminta Miss Lena.”

“Makasih, Mama sayang. Emmuach ….” Kudaratkan sebuah tanda cinta di pipi kanan wanita cantik yang telah melahirkan aku.

“Darren, kamu bilang mau mandi? Kok, masih bau asem?”

“Hehehe … belum sempat, Ma. Tadi tiduran dulu terus inget kalau pas di sekolah ditegur sama Miss Lena gegara Darren nggak paham.”

“Tumben anak Mama nggak paham. Biasanya si jenius ini pinter banget,” puji mama seraya mencubit pipiku.

“Wajar, Ma. Namanya juga manusia biasa yang masih banyak salah dan masih butuh bimbingan. Darren ini bukan manusia sempurna juga, ‘kan?”

Pandangan mama seketika menghadapku penuh. Bola manik itu menelusuri raut wajahku, menyelidik aneh.

“Mama ini kenapa, sih? Lihat Darren sampai segitunya.”

“Habisnya kamu aneh. Tumben banget jadi sok bijak begitu.”

“Hahaha … Mama ini. Darren sudah gede, Ma. Sudah 18 tahun, sudah memasuki usia dewasa. Jadi, mulai sekarang Mama nggak boleh manjaain Darren kayak anak kecil terus.”

“Yaach … kok, gitu. Mama pengen Darren jadi anak yang selalu dekat sama Mama.”

“Udah, ah, Ma. Aku mau naik lagi, mandi terus ke roof top. Jangan lupa minta Bik Atin untuk anterin pesenan Darren.”

Mama tersenyum dengan membulatkan jari membentuk isyarat oke. Wanita yang mulai memasuki usia senja itu masih terlihat cantik di mataku. Setiap hari ia menghujaniku dengan sejuta kasih sayang yang begitu melimpah. Apapun yang menjadi inginku selalu ia turuti.

Senyumku mengembang kala memandang mentari yang hampir kembali ke peraduan. Dewi malam telah mengintip di sisi bintang merah.

Semilir angin senja begitu menyejukkan hati, ditambah dengan membayangkan mulai besok aka nada guru cantik di rumah ini. Tak ada salahnya mencoba, masalah ditolak atau tidak urusan belakangan. Yang penting maju.

Alea, kamu akan kubuat berhenti mengganggu kehidupanku selama di sekolah itu. Tak akan kubiarkan waktu terbuang sia-sia hanya karena ulah gadis centil sok tenar. Jika dia berani hadapi Miss Lena, maka nilai ujian dia sebagai taruhannya.

Bisa saja Miss Lena jadi illfeel dan tak mau memberikan ia bimbingan karena setahuku selama ini Ayah Alea memanggil Miss Lena ke rumah untuk memberikan bimbingan privat juga.

Aku tertawa kala membayangkan semua itu. Lebih lucu lagi ketika melintas dalam pikiranku, semua orang di sekolah itu tahu aku memacari guru cantik namun dingin itu.

Ah, pasti akan jadi berita utama di majalah dinding. Baru membayangkan saja sudah tertawa, padahal belum pasti bakalan diterima.

Baru kali ini aku melakukan hal senekad ini. Semoga saja berhasil.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status