Share

9. Selingkuh

Author: Peony's
last update Last Updated: 2024-05-07 20:24:49

Setelah seharian melihat-lihat tempat tinggal yang cocok. Alana memutuskan untuk tinggal sementara di apartemen.

Suara ambulans, suara klakson mobil, suara helikopter, semuanya tampak ramai malam itu.

"Sehancurnya-hancurnya hidup gue, dunia bakalan terus berjalan." Alana meneguk kopinya.

Alana berdiam diri di atas rooftop sambil meminum Americano kesukaannya. Melihat pemandangan kota dari atas begitu menenangkan.

"Sibuk banget ya orang-orang," gumamnya. "Kaya-kaya ... mereka kerja apa ya."

'Dunia masih terus akan berjalan tak akan menunggu bahkan tidak akan peduli sehancur apapun kamu saat ini'. Quote yang Alana baca dari handphone-nya.

"Kebetulan banget ... ini maksudnya semesta lagi support gue ya?" kata Alana. Kembali menikmati sejuknya malam itu.

Tak lama handphone Alana berdering ...

Alana reflek melihat notifikasi layar handphone-nya. "Dia lagi." Alana mengangkat teleponnya.

"Apa?" ketus Alana.

"Woih." Bima menjauhkan speaker handphone dari telinganya. "Jutek banget sih ... nongkrong gak sih? Gue gabut, temenin kuy," ajak Bima.

"Makanya punya pacar, Bim." Kopinya habis, Ia terus menyeruputnya. "Lagi males gue. Lanjut aja."

"Gue niat ajak lo doang pake ejek segala." Bima terus mendengarkan aktivitas Alana. "Kopi lo udah habis disedot mulu, buang dong. Beli lagi ... makanya ayo ikut gue."

Alana terdiam seraya tersenyum. "Tau aja ... lanjut deh Bim. Lagi males."

"Sharelock cepetan, Gue bayarin. Gue traktir." Bima terus memaksa.

"Enggak," kekeh Alana.

"Mau di beliin apa?"

"Enggak, Bim."

"Gue beliin laptop baru, ayo dong," pinta Bima lagi.

"Enggak, Bimaa. Sama crush lo aja sana. Gue lagi mau sendiri."

"Gitu banget, ayo dong cantikku," pinta Bima lagi.

Bima terus membujuk Alana dengan berbagai cara, hingga rayuan. Namun, tetap saja gagal. Alana tetap dengan jawaban tolakannya. Hingga akhirnya ...

"Udah masuk? Udah gue tf. Buat beli kopi. Gue ke Apart sekarang, Bye."

"Ngapain sih, Bim ... padahal nggak usah kaya gini. Buat jajan doang gue juga punya."

"Belagu lo! Ayo cepet siap-siap."

Alana melihat lagi notifikasi dari layar handphonenya. "Ni orang, bikin kesel tapi sekaligus bikin seneng."

Alana tersenyum seraya bersiap-siap untuk mengambil mantel di kamarnya.

Tidak banyak wanita yang mengenal Bima sedekat Alana. Perbedaan sifat yang Bima tunjukkan kepada Alana sangat berbeda di bandingkan kepada orang-orang. Bahkan, banyak yang mengenalnya dia pria yang dingin dan tidak mudah akrab. Katanya sih, kini Ia berbeda. We never know ...

****

"Rencana sampai kapan tinggal di apart?" tanya Bima, seraya menyetir mobilnya.

"Enggak tau, maunya sih pindah." jawab Alana.

"Pindah?"

Alana mengangguk. "Yash, pindah kota. Gue udah enggak mau tinggal di sini lagi, Bim. Gue mau lupain aja semua yang ada di sini."

"Termasuk gue?" Bima melirik terkejut. "Dih? Lo lupa di kota ini ada gue?"

Alana tersenyum seraya mengacak-acak rambut Bima. "Makanya, lo cari pacar Bima."

"Bikin bahagia, enggak? Kalo salah orang, bikin ruwet." Bima melirik, menatap Alana. "Lo nggak capek? Udahan aja Na."

Alana menghela napasnya. "Jujur gue udah nggak tau lagi harus gimana, Bim. Mungkin satu kali lagi ya? Bisa aja Adelio liat betapa tulusnya hati gue kan?"

Bima mendelik. "Mau nangis berapa kali lagi? Cumlaude lo gak ngebantu."

Alana hanya terdiam merenungi apa yang telah diperbuat Adelio terhadapnya. Sudah ketahuan 6 kali selingkuh. Namun, tetap saja di maafkan. Berkali-kali Bima memberitahunya.

Pada dasarnya, orang yang sedang jatuh cinta akan buta sepenuhnya, hanya menyisakan raganya saja.

"Gue temenan sama lo dari umur 4 tahun, Na. Dua puluh tahun lebih, kan kita kenal? Menurut lo? Gue terima dengan posisi lo yang sekarang? Gue ikut sakit. Hati gue sakit liat lo kaya gini," jelas Bima. "Selingkuh, enggak akan bisa sembuh, Alana."

Sudah lama di perjalanan, akhirnya sampai di tempat tujuan. Di mana, restoran ini memang tempat langganan Bima dan Alana. Sejak dulu, mereka sangat suka menikmati hidangannya, seraya melihat kota dari atas. Ya ... cantik.

Makanan telah datang.

"Silakan ...." Waitress nya menatap perlahan ke arah Alana dan Bima. "Masih aja Kak ... seneng ya, bisa sama-sama terus."

"Iya ... saya juga seneng banget." Bima menatap Alana.

"Sudah 15 tahun loh saya bekerja disini, saya jadi hapal menu yang bakalan Kakak pesan. Mari Kak, selamat menikmati."

"Iya terimakasih."

"Terimakasih."

Bima menatap Alana lagi. "Udah, kalo orangnya nggak ada di sini, nggak usah dipikirin. Makan dulu," ucap Bima.

Karena sejak tadi, Bima melihat Alana selalu melamun. Bahkan, Bima seperti sudah satu pemikiran Alana. Bima mengetahui Alana sedang memikirkan Adelio.

"Buang yang bikin lo sakit, Alana. Apa mau gue buangin buat lo? Nanti, gue buang ke laut. Gue ilangin dari muka bumi ini."

Alana mendelik. "Iya, sana buang diri lo." Alana lalu mengambil sepasang sendok dan garpu. "Lo bikin gue sakit kuping."

"Kalo bisa gue kasih mata gue, gue kasih, Na. Biar lo tau, kalo lo lebih berharga dari apapun," batin Bima. Bima memperhatikan tingkah laku Alana seraya tersenyum. Baru saja Alana memakan makanannya satu sendok, Bima berucap. "Bayar pake tf dari gue ya." Ejekan Bima, berhasil memancing kemurkaan Alana.

Alana menyimpan sendok dan garpu nya. "Bim, apa maksutttt!! sumpah lo ngeselin!" Alana mendelik.

Bima hanya tertawa. Tertawanya begitu khas, tubuhnya gagah dan kekar, pesona akan wajahnya, lesung pipinya, rambutnya, tampak sangat sempurna. Ya, sebut Bima pria mahal. Mengapa Alana tidak tertarik kepadanya?

"Susah banget dapetin lo ...." Bima menatap Alana. "Berapa tahun lagi gue harus nungguin lo?"

Alana mengalihkan pandangannya. "Kayaknya sekarang ada 'special day' ya?" sembari melihat stand panggung yang sudah dihias.

Tak lama, diujung sana ada sepasang kekasih sedang merayakan ulang tahunnya. Hal itu, mencuri pandangan orang-orang untuk melirik ke arah mereka. Semua orang bersorak ramai.

"Kalo gue yang rayain gitu ke lo ... lo mau enggak?" tanya Bima menatap Alana.

"Enggak lah, gue punya pacar. Gue ngerayainnya sama pacar gue. Lo cari pacar aja. Nanti, kita double date." Alana menepuk-nepuk pundak Bima. Mendengar itu, Bima hanya mendelik dan menarik napas. "Kalo lo beneran nikah sama orang lain, gue mau tidur di tengah."

"Mana bisa gitu?" jawab Alana seraya tersenyum. "Kalo gue nikah, ya lo juga cari pasangan lain dong ... gue kan pengen lo bahagia juga."

Tidak lama, semua serentak menyuruh sepasang kekasih itu untuk maju dan menyanyikan sebuah lagu.

Sorot mata Alana berbinar-binar. "Sweet banget ya cowoknya, Bim? Pasti ceweknya bangga banget. Di suprise-in di depan banyak orang. Gue juga mau," kata Alana.

Bima menatap. "Buka hati, gue gituin nanti."

"Simpen buat pacar lo nanti," kekeh Alana.

"Lagu ini .. saya berikan kepada wanita impian sekaligus Ibu dari anak-anak saya kelak. Saya ucapkan selamat ulang tahun." Orang-orang bersorak ramai.

Alana terdiam. "Nggak asing nih suaranya."

Matanya yang berbinar seketika redup dan padam. Melihat sepasang kekasih bermesraan. Kekasih yang masih kita genggam.

Bima langsung menatap ke arah Alana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misteri Kematian di Kota Hema   71. Ending

    Pagi itu Alana sedang berolahraga, di taman Kota. Hanya berlari kecil. Mengisi waktu yang luang sebelum menjemput Arya. Seseorang dari arah berlawanan menabrak Alana. Hingga botol minumnya terjatuh."Aduh!" Alana terkejut. "Hati-hati dong kalo jalan." Alana sembari mengambil botol minumnya."Sorry Kak! Saya nggak liat." Suaranya tak asing. Alana langsung menoleh. Mereka saling bertatapan. Alana membuka kaca mata hitamnya."Dori?" Ia tercengang tak percaya. Melihat Dori kini jauh berbeda. "Dori bukan sih?"Dori berpikir juga. "Kak Alana ya?" "Iya! ... eh kamu apa kabar?" tanya Alana."Kabarnya baik ... Kak Alana tinggal sekitar sini juga?" Raut wajahnya terlihat antusias."Baik ... kamu tinggal di sini atau ada keperluan lain?" tanya Alana. "Eh kamu sibuk nggak?""Enggak sih ... kebetulan sekarang waktunya lagi luang, saya lagi ada kerjaan disini ....""Kita sambil jalan santai aja gimana?" tanya Alana."Boleh banget tuh kak."Mereka berjalan mengelilingi bunderan taman Kota."Kaka

  • Misteri Kematian di Kota Hema   70. Menerima kemarin, hari ini, hari esok

    "Itu handphone lo udah pecah Alana. Ganti.""Selagi masih bisa dipake, bukan suatu masalah." Alana menatap. "Beliin dong cantik. Bisa dong, dikasih waktu ulang tahun gue nanti?""Gue beliin nanti, tapi ada satu syarat!""Apa?""Lo harus jadi babu gue buat cuci semu baju gue seumur hidup.""Dih ogah ... udah dapet pekerjaan bagus. Malah kerja paksa di rumah lo.""Emang handphone impian lo apa?" tanya Lili.Saat itu mereka sedang berjalan di mall."Tuh." Ia menunjuk pada handphone keluaran terbaru berwarna lavender. "Seharga motor.""Belum juga keluar. Lima belas tahun juga tuh handphone harganya sejuta.""Lima belas tahun? Gila! Ya lo pikir aja ... lima belas tahun mereka udah bisa keluarin handphone model robot. Gue dapet handphone itu berasa katrok.""Wah ... parah sih lo! Nggak tau terimakasih.""Ya lo beliinnya sekarang dong ....""Feedback-nya mau kasih apa?" tanya Lili."Lo beliin gue handphone. Gue beli lo kopi."Lili melirik terkejut. "Lo berharap gue bilang 'wah ayok Alana, gu

  • Misteri Kematian di Kota Hema   69. Ulang tahun yang tak banyak harap

    "Adikku mau apa?""Humm ...." Ia masih cemberut. Masih memakai baju seragam sekolah taman kanak-kanak. "Arya kan pengen beli es krim. Kak Alana lama banget."Alana tersenyum. "Kita beli boneka serigala?""Nggak." Bujukan Alana masih belum mempan."Mau beli boneka pisang?""Nggak mau!""Mau beli boneka Batman?"Ia terdiam. Masih dengan gengsinya. "Nggak!""Apa dong? Yang lari paling belakang harus jajanin es krim." Alana seraya berlari kecil. Agar suasana kembali ramai dan ceria.Alana hanya memiliki Arya di hidupnya. Terlintas di pikirannya bahwa Arya dan Alana sama-sama membutuhkan. Arya seorang diri, begitupun juga Alana.'Bisa saja kamu sebetulnya tak membutuhkan orang banyak. Kamu akan dipersatukan dengan orang yang membutuhkanmu juga yang kamu butuhkan. Mereka yang pergi ... itu sebagai hiasan hidup agar tak membosankan'. (ucapan terakhir Trisna saat Alana hendak keluar ruangan).****Sudah dua tahun lamanya. Rasa rindu terus menggebu. Alana sesekali masih belum bisa menerima. Te

  • Misteri Kematian di Kota Hema   68. Memori yang tak kunjung hilang

    "Saya nggak bisa bermalam di sini." Alana kekeh untuk pulang malam itu juga. "Izinkan saya pulang."Eri kebingungan. "Besok. Besok pagi. Saya janji.""Habis itu kalian pasti rencanain buat bunuh saya kan?" Alana menatap sendu. Wajahnya semakin cemberut. "Kenapa susah banget sih. Saya salah apa? Orang-orang kok khianati saya?" Saya nggak pantas di cintai ya?"Eri menatap Alana sendu. "Perempuan malang." Ia kebingungan. Alana pun pasti tak akan mau jika disuruh untuk beristirahat di kamar. "Makan dulu ya?""Orang-orang dari kemarin kok maksa saya buat makan trus sih? Kalian masukin apa di makanannya?"Traumanya sungguh hebat dan berat. Alana seperti orang depresi. Ia sesekali ketakutan. Sesekali terdiam lagi. Hal itu terus berulang.Eri tak tega melihat Alana seperti itu. Ia langsung menelepon polisi untuk segera mengantarkannya pulang.Malam itu menunjukkan pukul 07:00. Bulan bersinar cantik. Ombak semakin pasang. Lagi-lagi malam itu orang-orang berkerumun. Mengucapkan selamat tinggal

  • Misteri Kematian di Kota Hema   67. Sulitnya hidup dalam ketakutan.

    Pria itu mengerutkan bibirnya. "Kakak ini puasa ya?" Ia berbicara lagi. "Kakak mau istirahat?"Alana hanya menatap."Sekarang saya yang takut kalo Kakak kaya gini.""Usia kamu berapa?""Saya baru 18, kemarin saya baru lulus sekolah. Kenapa? Keliatan tua ya?" Dori tertawa. "Kakak umur berapa?" tanya Dori. Wajahnya senang karena Alana sudah mulai berbicara.Alana terdiam. Air matanya berlinang."Kakak kenapa? Apa wajah saya bikin mata Kakak pedes?"Alana tersenyum. "Kamu mirip adik saya.""Adik Kakak siapa? Sekarang dimana?""Aldo. Aldo namanya. Dia udah pergi kemarin," ucap Alana lagi-lagi raut wajahnya cemberut."Waduh salah lagi." Terbesit di batinnya. Lagi-lagi Dori berusaha menenangkan. "Aldo sudah tenang Kak ...."Alana menatap. "Nggak akan pernah tenang, Ri. Dia di sana nggak akan pernah istirahat."Karena tak ingin Ia salah lagi. Dori mengganti topik pembicaraan. "Gini deh Kak ya ... jujur aroma Kakak tercampur. Saya nggak tau bau apa. Dipersingkat saja sedikit bau bangkai eheh.

  • Misteri Kematian di Kota Hema   66. Dipertemukannya Alana dan Lili

    "Kak." Terdengar seorang pria membangunkan Alana. "Bangun Kak.""Gimana?" "Belum sadar." Pria itu mendengarkan detak jantung Alana. Ia memegang nadi di lengan Alana. "Aman kok. Masih bernapas.""Kak ... kakak masih hidup?" ucapnya lagi. "Kak bangun kak." "Gimana?" tanya pria lain."Belum sadarkan diri ... aduh kak. Cukup satu yang jadi mayat. Kalo dua ... saya takut kak. Nangkep ikan nanti gimana?" gumamnya.Banyaknya polisi sedang mengevakuasi keberadaan Alana dan Lili saat itu.Perlahan Alana mulai tersadar. Ia terbatuk-batuk. "Pak! Perempuan ini masih hidup!" teriak pria itu. "Kak! Kakak masih hidup? Ayo duduk dulu."Membuat polisi-polisi itu mendekat ke arah Alana."Kita amankan ke rumah sakit terdekat." Petugas keamanan hendak mengangkat tubuh Alana.Alana menolaknya seraya mencengkeram tangannya. "Antar saya pulang!""Kamu harus menjalani perawatan dulu."Napas Alana terengah-engah. "Nggak.""Tapi kakak butuh perawatan," ucap pria itu."Nggak! Saya nggak mau. Jangan bunuh sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status