Happy reading!
------
Dua manik mata indah yang dibingkai kacamata itu sudah menatap fokus layar laptop yang sedang berada dalam pangkuannya sejak dua jam lalu. Duduk bersandar di atas sofa panjang yang berada dalam kamar. Dave tidak sendiri, pria itu di temani Lea yang ia dudukan di samping kanannya.
Berselancar dengan serius mencari jejak Bertha dari nomor identitas yang belum lama ia dapatkan. Dave heran, mengapa Bertha memiliki banyak nomor identitas?
Apa wanita itu sering berpergian menggunakan identitas palsu? Tetapi, nama yang tercantum semuanya adalah nama asli, yang berbeda hanya nomor penduduk saja. Apa ini cara untuk mengelabuinya? Mencari satu persatu semua nomor ini untuk menemukan yang asli? Benar-benar cerdas! Siapa pun itu, telah berhasil membuat Dave kesal.
"Shit!" makinya, melihat data yang tiba-tiba tidak bisa di akses. Ini bukan yang pertama, melainkan sudah sampai ke sekian kali terjadi seperti ini.
Dave pu
Happy reading!------"Apa foto itu sudah selesai di bereskan?" tanya Dave seraya membubuhkan tanda tangannya ke sebuah dokumen persetujuan anggaran Hotel Polaris."Sudah Direktur, dan Pak Sam juga sudah mengambilnya."Dave menegakkan kepalanya. Menutup dokumen kemudian menyerahkannya kembali pada Gavin. "Sam? Kapan terakhir kali kamu bicara dengannya?"Dahi Gavin terlipat kecil, merasa heran dengan pertanyaan atasannya, tidak biasanya Dave menanyakan hal-hal seperti ini. "Em, sekitar siang tadi.""Siang? Ya sudah, kamu boleh keluar." Dave melirik pada jam tangannya, sudah jam tujuh malam. Ia ingat, siang tadi juga menghubungi Sam, tetapi panggilannya masih saja dialihkan. Bahkan dua jam lalu Dave pun masih mencoba mengontak temannya itu dan hasilnya masih sama."Baik, Direktur."Telunjuk Dave mengetuk pelan tepi meja, ia diam bersandar dengan mata memandang lekat punggung Gavin yang semakin menjauh lalu menghilan
Happy reading!------"Gugup?"Estelle mengangguk mantap menjawab pertanyaan Dave yang sedang duduk di sebelahnya itu. Mereka tengah berada di dalam mobil yang melaju menuju tempat acara. Sebuah acara pertunangan yang sudah lama di nantikan oleh semua. Akhir dari benang yang terpintal kusut mungkin akan terlihat malam ini."Apa hatimu sudah siap?" tanya Dave lagi.Wanita itu hanya mendesah, tidak tahu pasti apa yang dirasakan hatinya. Estelle benar-benar gelisah. Apakah tindakannya ini benar? Joe sudah memperingatkan dirinya untuk menunggu. Namun, hanya menunggu tanpa penjelasan juga sulit untuk dirinya bertahan. Percakapan malam itu terhenti begitu saja dengan meninggalkan luka dan menciptakan rasa penasaran yang lebih besar di hatinya.Bisakah ia melihat prianya bertukar cincin dengan wanita lain di depan matanya? Sudah lama Estelle meyakinkan dirinya kalau ia harus bisa bertahan, tetapi malam ini rasa keberaniannya tiba-tiba
Happy reading!------Mata yang penuh dengan luka dan rindu itu tidak berkedip sedikit pun, bahkan sampai Joe berdiri tepat di depannya, Estelle tetap memandang sendu prianya. Ternyata benar, ini adalah acara pertunangan kekasihnya. Sudah bisa memastikan seperti ini, rasanya ingin pulang saja.Dave yang melihat kedatangan Joe pun langsung melirik dan merangkul posesif pinggang partnernya."Mom, acara akan segera di mulai. Temani--" Joe langsung terdiam saat matanya tidak sengaja melirik pada Estelle. Lidahnya pun langsung mengelu melihat kekasih yang beberapa hari lalu ia temui sekarang muncul kembali di hadapannya. Mimpi? Melihat penampilan Estelle yang berbeda, cukup membisikkan ragu di hatinya.Caroline mengusap lembut bahu putranya. Diamnya Joe yang tiba-tiba membuat ia cemas, terlebih saat melihat tatapannya terarah jelas pada Estelle. "Sayang? Jangan menatap wanita milik orang lain, kamu sudah memiliki pasangan sendiri, Joe," ca
Happy reading!------"Hentikan!"Dua wanita di sana sama-sama tersentak begitu mendengar seruan pria yang sedikit keras dari arah belakang mereka. Julia yang ingin melayangkan tamparan pun jadi diurungkan kembali.Dave melangkah tegas mendekati dua wanita yang ribut di tengah lorong gedung. Siapa yang mengira, ia yang ingin menjemput partner malah melihat pertengkaran yang membuat hatinya panas. Jika saja yang ingin melayangkan tamparan adalah Estelle, mungkin ia hanya akan menjadi penonton yang baik.Pria bertuxedo hitam itu berdiri angkuh di tengah dua wanita di sana. Lingkar emeraldnya belum luput dari pasangan malamnya itu. Dahinya terlipat kecil melihat wajah Estelle yang benar-benar tidak ia suka, anak kecil pun akan tahu kalau wanita itu sedang menahan tangis. Berwajah seperti itu di depan orang yang ingin menamparnya, membuatnya cemas saja!Dave mendebas frustasi, pasangannya itu benar-benar terlihat bodoh. Rasanya sia
Happy reading!------Sunyi sudah menyebar sejak lima belas menit lalu. Ruang mobil terasa kian dingin dengan kebisuan mereka. Satu orang fokus menyetir sedang dua orang lagi sibuk tenggelam dalam pikiran masing-masing.Malam yang terasa panjang walau tidak sampai dua jam mereka menghadiri pesta. Estelle yang duduk di samping Dave terus saja menatap kosong punggung kursi di depannya itu. Kepalanya terisi penuh dengan rasa tidak percaya karena terus saja memikirkan perdebatan yang berakhir menyakitkan.Hamil? Jantung dan hatinya telah di remukkan paksa mendengar itu. Estelle langsung meminta pulang pada Dave, kepergian mereka bahkan tidak di ketahui oleh pemilik acara. Hanya Julia yang tahu.Estelle menghela pelan, membuang rasa sesak yang semakin mencekik. Padahal ia sudah menyiapkan mental, jika benar malam ini adalah acara pertunangan Joe, maka dirinya harus rela melepaskan. Namun, mendengar fakta kalau pasangan Joe itu hamil ... en
Happy reading!------“Direktur, ada informasi baru tentang Nyonya,” kata Gavin, usai membahas laporan pekerjaan, pria itu mulai melaporkan tentang apa yang tadi siang ia temukan.Dave sontak menghentikan gerakan penanya dan memperhatikan serius ucapan dari sekretarisnya. “Mommy?”“Ya, Direktur.”“Lanjutkan,” titah Dave, jarang sekali nama ibunya di sangkut pautkan ke dalam pekerjaannya.“Jam sembilan pagi tadi, Nyonya berangkat ke Jepang.”Satu alis Dave terangkat. Berpikir, kenapa ibunya tidak memberi kabar padanya? Padahal setiap pergi ke mall saja, wanita itu pasti akan memberitahu dirinya.“Lalu, ada kabar dari pihak Tuan Ryuga,” lanjut Gavin.“Sebentar, apa kamu ingin bilang kalau dia bertemu dengan Ryuga?” tanya Dave dengan intonasi rendah, raut wajahnya menunjukkan keraguan pada apa yang ia ucapkan sendiri.&l
Happy reading!------“Tentu dia akan menghindarimu. Apa kamu masih punya muka untuk bertemu dengannya? Wanita itu sudah tahu semuanya, pertunanganmu dan calon anakmu! Harusnya kamu senang, acara kemarin tidak dihancurkan olehnya,” tukas Dave dengan nada rendah yang terdengar tegas.Lidah Joe mengelu mendengar ucapan Dave. Seolah tubuhnya di guyur dengan air es yang begitu dingin. Joe membeku, merinding mendengar kalimat yang menyatakan kalau Estelle mengetahui tentang calon anaknya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?“Itu ... tidak benar,” lirih Joe dengan kepala yang menunduk menatap lantai. Kedua tangannya terkepal erat menahan gemuruh dalam dadanya. Pria itu tidak menyangka kabar seperti itu bisa sampai ke telinga Estelle.Joe kembali menegakkan lehernya. Dengan suara pelan dan tegas ia melanjutkan ucapannya, “Siapa yang mengatakan hal itu?”Dave menautkan kedua alisnya. Tidak mungkin ti
Happy reading!------Dengan kecepatan penuh, Dave memacu mobilnya. Sudah hampir tiga puiuh menit lingkar emeraldnya fokus menembus jalan yang masih ramai dan dingin. Pria itu sedang menuju Zeta Company di mana kemungkinan temannya berada.Dave sungguh tidak percaya pada apa yang sekarang terjadi dengannya. Semuanya menjijikan dan tidak masuk akal!Saat ini kemarahan benar-benar sedang menguasai dirinya. Dave semakin membenci Louis. Menduakan Callie dengan Caroline Alberta? Bahkan memberikan nama anak-anaknya dengan namanya? Bagaimana bisa ada dua Alexanderdari wanita yang berbeda? Sungguh hal yang bahkan dalam mimpi pun tidak pernah Dave inginkan. Orang tua itu benar-benar penuh tipu muslihat!Dave mendengus lucu. Tiba-tiba saja pikirannya menyetujui kalau Louis dengan Caroline memang pantas bersama. Mereka berdua sama-sama licik.Semakin pikirannya berenang jauh, pria itu pun refleks menautkan kedua alisnya ketika menco