"Madre, beri El kekuatan. Mantra yang Madre berikan tidak cukup," lirihnya di sela isak tangis yang ia redam suaranya.
=====
Candle light dinner, kira-kira seperti itu penampakan di ruang makan yang cukup luas di sana. Meski tanpa lampu yang meredup, tetapi lilin dan bunga mawar merah yang menghiasi meja sudah cukup membawa kesan romantis, terlebih ada sebotol wine yang juga ikut disediakan.Biasanya, Sam makan dengan penampilan meja yang biasa saja. Cukup ada air dan makanan. Namun, beberapa menit lalu ia memerintahkan pengurus rumahnya untuk mengatur ulang ruangan itu agar terlihat lebih nyaman dan cantik. Bagaimanapun, Estelle adalah tamu spesialnya.
"Tuan, apa mau saya datangi saja? Mungkin, Nona tersesat," ucap pelayan wanita paruh baya.
"Tidak perlu, biarkan dia menikmati waktu sendirinya," balas Sam seakan mengerti apa yang sedang diperlukan Estelle.
Kedua tangan yang menampung dagu mulai dituru
Dalam ruangan yang minim pencahayaan. Wangi aroma segar dan manis strawberry yang menguar, tercium di sana. Bayangan dari dua tubuh yang saling bertumpuk di atas ranjang nampak terlukis jelas di dinding. Entah sudah berapa kali, suara erangan dan hembusan napas berat terdengar mengusik sunyi di sana. Sepasang kaki berbulu, terlihat sedang dalam posisi tengkurap. Sedangkan, sepasang kaki lain terjulur di bawah kaki berbulu itu. Saling berpelukan di atas ranjang mobil MQueen. Kaki yang menggantung, menjadi bukti jelas kalau ranjang itu terlalu kecil untuknya. "Lea, sampai kapan aku akan seperti ini?" Tidak ada jawaban. Dave kembali menghela napas, tangannya semakin erat memeluk tubuh besar dan lembut yang berada di atasnya. Lingkar emerald yang memaku lurus pada langit-langit, nampak tidak bersinar. Kini, pikiran Dave sedang menjelajah mundur, mengingat kejadian di mana dirinya dibentuk untuk membenci wanita. Sejak berusia tujuh tahun, Dave tela
[Aku menunggu kata terima kasihmu. Sebagai Daddymu, sudah seharusnya aku membereskan masalah anakku, bukan? Lihat keuntungan yang akan kamu dapatkan berkat diriku.]=====Keseriusan sorot mata dibalik bingkai kacamata yang merefleksi layar laptop tidak menjamin semua pikirannya juga ikut terfokus pada tugas-tugas kantornya itu. Sudah hampir tiga jam, Dave menyibukkan diri dengan setumpuk laporan hotel yang seharian kemarin ia tunda, ditambah kiriman berkas dari Sam yang harus ia periksa dan harus dikembalikan siang ini.Jika ditanya mengapa pekerjaannya bisa terbengkalai, itu semua karena Louis. Pria itu mengacaukan rencananya. Harusnya ia sudah bisa menghancurkan Estelle, tetapi sekarang kenapa dirinya merasa ikut hancur? Meski semua orang masih berpihak padanya.Kembalinya Louis ke negara ini tanpa kabar membuatnya terkejut. Apalagi pria yang berstatus sebagai ayahnya itu sudah tahu kalau phobianya belum benar-benar sembuh. Bukan hanya sekedar menebak,
Hola kakak-kakak yang baik hati, jangan lupa rate bintangnya ya^^Thanks, happy reading!------------[Ada proposal dari Louis yang dikirim ke Zeta, mau lihat? Datang ke kafe SkyCoffee, pertigaan 67th Ramones Way. NB : Jangan lupa berkas kirimkan berkas yang semalam aku berikan.]=====Sebuah ponsel tergengam. Terengkuh oleh tangan yang bergetar samar. Menggenggam seraya menampung rasa sakit, rindu, dan kecewa. Kepala yang tertunduk, tersembunyi ke dalam hoddie navy blue, benar-benar menutup akses untuk orang sekitar. Tidak ada yang bisa mengintip wajah sembab di balik beberapa helai surai chestnut yang ikut turun menyembunyikan kesedihan pemiliknya. Bibir tanpa polesan gincu yang biasanya setiap pagi mempercantik dirinya, kini tampil pucat dan kering.Layar berukuran 6,3 inci masih menyala karena terus saja disentuh oleh ibu jari yang mengusap pelan muka ponselnya. Menarik jauh pesan-pesan tanpa balasan. Lingkar cokelat ge
Please don't be a silent reader ╥﹏╥Yuk, sebarkan suara kalian di setiap paragraf cerita ;*-------"Hargh! Dasar keras kepala! Daripada membahas itu, lebih baik kamu jelaskan! Bagaimana bisa kamu kenal Pak Dave?! Bagaimana kamu bisa dihamili oleh dia, El?! Aku senang kamu sudah mau menjalin hubungan dengan pria lain, tapi kenapa sampai hamil?!"=====Estelle membisu. Sudah tidak kaget lagi dengan rumor aneh itu. Namun, kenapa nama sialan itu bisa terucap dari mulut Alan?"Kamu, bagaimana kamu kenal dia?" Estelle menyentuh tangan yang sedang menggunakan armsling. "Ceritakan padaku, Al. Seberapa hebatnya dia sampai kamu juga mengenal pria itu?!"Estelle masih sedikit tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Sepertinya Dave memang cukup terkenal dan hanya dirinya saja yang tidak tahu dunia sosial. Ah ... tetapi Valeri juga tidak mengenalnya. Bahkan Julia pun menyuruhn
Please, don't be a silent readers! T-TThanks! Happy reading!------"Siapa yang menangis?"=====Kematian seakan sedang mencoba menyapa pria yang duduk gelisah di sana. Terhimpit oleh pandangan tajam dari dua mata yang sejak tadi menguliti diri Sam. Meneguk minuman dan mengalihkan pembicaraan adalah hal yang sejak tadi Sam lakukan.Saat Sam sedang bertelepon ria dengan seseorang untuk membahas soal pencekalan dan penarikan semua artikel tentang Estelle, tanpa ia duga, Noel yang sedang memesan minuman mendengar semua itu. Bodohnya, punggung Sam yang membelakangi akses keluar masuk kafe SkyCoffee tidak sadar kalau ada Noel di belakangnya. Sam terus saja berbicara dengan sekretarisnya sambil merutuki Dave yang menjadi biang keladi semua masalah ini.Karena hal itulah, sejak tadi Sam di interogasi oleh Noel.Berbeda dengan hatinya yan
Please, don't be a silent readers, Ok!Happy reading :*-----"Berbeda? Hah! Berhenti membuatku tertawa, bitch!" Julia memundurkan tubuhnya kemudian menatap jelas ke perut Estelle. "Aku menyuruhmu mencari informasi tentangnya, tapi ternyata kamu malah menikmatinya sampai, hamil? Apa kamu tahu sekesal apa aku mendengar itu, hah?!"=====“Apa?”Cengkeraman keras diberikan Julia pada lengan atas Estelle. Rasanya tidak terima dengan perih yang ia dapatkan di pipinya. Ingin menampar balik. Namun, harus ia tahan. Julia ingat sedang berada di mana kakinya berdiri sekarang.“Benar-benar memuakkan melihatmu selalu bertingkah naif! Jujur saja, kamu sangat puas 'kan, bisa tidur dengan pria yang aku sodorkan padamu, hm? Berpura-pura tidak mau, tapi ternyata--” Sapuan tangan yang penuh tenaga kembali melayang. Namun, kali ini bisa di tangkap Julia.“Sekali lagi menampar, aku akan membuatmu malu se
Sebarkan komentar kalian di setiap paragraf ;DKalau banyak, langsung publish satu bab lagi!Happy reading!------Empat orang saling menukar dan menandatangani beberapa berkas. Outfit formal dan ekspresi mereka menjadikan suasana di sana terlihat lebih serius. Saat ini, tidak ada suara lain kecuali suara gesekan kertas yang dibuka.Dave telah selesai menandatangani berkas-berkas pentingnya, menaruh pena tanpa mengganggu pria berperawakan tegap yang memiliki paras jepang. Memandang dengan senyum samar yang mungkin akan sulit dilihat orang lain jika tidak dilihat dengan teliti.Sang pria berparas jepang menaruh penanya, mengangkat kepala dan tersenyum hangat pada Dave. “Senang bekerja sama dengan anda Mr. Dave. Kami akan sangat menantikan kedatangan anda ke Jepang,” ucapnya dengan senyum yang belum luntur dari wajah.Dua orang pria di sana, yang masing-masing memiliki
Sebarkan komentar kalian di setiap paragraf ;DHappy reading!------“Apa yang kamu lakukan! Keluar!” seru Dave, ia memundurkan tubuhnya sampai menyentuh pintu. Jantungnya langsung berdetak kencang melihat Estelle masuk begitu saja dan menduduki kursi penumpang.=====Estelle menutup rapat mulutnya, kemudian melilitkan mafela pada wajah lalu menarik kembali hoodie yang sempat ia turunkan ketika sedang bertengkar dengan Julia tadi. Duduk dengan punggung tegak serta pandangan mata yang menatap lurus ke depan. Biarkan ia egois kali ini. Pun, tidak apa jika ia harus dibenci seluruh dunia setelah ini.“Aku tidak akan bergerak dari sini. Jadi, tolong aku sekali ini saja ....” ucap Estelle dengan nada rendah, menekan segala resah hatinya. Pikirannya hanya terpusat pada Joe, hatinya pun tidak lelah berharap pada keajaiban yang hanya seperti benang tipis. Semoga saja masi