"Gi-Gilang." Jihan sangat terkejut sekaligus terlihat bahagia, karena dia bisa bertemu kembali dengan teman baiknya selain Maura dan Alex. Tapi tidak dengn Septian, kini dia terlihat kesal karena kedatangan tamu yang mungkin saja bisa disebut saingannya, meski dia kini sudah memiliki Jihan seutuhnya tapi entah kenapa Septian sangat tidak suka. Saat melihat Gilang hadir kembali dalam kehidupan Jihan.
"Jadi kalian sudah saling kenal?" Tanya Oma Nadia. Yang kini menghampiri Gilang dan tersenyum pada cucu angkatnya itu.
"Iya Nek, kebetulan kami pernah satu kampus, dan jujur aku pernah menyukai cucu nenek." Gilang pun tersenyum kearah Jihan. Membuat ibu hamil itu tersipu malu, sedang sang suami tersenyum sinis kearah Gilang sambil memeluk pinggang Jihan dengan sebelah tangannya dan terlihat sangat posesif. Namun, Gilang tidak menanggapinya dia malah kembali fokus pada sang nenek.
"Oh ya Nek. Maaf ya ayah dan ibuku tidak bisa da
Pembicaraan Jihan dan Septian via Handphone📱"Sep, hari ini aku ada cek kehamilan loh," Ucap Jihan. Melalui ponselnya."Iya sayang, tapi aku besok baru bisa pulang, kamu sama bunda aja ya ke Dokternya," Sahut Septian."Ya udah deh, padahal kan aku perginya pengen sama kamu. Sepeti di bulan-bulan biasanya, tapi ya udah deh aku minta diantar sama Bunda aja, tapi kamu hati-hati ya disana, jangan nakal loh," Ujar Jihan memperingatkan."Nggaklah sayang, mana mungkin aku berani macem-macem, cuma satu macem aja kok, itu pun sama istriku yang paling cantik dan manis. Gak akan sayang, aku pasti sudah tidak waras kalau sampai berbuat yang nggak-nggak.""Iya aku percaya sama kamu sayang, cepat pulang ya, aku sama dedek bayinya udah kangen banget sama kamu, sayang." Jihan pun tersenyum setelah mengatakan hal itu."Iya aku juga kangen sama kamu dan juga dedek bayinya,
Kini Jihan pun sudah berada diruang rawat. Jihan kini sudah berbaring dibrankar karena dia merasa sakit dibagian pinggulnya, namun sesekali dia terduduk, dan mengambil ponselnya. Tapi tak ada pesan satu pun dari suaminya."Bun, apa Tian ada telepon Bunda?" Tanya Jihan. Yang kini menatap Aleta yang sedang duduk bersama Kiara disofa."Cie, ada yang kangen nih kayaknya Bun. Kakak ini baru 4 hari ditinggal kak Tian, tapi kayaknya udah kangen banget yah," Goda Kiara."Iisshh..., kamu ini ngomong apa sih Kia, aku cuma nanya aja," Ucap Jihan. sambil tersipu malu, karena Kiara terus menggodanya."Sudah-sudah jangan ribut. Tian tadi bilang sedang diperjalanan pulang, jadi dia gak bisa telepon atau menerima telepon, dia bilang tidak ingin mengganggumu istirahat sayang. Tapi Bunda sudah bilang kalau dia langsung kerumah sakit aja, Bunda tahu pasti kamu udah kangen banget," Ucap Aleta. Jihan pun hanya tersenyum lalu d
Jihan kini sudah dibawa pulang kerumah setelah 3 hari dirawat dirumah sakit pasca melahirkan putri pertamanya, keluarga pun kini tengah berkumpul dikediaman keluarga Wijaya, untuk melihat si mungil yang kadang menangis saat digendong oleh Aleta dan Sabrina."Aduh cucu nenek kok gak mau digendong sih, kan neneknya pengen gendong," Ucap Sabrina. Sambil menimang cucunya yang mungil dan menggemaskan itu."Mungkin dia blm kenal kita Bina jadi pas kita gendong dia nangis, oh ya diberi nama siapa putri kalian Sep, Han?" Tanya Aleta." Anindya Violetta. Nama panggilannya Nindya, iya kan sayang," Ucap Septian dengan Antusias, lalu dijawab anggukan oleh Jihan yang kini tengah duduk disofa bersama Septian."Wah Nama yang cantik seperti baby nya cantik dan imut," Ucap Aleta."Hey Nindya, Cucu nenek yang cantik," Lanjut Aleta. Sambil melihat menatap Cucunya itu."Wah kayaknya dia setuj
Septian, Jihan dan Nindya pun sudah rapih dengan pakaian serba putihnya. Septian dengan baju santainya, sedang Jihan dengan dress putihnya, begitu juga dengan Nindya, kini mereka pun tengah duduk diranjang dengan Namis yang menggendong putrinya."Wah Princess papah udah wangi banget ya," Puji Septian. Lalu kini mencium kening mungil Nindya."Kalau mamanya, wangi gak?" Tanya Jihan yang kini memeluk Septian dari belakang dengan manjanya."Gimana de wangi gak mamanya?" Tanya Septian pada putri kecilnya, untuk menggoda Jihan, membuat wanita itu cemberut."Iiihh..., kamu mah gitu, udah gak sayang lagi ya sama aku," Rajuk Jihan. Yang kini duduk disamping Septian."Cie yang cemburu, ingat yang kamu bilang sayang. gak boleh cemburu sama putri kita." Septian mengingatkan dan Kembali menggoda istrinya itu, tapi saat melihat sang istri semakin menekuk wajahnya. Septian pun berbisik sesuatu yang
Septian baru saja masuk ke kamarnya setelah menidurkan Nindya. Karena anak itu ingin di ceritakan dongeng oleh sang ayah. Saat memasuki kamar Septian tidak melihat keberadaan Jihan disana. Tapi saat dia menoleh ke arah balkon, Septian melihat istrinya itu tengah berdiri di pembatas balkon sambil menatap ke arah langit.Septian pun tersenyum, lalu dia menghampiri Jihan tanpa bersuara. Dan saat sudah di belakang Jihan. Septian pun langsung memeluk istrinya, lalu menopangkan dagu di bahu sang istri. Jihan hanya tersenyum saat mendapat pelukan hangat dari suaminya. Septian."Sayang, sedang apa kamu disini, hm?" Tanya Septian. Dengan sesekali mengecup pundak Jihan."Aku sedang menikmati indahnya malam lihat lah bintang disana yang tak pernah lelah bersinar. seperti kamu yg tidak pernah mengeluh melindungi dan memenuhi kebutuhanku dan Nindya tanpa mengeluh," Jawab Jihan. Dengan senyuman termanisnya."Itu sudah k
Jihan dan Septian baru saja pulang dari rumah sakit. Mereka baru saja memeriksakan kehamilan Jihan. Nindya dia titipkan bersama Bi Tantri, karena mereka hanya pergi sebentar."Mama, Papa pelgi kok nggak aja Nindy sih," protes Nindya sambil cemberut."Maafin Mama ya sayang, tadi Mama sama Papa pergi ke dokter sebentar, mau aja Nindy tapi princessnya bunda sama ayah ini masih bobo," Ucap Jihan. Memberikan pengertian pada putrinya agar tidak marah."Ke doktel?" Tanya Nindya. Dengan wajah polosnya."Iya sayang, Papa sama Mama tadi ke dokter sebentar. Jadi bukan pergi jalan-jalan, kalau pergi jalan-jalan mana mungkin Nindy ditinggal." Kali ini Septian lah yang menjawab."Memang siapa yang sakit, Pa, Ma?""Gak ada yang sakit sayang, tapi Mama Nindy lagi ngandung adik buat Nindy. Katanya Nindy pengen punya adik, dan akhirnya Tuhan ngambulin keinginan Nindy untuk punya adik." Lalu
Hari pun terus berganti, tanpa terasa kini kehamilan Jihan sudah menginjak usia 7 bulan. Keluarga kecil mereka terlihat begitu bahagia, terlebih kini mereka berdua tengah menanti kelahiran anak kedua mereka, dan beruntunglah kehamilan kali Septian tidak diberi kesulitan dengan mengidam yang aneh-aneh, hanya Jihan sering merindukan suaminya itu. Karena terkadang Septian harus bertugas keluar kota."Mas.""Hm.""Berapa hari Mas ke Jogja?" Tanya Jihan sambil memperhatikan suaminya yang tengah bersiap-siap untuk pergi meeting di luar kota."Paling cuma 2 hari sayang. Kenapa hm?" Tanya Septian. Lalu menghampiri istrinya yang kini tengah menatapnya. Lalu dia berlutut dihadapan Jihan yang duduk di tepi ranjang."Aku tuh pengen ikut, Mas. Andai saja aku gak hamil, dan andai dokter gak larang aku buat berpergian jauh." Jihan terlihat berkaca-kaca, entah mengapa kini dia sangat cengeng dan selalu sa
Setelah Septian pergi keluar kota. Jihan dan Nindya pun tidur di kamar yang sama. Baru saja satu hari ditinggalkan Septian sehari. Jihan sudah sangat merindukan Suaminya itu. Terlebih belum ada kabar dari sang suami, mungkin Septian belum sampai ke Jogjakarta."Ma, papa udah telepon belum?" Tanya Nindya."Belum sayang, mungkin papa belum Sampai Jogja," Jawab Jihan.Rupanya putrinya pun sangat merindukan papanya. Jihan hanya bisa berdoa semoga suaminya selamat sampai ke tujuannya.Malam harinya Jihan dan Septian tengah asyik Video call. Tentu saja sang putri merecoki dengan berbagai pertanyaan dan dia merengek minta sang ayah cepat pulang. Dengan segala bujukan akhirnya Nindya pun setuju menunggu sang ayah pulang dua hari lagi"Nanti jangan lupa bawain kakak boneka Balbie yang ada lumah-lumahan nya ya Pa. Kakak mau oleh-oleh itu dali Jogja," celoteh Nindya."Disini juga ada