Share

Part 4: Apa salahku Tuan?

My Beloved Bastard”

Author by Natalie Ernison

Jasmeen yang hanya berniat untuk berkeliling sekitaran area hotel tempat di adakannya pesta. Namun secara tak terduga, Jasmeen justru harus tertimpa hal yang sangat tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Cullen, si pria misterius telah membuat sebuah pengalaman baru dalam kehidupan Jaes.

"Lepaskan aku hakkk…" Jaes terus meronta dan berteriak sambil mengumpat pada Cullen.

Whusss… kedua tubuh mereka melayang di udara. Jantung Jaes terasa berhenti sejenak, ia sangat phobia ketinggian.

Ahhh… Jaes menelusupkan wajahnya pada dada bidang milik Cullen, sambil ia mencengkram bahunya.

"Dimana??" Jaes mulai memandang sekitarnya.

“Apakah sebegitu menggodanya tubuhku untukmu..” ujar Cullen sambil tersenyum miring pada Jaes.

Hahh… "aku ingin pulang sekarang!" Jaes melepaskan dekapannya dan merapikan kembali dressnya yang terlihat berantakan itu.

“Kenapa manis.. tidakkah malam ini sangat dingin bukan..” Cullen mendekap erat tubuh Jaes, sambil membelai area perut Jaes.

"Hentikan! apa sebenarnya dosaku padamu! mengapa kau melecehkanku seperti ini" Ucap Jaes, ia benar-benar kesal dengan semua perlakuan Cullen padanya.

“karena kau milikku..” Cullen semakin mengeratkan dekapannya dan mengecup batang leher jenjang milik Jaes.

"Aku bahkan tidak mengenalmu! aku tidak akan ceritakan apa yang aku lihat..—" hhmm…. Cullen kembali melumat bibir Jaes, dan meremas tubuhnya dengan sangat keras.

"Tolong lepaskan aku tuan Cullen…" Ucap Jaes.

“Sudahlah, aku akan mengantarmu pulang..—“

"Tidak!! kau bajingan!! kau bahkan tidak berniat mengantarku sejak tadi!" Jaes berteriak nyaring, dan perlahan mundur.

Ahkk…

“Jasmeen!!!”  Cullen dengan sigap meraih tangan Jaes, ia hampir jatuh dari atas gedung tinggi, karena injakannya tak bertumpu pada apa pun.

"Aku hanya ingin pulang…" Jaes semakin terisak, namun Cullen justru tersenyum geli melihat tingkah gemas Jaes.

“Baiklah manis…--“ Cullen mendekap erat tubuh Jaes, dan mereka kembali melayang di udara.

>>

“Sekarang masuk dan istrahatlah, dan terimakasih untuk vitamin tubuh malam  ini..” cup.. Cullen melumat bibir Jaes beberapa detik.

Jaes dengan terburu-buru masuk ke dalam kamarnya, ia membersihkan dirinya. Setiap mengingat apa yang telah Cullen lakukan padanya, ia menjadi sangat kesal.

***

“Kampus xxx”

Tiba saatnya bagi Jaes untuk pergi ke dosen pembimbing akademiknya untuk segera menyelesaikan tugas akhirnya/ skripsi.

Knock Knock Knoc...

“Masuk.” ucap seseorang dari dalam. Jaes pun masuk perlahan dan duduk tepat di hadapan dosen pembimbingnya.

Terpampang jelas nama “Remost Tyga” di papan nama, tepatnya di atas meja dosen pembimbingnya.

“Kamu semakin cantik…” puji Remost, yang ialah dosen Jaes.

"Pak, ini tugas akhir saya, mohon bimbingan bapak." ujar Jaes sambil meletakkan setumpukan lembaran kertas

miliknya.

“Aku sangat merindukanmu…” Remost meraih tangan Jaes, saat Jaes sedang menunjukkan beberapa perbaikan pada tugasnya.

"Maaf pak, saya datang sebagai mahasiswa." Jaes menarik cepat tanganya.

“Beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya…” Remost menatap mata Jaes sendu.

"Hentikan pak! bapak sudah memiliki tunangan, dan jangan coba menggoda seorang gadis! apalagi aku hanya gadis miskin!" Jaes bergegas pergi dari hadapan Remost tanpa mau mendengarkan sapaan Remost.

>>

Hah hahh… napas Jes tersengal, ia bertumpu pada sebuah tiang lampu taman.

Bersandar di bawah pohon rindang sekitar taman, sambil ia mencengkram bajunya tepat di dadanya. Wajahnya berubah sendu dan seakan ingin sekali menangis.

“Mengapa pria seenaknya bertindak…--“ lirih batin Jaes saat itu. Tanpa sadar ia memejamkan matanya sejenak dan ternyata ia sempat terlelap.

Setelah hampir satu jam lebih terlelap…

"Astaga… sudah berapa lama aku tertidur?" gumam Jaes, dan…

“Tidurmu terlihat sangat nyenyak." Ujar seorang pria tepat di sampingnya.

"Kak Remost, ah pak..—"

“Kita sedang di luar lingkungan kampus!  Jasmeen, tolong makan malamlah denganku…” pinta Remost.

"Maaf aku harus…--"

“Tidak! tidak lagi kubiarkan kau pergi!!” Remost meraih tangan Jaes hingga tertarik pada dadanya.

"Lepaskan aku pecundang!" ucap Jaes kesal, lalu menarik dirinya.

“Iya aku memang pecundang!! seorang pecundang yang berusaha mencintai seorang gadis mahasiswinya sendiri walau di tentang oleh kedua orangtuanya!” Ucap Remost dengan wajah yang terlihat kesal.

Hahhaaa… Jaes tertawa.

"Lucu sekali anda, omong kosong apa lagi ini! apakah semua orang kaya memiliki omong kosong begini!!"

“Jasmeen, aku memang bertunangan dengan Aine, tetapi kita bisa tetap diam-diam melanjutkan hubungan kita..—“

"Hentikan! tidakkah kakak malu dengan diri kakak sendiri hah!! Jika benar cinta! mengapa saat pertemuan dansa malam itu, kakak justru mengundangku hanya untuk memperlihatkan betapa serasinya kalian!"

“Jasmeen, maafkan aku sayang..—“

"Lepaskan aku kak Remost Tyga terhormat. Anda tidak seharusnya bersama seorang gadis miskin sepertiku." Ujar Jaes kesal.

“Aku tidak ingin kehilanganmu Jasmeen…” Remost mencengkram tangan Jaes erat.

"Lepaskan! orang-orang akan melihat kita kak!" Jaes  berusaha meronta.

“Biarkan saja, akan aku tunjukkan..” Remost enggan untuk melepaskan tangannya.

Krakkhh… Jaes menggigit pergelangan tangan Remost, dan berlari secepatnya.

“Jasmeen…!!” Remost berusaha menyusul, namun Jaes terburu masuk ke taksi biru dan lenyap dari pandangan matanya.

>>

“Kediaman Jasmeen”

Ahkk… "Dasar pria bajingan! pengecut!!" Jaes kesal dan ia mulai terisak pilu.

“Bagus sekali manis, kau bahkan berani menangis untuk pria lain..” Ucap seorang pria, dan suara yang sangat tidak asing baginya.

"Tuan Cullen!" Jaes membelalak ngeri.

“Apakah malam  ini aku harus menghabisimu sehingga kamu tak akan berani bermain dengan pria lain..” Cullen berjalan ke  arah Jaes, dan membuat Jaes tertempel di tembok.

"Apa yang tuan inginkan…?"

“Aku tentu saja ingin mengisi energiku..” tukas Cullen dengan tersenyum miring.

"Sampai kapan tuan berhenti mengusikku!" Jaes berteriak nyaring dan benar-benar sudah tidak tahan lagi.

“Jangan sampai kudapati kamu bersama pria lain, atau aku akan habisi pria yang berani mendekatimu!” Cullen mengancam dengan nada mengancam.

"Siapa anda? mengapa aku harus menurut.. ahkk!"

“Ternyata kamu gadis manis yang pemberani yah…” Cullen menggendong tubuh Jaes dan melemparkannya ke atas kasur milik Jaes.

"Jangan!! pergi…" ahkk…

Cullen langsung menindih tubuh mungil Jaes dan mengapitnya sehingga tak mampu lagi bergerak.

“Tidakkah kau pun sangat menikmatinya hah…” Cullen meremas area sensitive milik Jaes. Ia mulai mencumbu Jaes.

Ia meremas gunung kembar milik kepunyaan Jaes, dan langsung melahap gemas, tak lupa menyingkap baju kaos yang sedang Jaes kenakan. Sungguh Cullen sangat nakal nan bergairah.

Arggh… "lepaskan aku ahkk…" Jaes terus meronta, namun Cullen sangat kuat baginya.

"Hentikan! kau binatang kejam!" Jaes menangis sedu.

"Mengapa kau lakukan ini padaku… aku membencimu sangat membencimu binatang!" Jaes menjerit dan sangar marah dalam ketidak berdayaannya.

Cullen mencengkram kedua tangannya, dan kini tubuh Cullen berada di atas tubuhnya.

“Apakah semua ini pengalaman pertamamu manis? aku sangat puas bermain dengan perawan murni ini. Ingat!! hanya aku yang boleh menyentuh ini, ini dan ini juga..” ujar Cullen sambil mengecup-ngecup area tubuh Jaes.

Akhirnya Jaes menyerah untuk melakukan perlawanan, karena itu adalah usaha yang sangat sia-sia baginya.

Cullen menghentikan kegiatan panasnya, sementara Jaes terlentang lemas. Ia terus memejamkan matanya, karena kegiatan mereka benar-benar melelahkan serta menyisakan kenikmatan tersirat.

“Apakah kau ingin lagi manis..” bisik Cullen di telinganya sambil meremas area dadanya.

Meremas, melumat, dan menjelajahi area sensitive lainnya dengan begitu gemasnya.

"Hentikan!! aku ingi beristirahat, aku sangat lelah hari ini…"

“Tidurlah, aku akan menjagamu gadisku..”

Jaes tak punya keberanian untuk mengusir Cullen dari kamarnya, karena ia tahu bahwa itu pun usaha sia-sia pula.

“Mengapa kau membelakangiku..” Cullen menarik tubuh Jaes ke dalam dada kekar miliknya.

Tak lama setelahnya, Jaes pun terlelap.

Hm...

“gadisku sangat cantik saat terlelap, ingin rasanya aku menghajarmu habis-habisan. Tetapi sepertinya itu belum saatnya..” gumam Cullen sambil memandangi betapa cantiknya wajah Jaes.

Cullen tersenyum miring, seakan benar-benar puas membuat gadis kecilnya menangis kesal namun tak mampu melakukan perlawanan pula.

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status