Share

MBF-5

Penulis: riskandria06
last update Terakhir Diperbarui: 2020-09-20 21:00:00

Malam yang dinantikan telah tiba. Malam pertunanganku dengan Bisma. Suasana pesta cukup ramai. Kedua orang tuaku tampak sibuk berbincang dengan rekan bisnis mereka. Sementara kakakku? Dia berkeliling kesana-kemari bak seorang EO yang bertanggung jawab atas terlaksananya acara malam ini.

"Mawar...."

Aku merasakan tubuhku di peluk dari samping. Sebuah tangan mungil yang sangat aku kenali. Aku tersenyum kemudian memutar tubuhku menghadapnya.

"Fany? Akhirnya lo datang. Gue pikir lo lupa kalau hari ini gue tunangan. Gue merasa sendirian dari tadi." ujarku menyambut sahabat terbaikku itu.

Fany tersenyum.

"Bagaimana mungkin? Ini kan hari spesial lo. Semua orang datang untuk lo, Mawar." Fany.

"Oh iya, mana calon tunangan lo? Gue nggak sabar banget buat bertemu sama dia." Fany.

Oh... ayolah.... disini aku yang akan bertunangan. Kenapa malah gadis di sampingku ini yang tampak sangat antusias?

"Hay! Aku disini."

Suara itu membuatku dan Fany segera membalikkan badan.

Aku menelan salivaku kasar. Dia nampak berbeda. Ya. Bisma. Masih dengan jas rapi berwarna hitam yang menjadi ciri khasnya. Tapi... aku merasa dia berbeda. Terlihat lebih....... keren.

"Apa kau Bisma? Em... eh maksud saya Tuan Bisma? Calon tunangan Mawar?" Fany.

Bisma tersenyum tipis kemudian berjalan lebih mendekat ke arahku dan menarikku perlahan menjauhi Fany. Aku hanya diam. Menurut kemana ia akan membawaku pergi. Dan ternyata, dia membawaku ke sebuah mimbar yang cukup luas, dimana sudah ada orang tua kami dan Kak Elang di sampingnya.

Semua mata tertuju pada kami. Namun ada pula beberapa yang asyik berbisik dan bergosip. Entahlah. Mungkin mereka tidak menyangka bahwa Bisma akan bertunangan denganku, gadis biasa yang masih berstatus sebagai mahasiswa.

"Sudah tiba pada puncak acara, dimana putra-putri kami akan menyematkan cincin ke jari pasangannya sebagai tanda ikatan diantara mereka." ujar Om Rio.

Tante Kamila datang memberikan sebuah kotak merah pada Bisma. Bisma menerimanya dan segera membukanya. Aku nyaris menjerit terkejut. Sungguh, cincin yang sangat indah. Terkesan simple dengan sebuah berlian biru jernih yang membuatnya tampak elegan. Ia mengambil salah satu cincin itu kemudian menyematkannya ke jari manisku.

Aku terdiam. Masih membeku dan melihat cincin cantik di jari tanganku. Namun, Bisma segera menyadarkanku dengan melambaikan tangannya di hadapanku.

Aku mengambil pasangan cincin itu kemudian menyematkannya di jari Bisma. Setelah itu, aku mendongak untuk menatap Bisma. Pandangan kami bertemu. Matanya seakan menarikku untuk terus menatapnya. Sepertinya..... aku menyukainya.

Aku menyukai mata indah Bisma.

Bisma menarik tanganku lembut, membawaku untuk bertemu satu per satu rekan bisnisnya. Tapi, dalam acara seperti inipun mereka lebih banyak membicarakan tentang bisnis.

Aku bosan. Aku tak mengerti apa yang mereka katakan. Mereka hanya bertanya nama dan latar belakang keluargaku, kemudian asyik memperbincangkan soal bisnis.

"Bis.." panggilku. Bisma mendekatkan telinganya padaku.

"Aku haus. Aku ambil minum dulu ya." pamitku.

"Nanti kesini lagi!" balasnya. Aku mengangguk kemudian pergi.

Aku mengambil sebuah minuman dingin yang telah tersedia. Namun, aku tak langsung kembali ke tempat Bisma. Aku melihat kesana-kemari, mencari sosok sahabatku, Fany.

Ah...itu dia.

Aku menghampiri gadis bergaun maroon itu. Dia melihatku. Kemudian melambaikan tangannya padaku.

Tunggu! Tampaknya dia tengah berbincang dengan seseorang. Aku mempercepat langkahku.

"Mawar lo pasti nggak akan nyangka." girang Fany.

Pria yang tengah berbincang dengan Fany menoleh ke arahku.

"Hh? Pak Brian?" kagetku.

Brian Renandi. Dosen muda terkeren, most wanted di kampusku.

Dulu. Mungkin sekitar setengah tahun lalu. Kini Beliau sudah pindah. Ada yang bilang, dia bekerja di kantor pusat yang membawahi yayasan kampusku.

"Hay Mawar! Senang sekali bertemu kamu disini." ujar Pak Brian sembari berjabat tangan denganku.

"Pak Brian kenapa bisa disini?" bingungku.

Pak Brian terkekeh sebentar. Apa ada yang lucu?

"Saya disini untuk menghadiri pertunangan saudara sepupu saya." pak Brian,

Aku menyeritkan alisku. Sepupu?

Aku hampir saja menjatuhkan gelasku saat merasakan seseorang merengkuh pinggangku. Aku segera menoleh, dan mendapati sosok Bisma yang melakukannya. Aku melemparkan tatapan protes padanya. Namun ia tak memperdulikannya.

"Kau sudah datang?" tanya Bisma sembari menatap Pak Brian.

Tunggu! Mereka saling kenal?

Pak Brian mengangguk.

"Aku tidak menyangka jika tunanganmu adalah mantan mahasiswaku." Pak Brian.

Bisma beralih menatapku.

"Perkenalkan, dia Brian, adik sepupuku. Dan... Brian, dia tunanganku, Mawar." ujar Bisma memperkenalkanku dengan Pak Brian.

Aku berdecak kesal. Bukankah tadi sudah Pak Brian katakan jika kami sudah saling mengenal?

"Pak Brian sudah mengatakannya, Bisma." kesalku.

"Eh tunggu! Jangan panggil aku 'Pak' lagi dong! Aku kan sudah bukan dosen kalian. Lagian, kamu tunangan Bisma, dan dia kakak sepupuku." Brian.

Aku mengangguk paham.

"Baiklah. Akan ku coba." balasku sembari tersenyum.

"Bukankah tadi ku bilang untuk segera kembali?" bisik Bisma.

"Aku bosan. Aku tidak mengerti dengan apa yang kamu dan rekan kerjamu katakan." jawabku apa adanya.

Bisma menghela napas panjang kemudian kembali menatapku.

"Kapan akan kau minum isi gelas itu?" tanya Bisma menatap gelas di tanganku yang masih terisi penuh.

Ah..benar saja. Sedari tadi aku belum jadi meminum minumanku.

*

Aku dan Bisma tengah berada di mobil Bisma. Ini adalah hari pertamaku menjadi tunangan seorang Bisma Renandi.

"Bis..." panggilku.

Bisma mengangkat tangannya pertanda ia sedang tak bisa berbicara denganku.

"Iya. Iya segera hubungi penanggung jawab cabang yang di Bengkulu."

"Laporan keuangan? Belum sampai mejaku. Segera antar sebelum aku sampai ruanganku!"

"Akan ku tanda tangani."

"Baik."

Bisma masih begitu sibuk dengan ponselnya. Sepertinya pekerjaannya di kantor menumpuk.

Tak lama kemudian Bisma memutuskan sambungan teleponnya.

"Ada apa?" tanyanya tanpa menolehku.

Aku menarik napas panjang.

"Jam terakhir kosong. Aku bisa pulang pukul 13.00. Kau mau menjemputku? Kita bisa mak..." tanyaku terpotong.

"Tidak bisa. Aku ada meeting." Bisma.

"Yah...bentar doang juga nggak bisa? Aku kan nggak bawa mobil." Rengekku.

"Anak buahku akan menjemputmu." Bisma.

Baru saja aku akan membuka mulutku, handphone Bisma kembali berdering. Bismapun segera mengangkatnya.

Aku menghela napas kesal. Hari pertama tunangan, tapi rasanya...... bad.

*

'Brakks'

Aku membanting keras pintu mobil Bisma. Hh! Sudah lama aku tak melakukannya. Aku berjalan ke arah kelasku tanpa menoleh sedikitpun ke arah Bisma. Rasanya aku kesal. Aku kesal karena dia mendiamkanku sejak di perjalanan tadi.

"Mawar!"teriakan itu berhasil menghentikan langkahku.

Aku tak menoleh sedikitpun. Aku yakin sang pemilik suara itu akan segera sampai di hadapanku. Fany.

"Mawar! Tadi itu Bisma kan? Kok dia nggak turun dari mobil sih? Oh iya... semalem dia keren banget. Cool banget. Auranya itu loh...."

Aku memutar bola mataku malas mendengar ocehan Fany. Apakah dia tidak mengerti jika aku tengah kesal dengan sosok yang ia bicarakan?

"Mawar, kok lo diem aja sih? Ih..mentang-mentang punya tunangan yang cool abis terus lo jadi sok cool gini." Fany.

"Apaan sih?" kesalku kemudian meninggalkan Fany.

"Eh tunggu dong.. gue kan masih mau tanya-tanya soal Bisma." ujar Fany sembari menyamakan langkahnya dengan langkahku.

Rasanya jarum jam berjalan melambat hari ini. Hari yang panjang.

Aku keluar dari gerbang kampusku dan melihat sebuah mobil Pajero hitam terparkir tepat di hadapanku. Sang supir keluar dari mobil dan menghampiriku.

"Maaf, Nona Mawar. Saya di perintahkan Tuan Muda Bisma untuk mengantarkan Anda pulang." ujar lelaki paruh baya itu.

Aku mengeja namanya. Yuda.

"Em..Bisma kok nggak bilang saya ya?" bingungku.

"Tadi pagi Tuan Muda sudah mengabari jika siang ini ada rapat penting. Dan Tuan Muda langsung mengirim pesan pada saya. Jika Nona tidak percaya....."

"Okey okey saya percaya." potongku ketika pak Yuda hendak memperlihatkan pesan dari Bisma di ponselnya.

"Mari, Nona." pak Yuda mempersilahkanku masuk di bangku belakang.

"Makasih pak." ujarku kemudian segera masuk dan duduk manis tepat di belakang bangku kemudi.

"Nona mau langsung pulang?" tanya pak Yuda.

"Iya," balasku.

Aku mengambil handphone ku dan mengetik sebuah pesan.

'Pak Yuda sudah menjemputku. Terima kasih. Oh ya, jangan lupakan makan siangmu! Dan...semoga meetingnya sukses.'

Aku mengirimkan pesan itu pada kontak bernama 'Bisma' di handphoneku

Sesekali aku melirik handphoneku, menanti balasan Bisma. Tapi hingga sampai rumahpun masih tak ada pesan masuk dari Bisma. Aku berdecih kesal. Pandai sekali dia menarik perhatianku agar aku menerima perjodohan ini. Dan setelah bertunangan, dia langsung berubah menjadi sosok aslinya.

Waktu menunjukkan pukul 16.40. Aku baru saja keluar dari kamar mandi dan segera menyambar handphoneku. Tertera notifikasi pesan baru disana.

From: Bisma

'Aku makan siang. Dan meeting berjalan lancar.'

Hanya itu???

Entah mengapa aku jadi kesal. Kenapa tiba-tiba dia dingin seperti ini? Dan... seharian ini dia tak ke rumahku. Hanya tadi pagi saat ia mengantarku ke sekolah dan itupun tidak sampai masuk pintu rumahku. Aneh sekali.

*

Hari berganti. Terdengar bel dari arah pintu utama saat keluargaku sarapan. Aku yakin, pasti Bisma.

"Maaf Nona, Tuan Bismanya sudah menunggu di depan. Katanya Tuan Bisma tidak masuk karena buru-buru." ujar Bibi.

Aku menghela napas panjang kemudian bangkit berdiri.

"Tunggu Mawar! Makananmu?" Kak Elang.

"Aku udah cukup kenyang kok, Kak." balasku kemudian bersalaman dengan keluargaku satu per satu.

Aku melangkahkan kakiku santai, dengan ekspresi se-santai mungkin ke arah pintu utama. Aku melihat Bisma, dan dia juga melihatku. Aku berjalan melewatinya tanpa mengubah kecepatan berjalanku.

"Ayo!" ujarku singkat saat melewatinya.

Bisma mengikutiku dari belakang tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Aku dan Bisma segera masuk ke dalam mobil dan mengenakam seatbelt.

"Aku ada rapat pagi ini. Jadi maaf kalau terlalu ngebut." Bisma.

Aku diam tak menyahuti. Detik berikutnya, Bisma menyalakan mesin mobilnya dan segera mengendarainya dengan kecepatan di atas kata 'sedang'.

"Pulang jam berapa?" tanya Bisma masih fokus pada  jalanan.

"Kayaknya jam 3." Balasku.

"Oh.. nanti aku jemput." Bisma. Aku kembali terdiam.

Ada yang beda. Nada bicaranya, tak seperti Bisma yang ku kenal sebelumnya. Ada kesan 'dingin' seperti saat pertama kali aku melihatnya. Ada apa dengannya?

"Ada apa?" tanya Bisma membuyarkan lamunanku.

"Hah? Apa?" bingungku.

"Lupakan!" Bisma.

Aku menghela napas panjang kemudiam mengalihkan pandanganku ke luar jendela.



❤❤❤



Bersambung ....

Silakan follow ig @riakandria06 untuk info ceritaku yang lain, yaaa...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Beloved Fiance   MBF-36 (ENDING)

    Satu jam berlalu. Bisma dan Mawar berjalan beriringan menuju meja makan. Bisma tersenyum melihat putri kecilnya sudah duduk di salah satu kursi sembari memakan martabak manis yang ia belikan. Namun ia bingung dengan ekspresi anak sulungnya yang tampak kesal.“Papa!!” girang Devania menyambut kedatangan Bisma.‘Ratapan seorang Ibu kandung yang di anak tirikan oleh anaknya.’ batin Mawar.

  • My Beloved Fiance   MBF-35

    AUTHOR POVWanita berusia 37 tahun itu kembali berdecak kesal ketika acara nonton TVnya terganggu. Dia adalah Mawar Renandi. Ia menatap kesal putrinya yang baru pulang sekolah dan langsung merecokinya menonton acara gosib siang ini.

  • My Beloved Fiance   MBF-34

    Bisma menuntunku untuk kembali berdiri. Sekarang, kami berhadapan dengan Kak Elang yang membawa kue ulang tahun yang di atasnya terdapat lilin berbentuk angka 21."Ayo, tiup lilinnya, sayang!" ujar Tante Kamila. Aku mengangguk kemudian meniup lilinnya. Detik berikutnya, aku menoleh ke arah Bisma yang masih mempertahankan senyumannya untukku."Tadinya aku minta mereka buat acara sendiri, biar nggak ganggu kita, tapi mereka menolak." terang Bisma.

  • My Beloved Fiance   MBF-33

    Mawar's POV***Aku memeluk leher Bisma dari belakang. Kepalaku ku sandarkan pada bahunya. Mataku terpejam, menikmati semilir angin yang mengenai wajahku. Pantai. Saat ini aku dan Bisma ada di pantai. Salah satu supir keluarga Bisma yang membawa kami kemari. Tak terasa, sudah

  • My Beloved Fiance   MBF-32

    BRIAN POV***Aku melirik arloji di tangan kiriku. Mungkin ini sudah yang ke sepuluh kalinya siang ini. Dua puluh menit aku menunggu, tapi Mawar tidak kunjung tampak. Berkali-kali aku menelfon gadis itu, namun tidak ada jawaban. Akhirnya, aku memutuskan untuk mencarinya ke dalam. A

  • My Beloved Fiance   MBF-31

    Mawar mendorong kursi roda Bisma hingga ke taman halaman belakang rumahnya. Sudah seminggu terakhir, Mawar selalu datang ke rumah orang tua Bisma untuk merawat pria itu. Bagaimana kondisi Bisma?Saat ini dia hanya bisa duduk di kursi roda. Tulang kaki kirinya bergeser dan perlu pemulihan selama satu bulan. Selain itu, dokter mem-vonis Bisma buta. Hal itulah yang membuat Mawar terus merasa bersalah."Bis, kamu mau makan sesuatu?" tawar Mawar. Bisma tersenyum kemudian menggenggam tangan

  • My Beloved Fiance   MBF-30

    AUTHOR POV***Bisma masih setia menanti di depan halaman rumah Mawar. Berkali-kali Elang mengusirnya, tapi ia tetap bersikeras untuk bertahan. Ia harus bisa menemui Mawar. Hingga pada sekitar pukul 19.00, terlihat sebuah mobil memasuki gerbang rumah Mawar. Dari kaca samping, Bisma dapat melihat sosok Mawar, gadis itu duduk di samping Brian.

  • My Beloved Fiance   MBF-29

    BISMA POV***Aku bertemu dengan teman lamaku, Arya dan kami memiliki proyek bersama. Aku mengajaknya berkeliling kantorku sebelummeetingdi mulai. Kami berjalan hingga melewati lobby. Namun, langkahku terhenti. Aku melihat gadis yang menghilang dari pandanganku lebih dari tiga bulan ter

  • My Beloved Fiance   MBF-28

    Semua telah di tetapkan. Satu bulan lagi, aku dan Kak Brian akan bertunangan. Dan pagi ini, aku dan Kak Brian akan memesan kebutuhan untuk pertunangan kami. Namun sebelum itu, kami akan ke kantor Kak Brian sebentar karena ada beberapa file yang harus Kak Brian tanda tangani. Aku menunggu Kak Brian di lobby. Aku duduk di sebuah sofa panjang yang terletak di ujung ruangan. Tanganku asyik menari di atas layarsmartphoneku. Hingga sebuah suara berhasil mengalihkan perhatianku. Memaksaku untuk segera menemukan sang pemilik suara itu."Bisma?" kagetku.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status