Semua Bab My Beloved Fiance: Bab 1 - Bab 10
36 Bab
MBF-1
Malas. Sangat malas. Itulah yang aku rasakan kini. Harus duduk manis di hadapan kedua orang tuaku, dan juga dua orang paruh baya yang ku ketahui bernama Tuan dan Nyonya Renandi. Tepatnya, Tuan Rio Renandi dan Nyonya Kamila Renandi. Keempatnya tampak asyik berbincang. Entah apa isi pembicaraan itu sebenarnya, aku tak mau mengerti. Yang ku lakukan hanya duduk diam sambil tersenyum dan sesekali mengangguk ketika Ayah mengajakku berbicara.Yups. Lupa aku katakan, bahwa keluarga Renandi, adalah salah satu keluarga paling kaya di negeri ini. Renandi grup, sebuah perusahaan properti yang sudah tak asi
Baca selengkapnya
MBF-2
Aku memelankan langkah kakiku. Mataku menyipit, melihat dengan seksama ke arah meja makan. Biasanya hanya ada ibu dan ayah yang menungguku. Tapi...siapa yang kini duduk tepat di hadapan ibuku itu?"Bis... ma?" kagetku."Oh... itu dia yang kita tunggu." ujar Ayah sembari menunjukku,"Buruan kesini sayang! Nak Bisma sud
Baca selengkapnya
MBF-3
Aku melirik ke arah Bisma. Kaget? Tentu saja. Sebelumnya aku belum pernah mendengar dia berucap sepanjang itu. Dan juga, untuk apa dia minta maaf? Seorang Bisma? CEO perusahaan properti itu minta maaf sama aku?Tunggu! Benar juga ucapannya. Aku nggak punya alasan buat kesel sama dia sampai kayak gini. Soal perjodohan itupun, aku yakin dia tak mengerti apapun.Aku rasa dia benar, dia berusaha baik padaku. Dia mau mengantar jemputku meski aku yakin pekerjaannya di kantor menumpuk. Dia ju
Baca selengkapnya
MBF-4
Aku menutup telingaku dengan bantal. Aku mengerang kesal mendengar nada dering hand phoneku yang terus berbunyi itu. Aku yakin mentaripun belum menampakkan dirinya. Tapi kenapa sudah ada yang mengusik hidupku sepagi ini.Aku tak tahan lagi. Aku meraih handphoneku kemudian mematikannya tanpa sedikitpun menoleh ke layar smartphoneku itu.
Baca selengkapnya
MBF-5
Malam yang dinantikan telah tiba. Malam pertunanganku dengan Bisma. Suasana pesta cukup ramai. Kedua orang tuaku tampak sibuk berbincang dengan rekan bisnis mereka. Sementara kakakku? Dia berkeliling kesana-kemari bak seorang EO yang bertanggung jawab atas terlaksananya acara malam ini."Mawar...."Aku merasakan tubuhku di peluk dari samping. Sebuah tangan mungil yang sangat aku kenali. Aku tersenyum kemudian memutar tubuhku menghadapnya.
Baca selengkapnya
MBF-6
Hujan turun cukup deras sore ini. Aku melihatnya dari jendela kelasku. Karena memang aku cukup senang duduk di dekat jendela."Yah hujannya makin gede aja." keluh Fany di sampingku."Terus kenapa? Lo juga di kelas nggak kehujanan." Balasku."Eh Mawar, lo nanti di jemput tunangan lo ya? Ih..gue iri." Fany.
Baca selengkapnya
MBF-7
Aku mendengus kesal saat makan siang bersama Fany. Kali ini bukan karena ocehan sahabatku itu, tapi deringan handphoneku yang terasa sangat mengganggu. Bisma. Namanya tertera jelas disana. Tapi...rasanya aku masih malas berdebat dengannya. Rasanya aku ingin lepas dari perjodohan ini. Sangat menyiksa."Mawar, angkat kali! Dia kan tunangan lo." Fany."Nggak usah bahas deh, Fan. Gue lagi males ngomongin dia." kesalku. Fany terdiam. Kemudian kembali m
Baca selengkapnya
MBF-8
Waaahhh...Aku berdecak kagum ketika pintu rumah Bisma terbuka. Rumah yang ku yakini harganya lebih dari 10M itu berisi perabot mewah dan guci-guci antik."Ayo masuk!" ajak Bisma membuyarkan lamunanku.Aku mengikuti langkah Bisma kemudian duduk di sebuah sofa ruang tamu. Seorang pelayan datang meletakkan sebuah minuman di hadapanku.
Baca selengkapnya
MBF-9
Kini aku sudah berada di rumah Bisma. Tepatnya, duduk sembari mengerjakan laporanku di meja makan rumah Bisma. Sementara Bisma, kini ia tengah asyik berbincang di ruang tamu bersama clientnya. Sejak hampir satu jam yang lalu mereka bicara di sana. Tak lama kemudian, ku dapati sosok Bisma sudah duduk tepat di samping kananku."Sampai mana?" tanya Bisma ketika aku asyik membaca jurnal di tanganku."Lagi mikir soal tabel ini, nuanginnya ke laporan gimana ya?" tanyaku sembari memperlihatkan bagian yang tak ku mengerti
Baca selengkapnya
MBF-10
Sebelum acara resepsi, Bisma mengajakku makan malam di restoran hotel. Letaknya berada satu lantai dengan kamar kami, namun seakan berbeda bangunan karena desain bangunannya yang begitu unik. Restoran ini menjorok ke arah pantai, hingga kami dapat menyaksikan pemandangan pantai di malam hari, dengan beberapa lampu hias yang didesain khusus. Makanan pesanan kami baru saja tiba dan aku segera menyantapnya dengan lahap."Pelan-pelan aja makannya! Kalo kurang masih bisa nambah." Bisma sembari terkekeh kecil.Aku mengangguk memakan makananku de
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status