Mawar Kusuma. Gadis 19 tahun yang dijodohkan dengan CEO muda ternama di Benua Asia. Dialah Bisma. CEO arogan yang merubah hidup Mawar dalam sekejap. Mengenalkan Mawar pada kehidupan baru dan mengenal cinta. Apakah kisah mereka akan berakhir bahagia? Dan apakah Bisma yang Mawar sebut sebagai "My Beloved Fiance"?
Lihat lebih banyakMalas. Sangat malas. Itulah yang aku rasakan kini. Harus duduk manis di hadapan kedua orang tuaku, dan juga dua orang paruh baya yang ku ketahui bernama Tuan dan Nyonya Renandi. Tepatnya, Tuan Rio Renandi dan Nyonya Kamila Renandi. Keempatnya tampak asyik berbincang. Entah apa isi pembicaraan itu sebenarnya, aku tak mau mengerti. Yang ku lakukan hanya duduk diam sambil tersenyum dan sesekali mengangguk ketika Ayah mengajakku berbicara.
Yups. Lupa aku katakan, bahwa keluarga Renandi, adalah salah satu keluarga paling kaya di negeri ini. Renandi grup, sebuah perusahaan properti yang sudah tak asing lagi di telinga para milioner Asia. Sampai saat ini omzet perusahaannya mencapai lebih dari lima triliun per tahunnya. Dan perusahaan itu memperkerjakan lebih dari tiga ribu pegawai. Bahkan dari berita yang ku dengar, Renandi grub juga tengah dalam proses pembukaan cabang baru di Sidney, Australia.
Aku perasakan handphoneku bergetar. Jari-jariku segera menari di atas layar untuk membuka lock screen handphoneku. Baru saja aku mau membukanya, yang bisa ku tebak jika isinya adalah pesan dari Fany, sahabatku sejak SMP, hingga sebuah suara mengagetkanku, memaksaku untuk menoleh ke arah sumber suara tersebut.
Tunggu! Pria itu.... sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi, dimana? Dan sepertinya diapun sepemikiran denganku. Terbaca dari reaksinya yang segera menyeritkan alisnya menatapku. Dan entah mengapa, kesan pertama yang ku dapat darinya adalah 'menyebalkan'. Padahal, di sekeliling kami para perempuan menatapnya dengan tatapan seolah mereka akan melakukan apa saja demi mendapatkan pria itu. Apa dia se-mengagumkan itu?
"Ini Bisma. Bisma Renandi, anak tunggal saya dan Kamila. Bisma, beri salam kepada Tante dan Om Kusuma yang sudah menyempatkan hadir malam ini!" ujar Om Rio.
"Selamat malam Om, Tante," sapa pria itu.
Bisma? Sepertinya tak asing bagiku. Aku berpikir sejenak. Dan...yups. Aku pernah membacanya di buku pewayangan Jawa. Mengingat hal itu membuatku harus berusaha keras menahan tawaku.
Ku lihat dia semakin menyerit menatapku. Mungkin akibat usahaku meredakan tawa. Kini dia telah duduk, tepat di hadapanku.
"Oh...ya, Bisma, perkenalkan, ini anak Om, Mawar namanya." ujar Ayah memperkenalkanku.
Aku tersenyum. Yah...walau hanya senyum palsu. Dan ku harap orang tuaku tak mengetahuinya.
"Mawar, sapa Bisma! Dia calon tunanganmu." sambung Ibuku.
What??? Coba ulangi satu kali lagi. 'Calon tunangan'? Sejak kapan?
"Mak...maksud Tante apa ya?" tanya Bisma yang nampak sama terkejutnya denganku.
Sungguh, baru saja aku akan melontarkan pertanyaan yang sama.
Kedua orang tuaku dan Bisma tersenyum. Membuatku semakin kesal. But, aku harus menutupinya. Jika tidak pastilah Ayah akan menyantapku di rumah.
"Jadi begini, keluarga Renandi dan keluarga Kusuma sebenarnya sudah bersahabat dekat sejak beberapa generasi. Kakek kalian pernah merencanakan tentang perjodohan anak mereka kelak. Namun ternyata anak mereka semua laki-laki. Om Yusuf anak tunggal, sementara papa dan Om Rahman laki-laki. Jadi perjodohan ini baru bisa terlaksana sekarang. Yaitu antara kamu dan Mawar." terang Om Rio.
Aku menatap malas ke arah pria bernama Bisma itu. Pakaiannya tapi. Terlalu rapi menurutku. Ku perkirakan usianya sekitar 25 hingga 30 tahun. Hh? Terlalu tua untukku. Usiaku baru 19 tahun. Tidak! Aku tidak mau dijodohkan dengannya.
Aku menatap Ayahku kesal. Aku melontarkan tatapan protes pada Beliau. Namun, dengan segera tatapanku melemah saat Ayah memelototiku sesaat, dan kemudian kembali tertawa kecil menyahuti candaan Om Rio.
Tidak Ayah...anakmu ini tidak mau dijodohkan dengan dia. Ingin rasanya aku menggebrak meja dan berteriak memprotes keputusan itu. Ini tentang hidupku. Kelak aku dan Bisma yang menjalaninya. Kenapa mereka berbuat sesuka hatinya tanpa meminta pendapatku????
Wait!!!
Kenapa pria di hadapanku ini hanya diam? Apa dia menerima perjodohan ini? Harusnya dia protes pada empat manusia paruh baya di depan kami. Bodoh. Dasar pria bodoh. Aku semakin kesal saat melihatnya masih duduk santai seakan tak mendengar pembicaraan apapun yang menyangkut dirinya. Melihatnya sesantai itu, bolehkah aku mencekiknya?
Tik..
Tak..
Tik..
Tak..
Tik..
Tak..
Aku masih terjaga. Suara detak detik jam di dinding kamarku menemaniku. Ternyata suaranya cukup keras ketika tak ada suara lain yang menandinginya. Pukul 1.00 dini hari. Dan otakku masih berkutat dengan hal yang sebenarnya tak harus aku pikirkan saat ini. Pertunangan.
Ah....aku merasa bodoh. Harusnya aku menolaknya dengan lantang tadi. Terutama saat mereka menentukan tanggal pertunanganku dengan Bisma. Satu bulan lagi? Ku pikir aku masih terlalu muda untuk itu. Dan pria itu...benar-benar membuatku naik darah. Dia hanya duduk diam, menuruti ide gila orang tua kami.
***
"Astaga!!!" terdengar suara pekikan seorang wanita.
Yah..pasti itu ibu. Untuk apa ibu datang dini hari begini ke kamarku? Bahkan akupun masih meringkuk nyaman di tempat tidurku.
"Mawar!! Ini sudah hampir setengah tujuh. Kenapa kamu belum siap-siap? Bukankah hari ini kamu ada kelas pagi?"
Ah Ibu. Menggangguku saja. Aku baru saja terjun ke dunia mimpiku. Kenapa Ibu datang dan mengatakan....tunggu! Setengah tujuh??
Aku melirik malas ke arah jam dinding kamarku. Astaga! Aku segera terpenjat saat menyadarinya.
"Sampai kapan kamu mau malas-malasan terus begini, Mawar? Kamu sudah setahun kuliah, tapi masih saja kesiangan." omel Ibuku.
"Aduh Ibu...kenapa tidak membangunkanku dari tadi?" balasku segera bangkit dari tempat tidur.
"Awww..." aku meringis saat kakiku menyandung selimut. Membuatku kembali berbaring di lantai.
"Cepatlah mandi! Kenapa malah tidur disitu?" kesal Ibu
Bolehkah aku kesal padanya? Kenapa Ibu tidak paham jika aku terjatuh, dan ini bukan kemauanku. Aku mendesah malas mendengar omelan Ibu. Aku berjalan, lebih tepatnya berlari kecil ke arah kamar mandi.
***
Hay, ini cerita pertamaku di dreame. Aku akan membawa kalian masuk ke dalam kisah rumit Bisma dan Mawar melalui cerita ini.
Satu jam berlalu. Bisma dan Mawar berjalan beriringan menuju meja makan. Bisma tersenyum melihat putri kecilnya sudah duduk di salah satu kursi sembari memakan martabak manis yang ia belikan. Namun ia bingung dengan ekspresi anak sulungnya yang tampak kesal.“Papa!!” girang Devania menyambut kedatangan Bisma.‘Ratapan seorang Ibu kandung yang di anak tirikan oleh anaknya.’ batin Mawar.
AUTHOR POVWanita berusia 37 tahun itu kembali berdecak kesal ketika acara nonton TVnya terganggu. Dia adalah Mawar Renandi. Ia menatap kesal putrinya yang baru pulang sekolah dan langsung merecokinya menonton acara gosib siang ini.
Bisma menuntunku untuk kembali berdiri. Sekarang, kami berhadapan dengan Kak Elang yang membawa kue ulang tahun yang di atasnya terdapat lilin berbentuk angka 21."Ayo, tiup lilinnya, sayang!" ujar Tante Kamila. Aku mengangguk kemudian meniup lilinnya. Detik berikutnya, aku menoleh ke arah Bisma yang masih mempertahankan senyumannya untukku."Tadinya aku minta mereka buat acara sendiri, biar nggak ganggu kita, tapi mereka menolak." terang Bisma.
Mawar's POV***Aku memeluk leher Bisma dari belakang. Kepalaku ku sandarkan pada bahunya. Mataku terpejam, menikmati semilir angin yang mengenai wajahku. Pantai. Saat ini aku dan Bisma ada di pantai. Salah satu supir keluarga Bisma yang membawa kami kemari. Tak terasa, sudah
BRIAN POV***Aku melirik arloji di tangan kiriku. Mungkin ini sudah yang ke sepuluh kalinya siang ini. Dua puluh menit aku menunggu, tapi Mawar tidak kunjung tampak. Berkali-kali aku menelfon gadis itu, namun tidak ada jawaban. Akhirnya, aku memutuskan untuk mencarinya ke dalam. A
Mawar mendorong kursi roda Bisma hingga ke taman halaman belakang rumahnya. Sudah seminggu terakhir, Mawar selalu datang ke rumah orang tua Bisma untuk merawat pria itu. Bagaimana kondisi Bisma?Saat ini dia hanya bisa duduk di kursi roda. Tulang kaki kirinya bergeser dan perlu pemulihan selama satu bulan. Selain itu, dokter mem-vonis Bisma buta. Hal itulah yang membuat Mawar terus merasa bersalah."Bis, kamu mau makan sesuatu?" tawar Mawar. Bisma tersenyum kemudian menggenggam tangan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen