Erika yang kini sudah berada di dalam taksi tersenyum kecut mendapati kehadiran Monika di kantor Adinata group. Kini ia merasa semua omongan Jimmy tadi adalah omong kosong belaka. Tidak seharusnya ia terbawa perasaan dan menganggap jika Jimmy telah berubah.
"Kamu jangan bodoh, Erika. Sadarlah bagaimana posisimu saat ini." gumam Erika menasehati dirinya sendiri.
Erika tersenyum menertawakan kebodohannya sendiri. Dia membayangkan saat dulu dirinya ingin meyakinkan hatinya sendiri, apakah pilihannya tepat dengan menerima lamaran Angela yang tiba-tiba? Walau memang ia akui bahwa ia menyukai Jimmy semenjak di bangku kuliah dulu. Tetapi Erika tidak tahu bagaimana dengan perasaan Jimmy saat menerima perjodohan yang sudah di atur oleh Angela.
Apa menikah dengan Jimmy adalah pilihan yang benar? Jika bukan karena permintaan Angela waktu itu, mungkin Erika akan menolaknya. Namun jika teringat akan jasa kebaikan Angela pada keluarganya, membuat Erika tidak tega melakukan
Menghadapi sikap Jimmy yang berubah drastis kepadanya, membuat Erika menjadi serba salah harus bagaimana menghadapi Jimmy. Di tambah lagi hampir setiap hari Jimmy selalu pulang ke apartemen, sehingga Erika seakan tidak dapat bergerak bebas. Ia selalu merasa di awasi oleh Jimmy.Saat di kantor juga, walaupun tidak ada hal yang penting yang harus Erika lakukan. Jimmy selalu mempunyai alasan untuk memanggil Erika ke ruangannya hanya untuk sekedar menemani lelaki itu makan siang.Tentu saja, karena hal itu Erika merasa takut jika perasaan yang ingin ia kubur dalam-dalam akan timbul lagi. Rasa cintanya untuk Jimmy yang memang pernah tumbuh di dalam hatinya, membuat Erika tidak berdaya menguasai diri dan perasaannya. Namun Erika tidak mau lagi terjebak dalam bayang-bayang Jimmy yang selalu menguasai pikirannya.Perceraian yang bagaikan bom waktu itu, selalu membuat Erika tidak tenang dekat-dekat dengan Jimmy. Yang menjadi pertanyaan Erika saat ini adalah,
Suara ponsel yang berbunyi membuat Jimmy sedikit terkejut dari lamunannya, "Mama?" ucapnya pelan melihat nama orang yang sedang menelponnya kali ini di layar ponselnya.Karena pekerjaan Angela sebagai designer, mengharuskan dirinya menghabiskan waktu bolak-balik dari luar negeri ke Indonesia. Sehingga membuat Jimmy jarang bertemu langsung dengan mamanya tersebut."Hallo, Ma.""Jelaskan pada Mama, apa maksud dari semua berita itu, Jimmy?" todong Angela tanpa basa-basi pada Jimmy dengan nada emosi.Seakan mengerti akan maksud dari pertanyaan Mamanya, Jimmy menghela napas. "Aku akan segera mengatasinya, Ma. Jangan percaya dengan semua berita itu. Gosip itu tidak benar, aku tidak ada hubungan apa-apa dengan dia." jawab Jimmy."Ingat Jimmy, kamu sendiri yang melakukan berbagai cara supaya bisa menikah dengan Erika. Kalau sampai kamu berani membuat dia sedih, Mama tidak akan memaafkan kamu.""Iya, Ma." jawabnya. "Oh ya ... Kapan Mama a
Setelah menjawab seperti itu, Jimmy menutup panggilan dari Angela. Kemudian ia meletakkan ponsel Erika di atas meja. "Kamu darimana saja?" tanya Jimmy dengan tatapan mata penuh selidik pada Erika."Ma-makan siang di cafe Indri, Pak. Apa bapak memerlukan sesuatu?" tanya Erika dengan wajahnya tertunduk ke bawah tidak berani melihat ke arah Jimmy yang sepertinya sedang marah besar saat ini.Jimmy menghela napasnya, memejamkan matanya sebentar lalu kembali melihat ke arah Erika. "Sebenarnya ada apa? Kamu tidak perlu takut untuk bicara padaku." ucap Jimmy dengan nada lembut.Erika hanya diam tidak menjawab pertanyaan Jimmy. Bukankah yang harusnya bertanya seperti itu dirinya? Kenapa sekarang justru Jimmy yang memberikan pertanyaan itu padanya?Sudah lama Erika juga ingin tahu, kenapa sikap Jimmy berubah setelah pulang dari Bali? Kalau pun Jimmy belum bisa menerima kehadirannya sebagai istri, mungkin Erika
Zaki atau Zack selalu datang berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk Bu Fatma, atau pun untuk menemani Erika. Karena kesibukan Jimmy yang sangat luar biasa, membuatnya jarang berkunjung ke rumah sakit. Hanya Zaki dan Indri yang rutin menemani Erika. Bahkan sebagai sahabat yang baik untuk Erika. Tidak jarang Indri sengaja tidur di rumah sakit demi menemani Erika. Selain dia memang bertugas di rumah sakit itu, ia juga tidak akan membiarkan Erika terlalu kecapekan. Mengingat jika Erika sedang hamil. Indri terlihat geram dengan suami Erika, bahkan selama ia menemani Erika di rumah sakit, Indri belum pernah bertemu dengannya, bagaimana wajah suami dari sahabatnya itu pun, ia juga tidak tahu. "Sepertinya suami kamu itu memang berhati batu, Er." ujar Indri. "Dia orang sibuk, In. Jadi wajar juga kan tidak bisa datang kemari?" Erika berusaha menenangkan Indri. "Ya, ya, selalu saja alasan yang sama. Sibuk." ucap Indri. Erika menghela napasnya. "
Tentu saja kehadiran para wartawan tersebut sangat menganggu bagi Jimmy, apalagi dia baru saja datang dari dinasnya di luar negeri. Membuat mood-nya menjadi tidak bagus saat ini. Belum lagi perasaan Jimmy yang mulai tidak tenang karena Erika tidak juga menjawab teleponnya. Sehingga bisa dikatakan jika Jimmy saat ini dalam keadaan tidak ingin di ganggu. "Saya akan memastikannya terlebih dahulu, Pak Jimmy." jawab Evan yang turun dari mobil tersebut dan hanya di angguki oleh Jimmy sebagai jawaban. Wartawan yang melihat itu langsung menyerbu kearah Evan. "Asisten Evan, apa benar jika tuan Jimmy Andrean Adinata memiliki hubungan khusus dengan nona Monika? Tolong klarifikasinya asisten Evan." tanya wartawan. "Dari kabar yang kami dengar, sebentar lagi mereka akan menikah. Apa itu benar?" "Pihak dari nona Monika sudah mengklarifikasi soal ini dan seolah membenarkan berita tersebut. Lantas bagaimana tanggapan dari tuan Jimmy sendiri, a
Jimmy yang kini telah sampai di rumah sakit, harus menelan kekecewaan karena tidak menemukan keberadaan Erika. Bahkan dokter yang menangani penyakit Bu Fatma mengatakan jika Bu Fatma telah meninggal dunia hampir sebulan lalu. Lantas dimana Erika saat ini? Kenapa ia tidak memberikan kabar duka ini padanya? Bahkan saat dihubungi tidak ada jawaban sama sekali, walaupun ponselnya aktif."Kamu dimana, sayang? Aku mohon jangan seperti ini."Beberapa kali Jimmy terlihat mengusap wajahnya kasar. Tersirat jelas bahwa ia sangat frustasi saat ini. Bagaimana tidak? Dalam keadaan berduka sekalipun, Erika tidak mau berbagi dengannya. Apakah itu pertanda jika Erika tidak mau berhubungan lagi dengan dirinya?Kenyataan lain yang seperti tamparan keras bagi Jimmy adalah soal surat gugatan cerai yang telah di tandatangani oleh Erika. Walau Jimmy pernah berencana untuk menceraikan Erika, tapi itu dulu. Jauh sebelum semua fakta terungkap.Sekarang Jimmy telah beru
Setelah beberapa saat Erika vakum dari mengetik novel, ini adalah hari pertama Erika kembali menyentuh laptop miliknya. Erika berniat untuk kembali mengetik bab lanjutan novel itu."Semangat, Erika! Semangat! Ingat kamu harus kuat demi calon bayimu kelak." Erika menyemangati dirinya sendiri. Ia lalu menghapus air matanya dan kembali fokus dengan layar laptop yang masih berada di pangkuannya.Mengingat sudah lebih dari sebulan Erika tidak update bab terbaru (terhitung sejak Bu Fatma dirawat di rumah sakit hingga meninggal), Erika harus membaca ulang beberapa bab terakhir sebelum mengetik bab lanjutan. Supaya ia tidak lupa akan alur cerita yang di buatnya.Walau Erika sedang hamil, tapi tidak menyurutkan niatnya kembali bangkit dari keterpurukan yang ia alami. Justru janin yang berada di dalam perutnya, menjadi penyemangat bagi Erika menjalani semua cobaan.Sebuah ketukan pintu mengalihkan perhatian Erika, ia pun segera berdiri dari sofa untuk m
Zack yang sangat berharap supaya Erika dapat melakukan kerjasama dengan pihak J entertainment dengan baik. Kini justru ia harus menelan kekecewaannya, karena di hari yang harusnya Erika bisa menandatangani kontrak kerjasama dengan J entertainment, justru Erika dalam keadaan kurang sehat. Dan Zack sangat memaklumi hal itu. Zack tahu kalau Erika masih dalam keadaan ngidam. Sehingga ia masih sering mual bahkan sampai muntah."Maafkan aku, Zack. Aku telah mengecewakanmu." ucap Erika lemah saat dirinya baru saja memuntahkan semua isi perutnya. Erika mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruang tamu, wajahnya masih terlihat pucat."Jangan banyak berpikir, Er. Sekarang ini yang penting adalah kondisi kesehatan kamu. Anggap saja kesempatan kamu belum datang di saat seperti ini, Er. Tapi aku yakin jika suatu saat nanti kamu pasti bisa lebih sukses." ucap Zack memberikan semangat pada Erika."Minumlah ini, supaya sedikit mengurangi rasa mual yang kamu rasakan