Share

Bab 7 : Apa Kamu Mengingatku?

Sara syok, ia benar-benar terkejut saat putri kesayangannya bercerita bahwa sudah mengundurkan diri dari rumah sakit tempatnya bekerja. 

"Kim, kenapa? Lalu kamu mau ngapain? nganggur?" Sara begitu kecewa. 

Kimi memilih diam dan tidak memberitahu alasan sebenarnya ke sang mami. Sejujurnya Kimi bingung dan juga merasa bersalah. 

Pertama, gadis itu bingung karena harus merogoh tabungannya beberapa bulan ke depan untuk membayar cicilan apartemen. Kimi sadar ini tidak mungkin dilakukannya setiap bulan, jadi dia harus segera mencari pekerjaan demi cicilan. 

Kedua, Kimi merasa bersalah ke orangtuanya, terutama ke sang mami-Sara, tapi sebagai orang yang berkecimpung di dunia medis, Ia sadar harus menjaga kewarasannya. Menurut Kimi, dirinya sudah berada diambang batas kemampuannya untuk menjaga kesehatan mentalnya jika terus bertahan di sana. 

"Nanti Kimi cari kerjaan deh Mi, untuk sementara aku mau nganggur dulu," Jawab Kimi, ia menggigit bibir bawahnya takut jika  kena sembur Sara. 

Faraj yang berada tak jauh dari istri dan putri tirinya itu pun menengahi ketegangan yang ada, dengan bijak pria itu berkata bahwa Kimi sudah dewasa. Dia juga pasti tahu dan sadar apa efek yang akan timbul dari keputusannya ini. 

"Tapi Pi, kalau dia nganggur dia pasti ngedekem doank di apartemennya, umurnya udah dua puluh enam tahun Pi, bahkan Mina udah punya dua anak, dia pacar aja ga punya." Sara sebenarnya cemas jika putrinya akan menjadi jomlo abadi. 

"Ya sudah biarin Kimi ikut kerja Papi di toko bangunan." Faraj masih dengan sabar mencoba membuat Sara tenang. 

"Apa? nggak boleh, nanti Kimi digodain sama karyawan papi dan sales-sales semen."

Kimi hanya bisa meyandarkan punggungnya di sofa sambil mengembuskan napasnya panjang. Ia sadar keputusannya membuat sang mami  sangat kecewa. 

"Sudah-sudah! Papi sama Mami jangan berdebat lagi, aku janji, kurang dari satu bulan aku pasti akan mendapatkan pekerjaan lagi."

Kimi menyambar tasnya kemudian menyodorkan tangannya ke Faraj dan Sara bergantian untuk berpamitan. 

"Mau ke mana?" Sara malah khawatir dan tidak mau melepaskan genggaman tangannya ke Kimi. 

"Cari suami!" Sindir Kimi sambil berlalu pergi. 

_

_

_

Kimi memilih menghabiskan waktunya di apartemen, sudah tiga hari gadis itu tidak datang ke rumah sang mami. Untuk mengisi waktu luangnya Kimi memilih membaca kembali buku-bukunya di ruang tengah. Ia sesekali melirik ponsel miliknya yang berada di atas meja. Kimi merindukan Biru dan Segara, tapi duo keponakan kembarnya itu sedang diajak jalan-jalan ke luar negeri oleh oma opanya-mertua Mina. 

Menjadi pengangguran memang tidak enak, Kimi mulai bosan dan jenuh, hingga ponselnya bergetar, Ia mendapati nama sang Mami di sana. Meski ragu, Kimi tidak bisa mengabaikan begitu saja panggilan wanita yang sudah melahirkannya itu. 

Kimi menggeser tanda biru pada layar, dan suara Sara terdengar begitu bersemangat. Wanita itu berbicara tanpa jeda, dan membuat Kimi tertawa. 

“Kim, apa kamu sudah mendapat pekerjaan? Pasti belum kan? kamu tahu T Factory kan? pabrik makanan itu sedang mencari dokter di klinik pabriknya, gajinya lumayan besar. Coba kamu buka pesan mami. Mami sudah mengirimkan informasinya ke sana tapi belum kamu buka.”

Setelah Sara mematikan panggilannya, Kimi mulai mengecek pesan yang dikirimkan oleh maminya itu. Sedikit ragu, tapi akhirnya gadis itu mulai membaca setiap informasi lowongan pekerjaan itu secara seksama.

“Sepertinya aku harus mencobanya, setidaknya suasana dan lingkungan baru,” gumam Kimi yang langsung berjalan menuju kamar dan mengambil laptopnya. Ia mulai menuliskan surat lamaran juga berkas-berkas sebagai lampirannya.

Entah kenapa Kimi merasa kurang percaya diri, meskipun ini bukan kali pertama dirinya melamar kerja. Ia merapalkan doa sebelum menekan tombol enter untuk mengirim surat lamaran itu.

“Selesai,” ucapnya lega.

-

-

-

Pagi itu wajah Kimi berseri-seri, ia membuka lemari bajunya sambil bersenandung riang. Ia memilih pakaian yang cocok untuk dikenakannya pergi test tertulis dan wawancara ke T factory. Ya, Kimi lolos seleksi adminsitrasi, dan berharap bisa mendapatkan pekerjaan itu untuk bisa mengamankan tabungannya agar tidak terpakai untuk membayar cicilan apartemen.

Kini Kimi sedang duduk di depan ruangan untuk menunggu giliran diwawancara, Kimi tidak menyangka dia akan lolos tes tertulis. Matanya melirik ke arah orang-orang yang dia tahu juga pasti sangat menginginkan pekerjaan itu. Namun, Kimi percaya diri. Pengalamannya bekerja di rumah sakit pasti akan menjadi nilai lebih.

“Kimi Zia Azzahra.”

Kimi mengangkat tangan kanannya kemudian membungkuk, Ia berdiri dan mengekor perempuan yang memanggil namanya tadi.

“Silahkan masuk!”

Kimi tersenyum, Ia duduk di depan empat orang yang pasti akan melemparkan beberapa pertanyaan kepadanya. Gadis itu sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa dia akan menjawab pertanyaan pewawancara mengikuti kata hati dan pikirannya, dan benar saja semua pertanyaan bisa Kimi jawab dengan begitu mudahnya. Ke empat orang yang mewawancarai dirinya sampai dibuat mengangguk-angguk dan tersenyum.

“Pekerjaan baru sudah di depan mata,” gumam Kimi di dalam hatinya.

Namun, sepertinya Kimi salah. Sebuah pertanyaan dilemparkan kepadanya kembali, dan pertanyaan itu membuatnya terdiam membeku. 

“Kenapa anda keluar dari rumah sakit tempat anda bekerja?”

Padahal Kimi bisa berbohong dengan berkata habis kontrak atau apa pun itu, tapi dia malah terdiam dan membuat ke empat orang yang mewawancarainya terlibat adegan saling pandang.

-

-

-

Dengan langkah gontai Kimi berjalan keluar ruangan, ia mengguyar rambutnya kasar. Sepertinya pekerjaan ini tidak akan dia dapatkan. Kimi memilih untuk pergi dari sana karena saat di dalam tadi salah satu dari pewawancara berkata dia akan dihubungi jika memang mendapat pekerjaan itu.

Kimi terdiam dan menunduk di depan lift, saat pintu lift itu terbuka alih-alih menekan lantai dasar di mana mobilnya berada, Kimi malah menekan lantai tertinggi gedung itu, dan saat lift terbuka ia pun keluar dari sana. Kimi menengok ke kiri dan ke kanan, melihat sebuah anak tangga Kimi pun mendekat dan menaikinya, ia yakin tangga itu menuju rooftop gedung.

Kimi mengembuskan napasnya, ia berjalan terseok-seok sambil melepas blazernya. Terpaan angin yang kencang ia biarkan menerpa tubuhnya, hingga dia berhenti tepat di pembatas rooftop. Kimi terdiam cukup lama, ia menyesali jawabannya sendiri untuk menjawab pertanyaan saat wawancaranya tadi.

“Kenapa anda keluar dari rumah sakit tempat anda bekerja?”

 

“Maaf, saya tidak bisa menjelaskan alasan saya yang sebenarnya.”

“Kenapa aku tidak berbohong saja?” Kimi menjatuhkan pundaknya, ia yakin pasti tidak akan mendapatkan pekerjaan itu.

Kimi pun berbalik, tapi dia kaget setengah mati mendapati seorang pria berwajah Bule sudah berdiri tepat di hadapannya. Dengan sepatu hak tinggi, ia yang kaget pun sampai oleng dan jatuh terjengkang. Ia terdiam karena sangat malu, hingga pria berwajah tampan di hadapannya tadi mengulurkan tangannya. Kimi malah semakin heran karena pria itu bisa berbahasa Indonesia dengan lancar.

“Apa kamu tidak butuh bantuan?” Pria itu menarik tangannya tapi secepat kilat Kimi meraihnya.

“Butuh,” jawabnya. 

Kimi hampir berdiri, tapi pijakan sepatunya meleset dan dia hampir terjatuh lagi, akhirnya dia harus memegang erat kedua lengan pria yang membantunya itu. Dia merasa sangat canggung dan mengucapkan terima kasih berulang kali, hingga pandangan matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata pria itu, Kimi melotot bahkan menutup mulutnya. 

“Apa kamu mengingatku?” tanya Pria itu dengan seringai nakal di bibirnya, siapa lagi kalau bukan putra bungsu Nova-Richard Tyaga.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Fhika Furqan
calon jodoh...
goodnovel comment avatar
Ockta Wulandari
caranya mendapat koin atau bonus bagaimana
goodnovel comment avatar
Nellaevi
ciyeeee uncle richies
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status