“Ada apa?”"Pa-pak Ri-Ri-Richard."Jim tergagap-gagap melihat adik atasannya bersikap biasa saja saat Kimi sampai ke ruangannya. Gadis itu pun bingung, menatap secara bergantian Richie dan Jim yang terlihat megap-megap. “Bukankah anda tadi berkata akan berpura-pura sesak napas dan meminta saya memanggilkan dokter dari klinik?” Jim menyatukan giginya, alis matanya bergerak-gerak mencoba berkomunikasi dengan Richie yang benar-benar membuatnya malu.“Maaf jim, tapi aku merasa seperti orang bodoh saat memandangi wajahku sendiri yang berpura-pura sesak napas tadi, mukaku seperti ikan terkena kail. Tidak mungkin aku membiarkan dia melihat wajah jelekku.”“Jadi, apa anda sudah baik-baik saja?” tanya Kimi dengan wajah kebingungan.“Ya-ya aku baik-baik saja!” jawab Richie yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalahnya ke Jim.Kini tatapan Kimi beralih ke pria bernama lengkap Jimmy Lin itu. Sorot matanya jelas menuntut sebuah jawaban. Jim benar-benar tak berkutik, hingga Richie mengalihka
“Mi!”“Apa? udah nggak usah!”Kimi yang malam itu kembali menginap di rumah maminya terheran dengan ke-gede rasaan Sara kepadanya. “Mami tahu kamu mau kasih gaji pertama kamu di T Factory buat Mami kan? udah ga usah,” ucap Sara dengan santainya. Wanita itu memeluk bantal sofa dan asyik menonton acara gosip sore di televisi. Bukan tanpa alasan Sara mengatakan hal itu, Kimi terkadang memang suka berjanji akan melaksanakan sesuatu jika tujuan yang diinginkannya tercapai, semacam nazar. “Mami GR, bukan itu!” Kimi mencebik, ia lantas bangkit dan pergi meninggalkan Sara sebentar menuju dapur.“Apa? kamu mau martabak manis?” teriak Sara setengah peduli ke putrinya itu. "Pesen aja via go back."Sara masih menatap layar televisi saat Kimi kembali dengan membawa dua cangkir teh di tangannya. Menyuguhkan teh itu ke maminya, Kimi pun bertanya,” Mi, kalau ada pria yang tanya apa kamu sudah punya pacar, Mami tahu nggak itu artinya apa?”“Suka sama kamu lah apa lagi? jangan sok polos deh Kimoci,”
“Onikim, kasih obat Eyang biar cepat sembuh!” Segara menarik-narik tangan Kimi, yang baru saja akan melepas sepatunya. Karena sang mami sakit, Kimi memutuskan untuk menginap lagi di rumah orangtuanya hari itu. Apa lagi ada dua keponakannya yang lucu di sana. Belum juga menghalau Segara, kini giliran Biru yang menarik tangannya, alhasil empat kotak makan kosong yang dia bawa jatuh ke lantai.“Biru! Segara! Kasihan onty Kiminya baru pulang.” Mina mendekat lalu membungkuk memungut kotak-kotak itu. “Banyak banget kotak makanmu, emang Mami masak apa tadi?” Mina berjalan masuk dan meletakkan kotak itu di meja makan di mana Sara dan Faraj sedang duduk mengobrol di sana.“Itu bukan koperwere Mami.” Sara menatap wadah makan yang diletakkan Mina, menyebutkan merek sebuah produk wadah makanan dan minuman yang dulunya sangat digilai Sara sampai mengoleksinya beberapa.“Hem … tadi pagi Pak Richard memberikan makanan untukku. Aku memberikannya bekal nasi uduk dari Mami dan dia menggantinya denga
“Dia sudah berada di surga.” Jawaban Kimi terus terngiang di kepala Richie. Antara senang dan sedih mendengar jawaban gadis itu atas pertanyaannya tadi. Jadi, apa mungkin sainganku adalah pria yang sudah mati? Richie membenturkan punggungnya ke sandaran jok mobil. Ia merasa mengejar Kimi jauh lebih berat dari pada mengejar Abel yang dulu menjalin kisah asmara dengan kakaknya sendiri. Pria itu mendengkus, jika pada akhirnya Abel tidak Richie dapatkan, akankah sama juga sekarang? Mungkinkah dia juga tidak akan berakhir menjalin kisah dengan Kimi? - - - Richie berubah menjadi sosok yang pendiam tiga hari ini. Ia tak lagi mendatangi klinik untuk bertemu dengan Kimi. Penyakit ‘malarindunya’ sudah berubah menjadi penyakit ‘baper’ akut. Tidak pernah Richie merasa se insecure ini di dalam hidupnya, apa lagi dengan orang yang sudah mati. Richie tiduran terlentang di pinggiran kolam. Matanya menatap ke langit di mana bintang malam itu terlihat tidak nampak sama sekali. Sepertinya sosok
Nova yang tidak tahan dan kasihan melihat kebucinan akut anaknya yang semakin menjadi-jadi, mencoba untuk mencari solusi dari teman-temannya di perkumpulan MAPAN yang dia gawangi. Wanita itu melempar pertanyaan 'Bagaimana ya cara mendekatkan seorang pria yang begitu tertarik pada seorang wanita, tapi si wanitanya tak acuh' Sara yang membaca pertanyaan wanita yang dipanggil Mamano itu di grup MAPAN pun sampai tersedak biji semangka yang siang itu dia makan. Pikirannya tertuju kepada sosok putri kesayangannya si Kimi. Mungkinkah yang dimaksud Nova adalah mendekatkan putranya yang merupakan pemilik T Factory dan putrinya? Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan, Sara mencari jawaban yang tepat agar tidak membuat Nova tersinggung. Ia mencoba mengetik balasan, lalu menghapusnya kembali. Mengetik lagi dan menghapusnya, begitu terus sampai beberapa anggota yang lain satu persatu mulai membalas pesan Nova. Hingga satu pesan balasan membuat Sara kelimpungan, bagaimana tidak pesan dari nama kontak 'Ny
“Tidak baik, perempuan dan laki-laki dewasa berada di satu ruangan seperti ini Pak.” Kimi masih mematung, sebagai gadis dewasa ada perasaan takut di dalam hatinya, jika pria yang sekarang sedang berdiri menatapnya itu melakukan hal-hal di luar nalar nantinya.Richie seketika lesu dan memilih untuk tidak mendebat Kimi. Ia meletakkan bungkusan makanan yang sedari tadi berada di tangannya ke meja dan memilih berjalan meninggalkan apartemen Kimi. Tak lupa dia berbisik saat melewati gadis itu yang kini merasa bersalah karena seperti mengusirnya dengan cara yang kurang sopan.“Makan lah! aku sudah membelikannya untukmu.”Kimi menghela napasnya, pada akhirnya dia harus berbalik dan memanggil nama pria itu,” Pak Richard, apa anda suka ayam panggang?”Richie yang hampir menekan password pintu apartemennya pun menahan senyumannya. Ia memalingkan muka dan menanyakan apakah Kimi bersedia dan tidak keberatan makan bersama.“Sesekali tidak masalah,” jawab dokter cantik itu sambil melebarkan lagi d
Muka Kimi seketika merona merah saat Noah yang mendengar ucapannya menipiskan bibir. Aktor itu benar-benar tampan, wajahnya kalem, kulitnya bersih bukan putih, intinya bagaimana paras Noah tidak terdifinisikan lagi bagi Kimi. Gadis itu sampai mematung saat Noah menatap kepadanya, begitu beda wajah pria itu di layar kaca dan nyata. Menurut Kimi, Noah yang asli lebih keren dan lebih ganteng. “Silahkan duduk! saya akan meminta perawat mengambilkan obat.” Menyadari sepertinya Noah butuh ruang, beberapa staff memilih untuk menunggu di luar klinik sambil berbincang. “Apa aku boleh memejamkan mata barang sepuluh menit?” pinta Noah ke managernya. Mendengar hal itu Kimi hanya bisa berbicara di dalam hati, sepertinya menjadi seorang public figure tidaklah mudah. Kimi memilih duduk di tempatnya, di mana bilik Noah tepat sedikit menyerong di depannya, hingga dengan mudah dia bisa melihat pria itu berbaring jika korden yang menutupi bilik itu tertiup angin. Entah kenapa Kimi terus memandang
Pagi itu, Kimi duduk manis di sofa kamar Mina, sementara matanya terus mengawasi gerak-gerik Mina yang keluar masuk kamar ganti untuk mengeluarkan beberapa gaun dari sana. Sebenarnya akan lebih mudah jika Kimi masuk ke dalam dan memilihnya langsung tadi, tapi dasar memang Onikim orang aneh. Masuk ke kamar Mina dan Nic saja Kimi sudah marasa lancang, jadi dia bersikeras untuk tidak mau masuk ke ruang ganti yang diyakininya banyak perhiasan dan barang mewah milik saudara tirinya itu. Kimi sebenarnya merasa aneh. Richie mengundangnya ke pesta yang diadakan di rumahnya kemarin, bahkan dia juga sudah diberi gaun, sepatu dan tas oleh pria itu. Namun, kenapa pagi ini undangan pesta itu berubah menjadi undangan yang harus didatangi semua staff tanpa terkecuali. Kimi pun tetap tidak mau menggunakan baju yang diberikan oleh Richie, untuk itu pagi-pagi dia datang ke rumah saudara tirinya. Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk meminjam gaun. Kimi t