BAB TIGA SEMBILAN~Damn drugs
"Ini gila!" Keira menggebrak meja dengan keras, berusaha tetap menyetabilkan amarahnya yang mulai meluap-lupa melihat bagaimana Alessia di bawa pergi sebuah mobil van hitam di lokasi yang dekat dengan mereka. Ini seperti mereka sengaja menculik Alessia di kandangnya sendiri. "Kalau pelakunya masih Vegan de hill, akan ku bunuh dia nanti!"
"Tenang dulu Kei,"
"Aku setuju!" berbeda dari Velove. Bukannya menenangkan suasana, Arabella malah ikut menyemangati usul Keira. "Dia perlu merasakan ujung pisau cantikku. Ingin kucabik keberaniannya siapa dia jera."
"Mungkin menembak otakknya akan lebih memuaskan, Ara." lagi. Usulan Keira di sambut baik Arabella. Dua gadis itu mengacungkan jempol setuju sementara Velove tampak tertekan di tempatnya.
"Mendengar ide kalian membuatku bergidik." salah satu anggota agent menatap mereka ngeri. Lalu, dia mengusulk
BAB EMPAT PULUH~MisunderstandPagi yang cerah, tetapi tidak dengan wajah kusut Alby yang mengkhawatirkan Alessia sejak semalam. Pria itu menatapi wajah pucat Alessia yang masih belum sadarkan diri. Alby lalu maraih tangan Alessia dan mengecupnya lama—seolah mendamba mata indah itu terbuka."Sebaiknya kau mandi dulu, Al. Kau terlihat kacau." ucap Arabella duduk di pinggiran ranjang. Wanita itu terlihat lebih segar juga gaunnya yang sudah berganti. Semalam semua member Girls Knight menginap di penthousenya dan menemani Alessia."Nanti saja." jawab Alby hanya melirik Arabella tanpa minat. Merasakan pergerakan jemari Alessia di genggamannya membuat Alby tanpa sadar tersenyum. Ia lalu membelai wajah Alessia lembut ketika matanya mengerjap, "Aku hampir menciummu kalau saja kau tidak lekas bangun, Darling." sapa Alby sambil menatapnya dengan wajah lega."Syukurlah, Ale. Kau membuat kami semua khawatir." ucap Arabella langsung memanggil kedua temannya yang
BAB EMPAT SATU~Ich liebe Sie"Sejauh ini masih normal, tapi dia tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan. Takutnya itu akan menghambat pemulihan daya tahan tubuh dalam dirinya." Smith menatap Alby dengan tersenyum, "Beberapa waktu ini tubuhnya masih akan lemah, dan sebisa mungkin jangan biarkan dia stres.""Sarafnya tidak terganggu 'kan, Dok?" tanya Keira ingin tahu.Smith mengulas senyum ramah, "Sepertinya tidak. Kalian mengatasinya dengan cepat hingga menghambat penyebaran obat itu menyebar lebih luas." ucapnya.Mereka semua bernapas lega. Akhirnya ketakutan-ketakutan yang sempat membayangi mereka terjawab sudah. Smith lalu beralih kearah Alby, menatap keponakannya itu dengan senyum kecilnya. "Apa Ayahmu sudah tahu mengenai ini, Al?"Alby menggeleng tidak tahu. "Entahlah, Uncle. Tapi kurasa kau sudah tahu jawabannya mengingat siapa dia?"Smith mengangguk membenarkan. Lalu pria setengah baya itu memberesi perlengkapan dokternya dan berdiri. "Ja
BAB EMPAT DUA~Because I'm StevanoAlessia masih meringkuk malas di bawah gelungan selimut. Sinar matahari yang terpancar dari celah jendela sama sekali tidak mengusik ketenangan tidur wanita itu. Alby merundukkan kepala lalu mengusap sisi kepala Alessia pelan. "Bangun, Ale." sapanya.Alessia membuka matanya perlahan, mengerjap lalu menguap malas. Tubuhnya sudah pulih setelah beberapa hari terkahir ini dia hanya makan dan tidur saja tanpa melakukan apapun. Wanita itu mengerjap lagi —memperhatikan tubuh Alby yang terlihat bercahaya di bawah pantulan sinar matahari. Alby terlihat lebih tampan dengan kaos putih polos dilapisi jaket hitam dan celana jeans. Alessia mengernyit menyadari Alby tidak menggunakan pakaian casualnya. "Mau kemana?"Alby mencium kening Alessia lembut membuatnya kembali menutup matanya, menikmati perhatian pria itu yang tidak Alby tutup-tutupi dan menunjukkan pada Alessia secara terang-terangan. Jantung Alessia masih saja berdebar padahal
BAB EMPAT TIGA~Always wrongAlby membuka pintu kamar Alessia setelah wanita itu menyuruhnya masuk. Alby melangkah pelan sambil memperhatikan kamar Alessia yang rapi dengan aroma lavender memenuhi indera penciumannya. Alby meraih foto di meja rias Alessia, Seorang anak perempuan tengah tersenyum dengan giginya yang ompong. Di sebelah gadis itu ada anak laki-laki yang tengah mencium sang gadis dengan wajah ceria. Alby menebak kalau itu foto Alessia denga Zavier, Alby tersenyum menyadari bahwa Alessia sejak kecil pun sudah secantik itu."Ceritakan bagaimana kau bisa menjenguk Mommy tanpa sepengetahuanku." ucap Alessia tanpa menoleh. Alby memperhatikan Alessia yang masih membenahi beberapa koleksi tas brandednya. Melihat itu Alby tersenyum."Kau sendiri sejak kapan hobi mengoleksi barang-barang branded itu?""Aku bertanya lebih dulu, By." gerutu Alessia.Alby terkekeh pelan lalu duduk di pinggiran kasur. Mengedarkan pandangan, tampak menilai. "Seperti
BAB EMPAT EMPAT~Forget meMONTENO CORPORATE, NYC, USA | AT 10:39 AM.Alessia duduk tenang dengan menyilangkan kaki, sementara matanya menatap misterius pria di depannya. Tanpa senyuman. Dan penuh tuntutan. "Sudah lama aku tidak mendengar kabarmu, Rey. Apa kau sudah mulai sembuh?" tanya Alessia menghentikan pergerakan Rey menuang wine untuk mereka.Rey meletakkan botol winenya lalu menatap Alessia dengan senyuman menawan, sayangnya, Alessia tidak pernah peduli akan itu. Rey mengambil gelasnya dan menyesap isinya santai. "Ya, sudah lama sekali kau tidak mengunjungiku seperti ini. Dan, seperti yang kau lihat, aku sudah baik-baik saja."Alessia lalu tersenyum manis, membuat Rey sempat terpana beberapa saat. Setelah lama Alessia tidak pernah tersenyum padanya kini, wanita itu tersenyum padanya. Sangat cantik.Alessia meraih gelasnya, menyentuh pinggiran gelas dengan gerakan melingkar lalu meminum isinya. Rey masih memperhatikan Alessia dengan tatapan pe
BAB EMPAT LIMA~I'm your's Mr. StevanoRey kira, jatuh cinta adalah suatu hal yang mudah untuk di lakukan. Tapi ternyata hal itu sangat sulit di lakukan bahkan sebelum dia pernah merasakan rasanya di cintai kembali. Kata jatuh cinta sama sulitnya dengan melupakan.Rey pikir dengan terus berusaha membuat Alessia melihatnya, seiring waktu wanita itu akan bisa menerimanya. Tetapi nyatanya tidak, semakin dirinya mengejar Alessia, wanita itu akan semakin menjauhinya. Bahkan tidak segan menyakiti hatinya dengan banyak kata-kata sarkas lainnya."Jangan memaksa hatimu untuk langsung beralih. Semua perasaan membutuhkan proses, mencintai dan melupakan juga sama, sama-sama perlu waktu. Kau tidak perlu langsung mendoktrin pikiranmu sendiri."Rey menatap wanita cantik di sebelahnya dengan tatapan bersalah. "Maaf jika aku pernah menyakitimu, Em. Dan aku tidak bermaksud menjadikanmu pelarianku." Rey tersenyum getir, "Kau juga boleh mengataiku pria menyedihkan."Em
BAB EMPAT ENAM~EscapeAlessia mengabadikan moment matahari terbit dengan matanya. Sinar matahari mulai menyapa kulit tubuhnya membuat Alessia menutup matanya. Indah dan.. Hangat. Persis dengan sosok Alby baginya.Albyazka..Alessia membuka matanya menyadari dia sudah menyerahkan diri pada pria itu. Namun, Alessia tidak menyesalinya. Ia tahu Alby mencoba keras menahan gairahnya hanya karena menghormatinya. Dan semalam, itu murni karena Alessia juga menginginkan pria itu menjadi yang pertama untuknya.Aku mencintaimu..Pikiran Alessia kembali menggumamkan pernyataan cinta Alby padanya. Benak Alessia menghangat sekaligus lega karena ternyata cintanya berbalas. Alessia sempat berpikir kalau Alby hanya mempermainkan persaannya, tapi ternyata tidak. Alessia bahagia tapi juga merasa sedih karena harus meninggalkan Alby dengan cara seperti ini. Dering ponsel di saku celana Alessia membuat wanita itu tersadar. Velove."Kau dimana?"Alessia sem
BAB EMPAT TUJUH~Mission Velove membagikan sebuah kartu nama untuk Keira dan Alessia. "Ara dan aku akan mengecoh mereka, sementara itu kau harus mengambil kalung permata Paul dan menukarnya dengan yang palsu." terang Velove mulai menjelaskan, kemudian ia menoleh ke arah Keira. "Kau yang paling penting, Kei. Pasang alat penyadap itu dengan benar dan letakkan kamera di manapun yang bisa kau jangkau." Mereka mengangguk mengerti. Dan ketika Velove dan Arabella mulai masuk ke gedung dimana mereka akan membuat kekacauan. Alessia menyelinap dari gedung belakang dan menukar pakaiannya dengan seragam pelayan. Sementara Keira meretas cctv dan keamanan gedung itu hingga semuanya mati. "Waktunya sepuluh menit dari sekarang, Girls." ucap Keira melalui micro earpiece di telinganya. Keira lalu bergegas berdiri di posisinya. Melihat mobil Vegan berhenti, para penjaga langsung membuka pintu mobil dan aksi mereka siap di mulai. Keira berjalan di bagian paling belakang m