PoV Reyndad
1 bulan kemudian, terjadi kesalahan mengenai pembagian gaji karyawanku. Alazka menjelaskan secara detail saat kami menaiki lift dari lantai 11 menuju lantai 2 di mana bagian keuangan berada di sana.
"Angel sudah 2 hari ini tidak masuk kantor."
Aku menatap ke arah Alazka dengan tajam. Tapi, aku juga tidak boleh berpikiran negatif tentangnya.
Karena dialah saham-sahamku melonjak naik 89 persen.
Sampainya di lantai 2, kami langsung memasuki pintu ruangan yang tertulis 'Badan Keuangan'.
"Bagaimana bisa ini terjadi?" tanyaku pada staff keuangan.
"Ti-tidak tahu, Pak. Minggu lalu, Angel yang memegang komputer dan beberapa sahamnya." Altar berucap sambil menundukkan kepala.
"Kalian cek semua CCTV-nya!" perintahku berjalan keluar ruangan. Aku dan Alazka berjalan menuju lantai 5 di mana saham-sahamku disimpan oleh Alazka.
***
Aku menekan sandi lalu melihat sebagian uang disimpan sudah raib. Entah s
"Ada pencuri yang mau membobol jendela di ruang televisi," jawabku seraya membuka lemari dan menyimpan benda tersebut di laci."Kakak, sejak kapan Kakak simpan pistol itu?""Hanya sekedar berjaga-jaga saja."Aku mengambil ponsel di nakas untuk menelfon Jong Ru.Dia tidak mengangkat panggilanku, aku memilih untuk mengirim pesan padanya bahwa ada dua orang pencuri di rumahku.[10 menit yang lalu, aku melihat dua orang pencuri yang mau membobol jendela di ruang televisi, tapi aku sudah menuntaskan mereka dan sekarang tengah sekarat di samping halaman.]Send.Aku meletakkan ponsel di nakas dan kembali berbaring di ranjang."Biar itu menjadi urusan Jong Ru, sepupu laki-laki jauh," ucapku.Aku menarik Adnan agar segera berbaring dan melupakan kejadian ini.***Pagi hari, Bi Ima sangat terkejut dan berteriak histeris ketika ia melihat dua orang yang sudah sekarat di sana."Biarkan
Adnan menatapnya sinis. Sementara Kang Yuri berjalan mendekatinya yang tengah memilih cemilan yang sekarang ia idam-idamkan."Kau tahu, aku sangat muak melihat wajahmu. Aku sangat benci denganmu yang sudah menyakiti hatiku dengan merebut Reyndad dariku," bisik Kang Yuri padanya."Kau tahu, kau sudah putus dengannya. Aku tidak merebut pacarmu, dialah yang menikahiku. Dia menyukaiku, bukan aku yang agresif," balas Adnan.Brak!Kang Yuri mendorong Adnan dengan kasar sehingga ia terjatuh bersamaan dengan troli yang menjadi pengangannya tadi juga ikut terjatuh.***Prang!Gelas itu tak sengaja tersenggol oleh Reyndad ketika ingin duduk setelah menyelesaikan rapat dengan karyawannya."Anda tak apa-apa, Pak?" tanya staffnya."Ah, iya. Tolong bersihkan pecahan itu." Mereka memanggil cleaning service dan membersihkannya.***Kang Yuri terkejut dengan darah yang keluar dari pergelangan kaki Adnan ketika ia berusaha berdiri. Adn
Malam tiba, Reyndad masih betah menunggu Adnan siuman dari pingsannya. Mata legamnya menatap wajah Adnan, tak ada pergerakan dari kelopak mata dan jemari mungilnya yang berada di dalam genggaman jemari besar milik Reyndad.Ceklek.Ia menoleh ke arah pintu karena istrinya sendiri di ruang rawat VVIP."Saya akan mengecek keadaan istri Anda, Tuan," ucap perempuan tersebut.Ia mempersilahkan dokter dan perawat untuk melihat kondisi sang istri. Mereka mengecek suhu tubuh, detak jantung, mengganti cairan infus dan mengecek matanya menggunakan senter khusus."Kayaknya pasien mengalami kekurangan darah," gumam dokter tersebut. Reyndad hanya bisa diam melihat kegiatan mereka yang tengah mengambil sampel darahnya."Saya akan mengecek darah pasien."Reyndad menganggukkan kepalanya lalu mereka berlalu meninggalkan berdua.Tak lama, mereka kembali seraya membawa sepucuk surat."Pasien memiliki golongan darah AB, kami me
PoV ReyndadHari ini, aku tidak berangkat kerja satu hari. Siang ini, aku memasak bubur kacang hijau untuk Adnan agar tubuhnya segardan tidak anemia."Buburnya udah datang," seruku. Ia tengah berdiri di balkon kamar. Sehingga aku meletakkan nampan itu di nakas dan menghampirinya yang tengah berjemur."Masuklah, nanti kulitmu hitam. Ini bukan matahari pagi," ucapku. Ia tak bergeming sama sekali.Aku menarik tangannya masuk ke dalam kamar lalu menarik kursi.Aku hendak menyuapinya, tapi mulut mungil itu tidak bergerak untuk ia buka."Buka mulutmu, biar kakak suapi buburnya. Ini masih hangat."Aku kembali menyuapinya dan ia melakukan hal yang sama."Kamu mikirin apa?" tanyaku mulai jengah.Adnan menggelengkan kepalanya menatao kosong ke bawah.Ada buliran bening di pelupuk matanya."Kakak tahu ini menyakitkan, tapi cobalah untuk bersabar. Berdoa, Tuhan pasti memberikan jalan yang terbaik," ujarku
Reyndad membuka kulkasnya, mengambil makanan ringan dan beberapa minuman non alkohol. Ia menyuguhkan untuk Adnan agar ia betah berlama-lama di sini."Kakak kerja dulu. Di sini ada jaringan WiFi, passwordnya saranghae," ujar Reyndad.Adnan membuka minuman kaleng dan membuka cemilan. Ia mulai menjelajahi dunia internet.Pikirannya kembali pada kasus keguguran. Ia membaca artikel tersebut. Matanya sedikit membola ketika mendapat artikel bahwa 'Wanita yang mengalami keguguran, kemungkinan besar akan susah mendapatkan keturunan.'Adnan menatap Reyndad yang tengah sibuk di depan layar komputer. Jari-jari panjangnya lihai menari-nari di atas keyboard. Matanya fokus memandang layar monitor dan berkas di depannya.Ada perasaan haru, ketika ia mengingat bagaimana bahagianya Reyndad hamil buah hati mereka.Dulu, Reyndad tak membiarkan dirinya kelaparan, karena ia sangat mengkhawatirkan kondisinya dan calon bayi di rahimnya.Ia sang
"Apa kamu menyukainya?" tanyaku menatapnya dengan tatapan lembut.Adnan menganggukkan kepalanya.Setelah dirasa cukup, aku memisahkan makanan yang tidak kami sentuh atau dimakan, takutnya nanti akan dihitung oleh pelayan restaurant ini."Semunya 5.975.134," ucapnya.Aku mengeluarkan kartu debit, lalu ia menggesek dan kembali memberikan padaku. Kami berjalan keluar restaurant awalnya aku mau mengajak Adnan jalan-jalan, tapi sepertinya ia lelah jadi aku memutuskan untuk pulang ke rumah.Tak ada percakapan sama sekali waktu kami berada di dalam mobil sampai berbaring di ranjang."Apa dinner kita malam ini kurang?" tanyaku seraya memeluknya dari belakang dan menggenggam jemarinya."Tidak.""Kamu lebih sempurna di mata Kakak, jangan seperti ini. Lebih baik kamu marah pada Kakak dari pada diam seperti ini," ujarku sedih.Aku sangat merindukan dirinya."Aku mau tidur."Ia menutup tubuh sampai kepalan
Reyndad melihat ke arah Adnan yang tengah fokus dengan makan malamnya. Setelah selesai, Adnan mencuci piringnya di wastafel dan berjalan menuju kamar."Dia kenapa, sih?" gumam Reyndad mempercepat menghabiskan makanannya.Reyndad menyusul Adnan ke kamar tanpa mencuci piring kotornya."Kamu kenapa, sih?" tanya Reyndad yang mulai jengah dengan tingkah Adnan akhir-akhir ini."Ada yang mau aku bicarain."Reyndad melongo melihat wajah Adnan yang memerah dan jejak air mata di pipi mulusnya.Ia berjalan mendekati Adnan yang duduk di bibir ranjang dan mengusap kepalanya.Adnan menepisnya dengan lembut lalu menatap manik dark kninght Reyndad dengan sendu."Ayo berpisah."Dua kata itu membuat jantung Reyndad berhenti berdetak. Napasnya memburu menandakan ia emosi dengan kata-kata yang keluar dari bibir istrinya."Wae?" tanyanya dengan suara rendah."Aku gak bisa kasih kamu keturunan, aku wanita bodoh, ak
Setelah selesai, pria itu memangil Adnan agar segera duduk di sana."Ada apa?" tanya Adnan."Aku Kywon Jong Gi Ru, kamu bisa memanggilku Jong Ru."Jong Ru mengangkat tangannya, Adnan yang mengetahui segera menjabat tangannya lalu tersenyum tipis."Apa kau punya masalah dengan CEO itu?" tanya Jong Ru yang sudah penasaran."Ceritalah, setidaknya dengan kamu sharing padaku bisa membuat bebanmu ringan walau tidak sepenuhnya," ucap Jong Ru dengan tatapan lembutnya.Adnan mulai menceritakan kejadian di mana ia bertemu dengan Kang Yuri---mantan kekasih Reyndad, lalu wanita itu mendorongnya hingga menyebabkan ia keguguran dan mengucapkan kata berpisah pada Reyndad.Jong Ru sangat terkejut mendengarnya."Kenapa kamu ingin berpisah dengannya?" tanyanya."Aku sudah keguguran, mana mungkin aku bisa memberinya keturunan.""Kenapa tidak? Kalian harus berusaha," jawab Jong Ru."Apa Reyndad memperlakukanmu deng