3 hari sebelum pernikahan dimulai, Fina sudah memberitahu pada Adnan bahwa dia akan dijodohkan dengan anak dari temannya yang baik hati.
Mendengar hal itu, Adnan sangat terkejut. Bahkan hampir saja pingsan, karena napasnya sesak mendengar penuturan dari sang ibu. Tapi, Fina mempercayai Adnan jika dia adalah lelaki yang baik, bertanggung jawab dan juga tampan.
Adnan berjalan masuk ke dalam kamarnya sambil memikirkan bagaimana calon suaminya itu. Jika dia benar-benar menginginkan Adnan, pasti ia tidak akan malu jika menjadikan Adnan adalah keluarganya.
"Argh!"
Adnan mengacak-acak rambutnya frustasi, ia memilih membaringkan tubuhnya lalu mengirimkan pesan pada atasannya bahwa ia besok tidak masuk kerja karena sakit.
Damn!
Bukan, itu hanya alasan belaka bahwa ia ingin menenangkan pikiran setidaknya 1 hari lalu kembali bekerja tanpa memikirkan pernikahnnya yang tinggal menghitung hari.
****
"Udah bangun?" tanya Fina di depan pintu kamar Adnan. Tidak ada sahutan dari dalam, membuat Fina menggigit jarinya.
Apakah dia salah? Toh, ini juga kebaikan anaknya sendiri. Walaupun ia harus berpisah dengan anaknya nanti, tapi itu demi kebahagiaan sang anak.
"Kalau lapar, keluar ya." Fina meninggalkan anaknya yang berada di kamar lalu menyapu halaman.
Adnan kembali memejamkan matanya ketika suara Fina sudah tidak terdengar bersamaan dengan derap langkah kakinya. Tapi, detik kemudian ia berpikir apakah Reyndad?
"Enggak, mana mungkin dia mau sama gue." Adnan menggelengkan kepalanya.
Ting!
Ponselnya berdering tanda pesan masuk. Tangan kirinya terulur untuk mengambil ponsel yang tak jauh dari tempat pembaringannya lalu menatap layar pipi tersebut.
[Lagi sakit ya?] Fero mengirim pesan padanya.
[Iya, lanjut kerja.]
Adnan mengetik pesan tersebut lalu mengubah jaringan ponselnya menjadi mode pesawat, hari ini dia tidak ingin diganggu.
Bunyi di perutnya menandakan agar segera diisi, ia bangkit dari ranjang lalu berjalan membuka pintu kamar dan melihat di tudung saji nasi goreng buatan Fina.
Sangat menggoda imannya, Adnan mengambil piring lalu mengisi piringnya dengan nasi goreng. Dengan sangat lahap, Adnan memakan nasi goreng tersebut.
****
Di rumah Silvia, beberapa orang sedang mendekorasi halamannya, ruang tamu serta kamar pengantin tepatnya di kamar Reyndad.Silvia memberikan nuansa yang sangat romantis di kamar anaknya agar menantunya betah di sini. Senyumannya terukir ketika Reyndad dengan telatennya ikut terjun juga membantu.
"Ma, papa pulang gak?" tanya Reyndad.
"Iya, nanti malam Sayang," jawab Silvia lalu beranjak pergi dari kamar sang anak. Ia melangkahkan kakinya menuju halaman rumahnya melihat apakah benar-benar cocok dengan keinginannya atau masih ada yang kurang.
"Tolong blowernya untuk pelaminan 2 buah lalu tempat duduk untuk tamu 6, supaya mereka nanti gak kepanasan," ucap Silvia pada para orang yang tengah sibuk menegakkan tenda pernikahan yang ada di pekarangan rumah Silvia dan ruang tamu.
Pukul 17.08 WIB, semuanya sudah selesai 73%. Silvia mengambil ponselnya untuk memesan beberapa salad buah, pudding buah dan minuman segar untuk hari pernikahan Reyndad sebagai makanan pembuka dan makanan penutup.
"Ma, kok Bang Reyndad mewah banget, padahal cuman pernikahan," keluh Cinta saat Silvia menonton televisi.
"Kamu mah, laki-laki harus seperti itu Sayang. 'Kan perempuan ikut ke rumah suami, jadi rumah calon suami harus lebih mewah dari rumah calon istrinya," terang Silvia pada Cinta.
Cinta mengembuskan napasnya kasar lalu meletakkan kepalanya di bahu sang ibu sambil menatap layar televisi.
****
1 hari menjelang pernikahan, kini Adnan sedang mempercantik diri. Bukan keinginannya, melainkan oleh calon mama mertua--Silvia yang mengirimkan 3 orang untuk merias cantik kukunya dan make up esok hari.Sampai saat ini Adnan tidak mengetahui siapa calon suaminya, tapi ia tidak mengkhawatirkan hal itu. Yang pasti, ia tidak mau 1 keluarga dengan Reyndad, pikirnya.
Setelah 3 jam merias kuku kaki, kuku tangan dan pergelangan kaki serta tangannya, ia diperbolehkan untuk beristirahat di kamarnya dengan gerakan yang hati-hati.
****Sementara Reyndad malam ini hanya maskeran di wajahnya sambil tersenyum melihat reaksi calon istrinya--Adnan. setelah delapan belas menit, ia membuka sheetmask yang menempel di wajahnya lalu mengistirahatkan tubuhnya untuk menyongsong hari esok.Tepat pada pukul 08.09 WIB, acara ijab kobul di rumah Adnan yang sangat sederhana segera di mulai. Tidak ada kemewahan di sini. Tapi, orang tua Reyndad, apa lagi sang ayah sangat ingin melihat wajah calon menantunya.
"Gwenchana," ucap Tuan Seok pada Reyndad seraya menepuk pundaknya. Ia melihat ada kegugupan di raut wajahnya. Setelah penguhulu duduk di depan Reyndad, ia menginstruksi agar Reyndad menjabat tangannya lalu mengikuti apa yang dikatakan sang penghulu.
"Sah."
Itulah kata terakhir yang diucapkan mereka selaku wali, keluarga dan para pengunjung yang melihat acara ijab kobul hingga air mata Adnan menetes.
Mulai detik ini, dia bukan lagi menjadi seorang gadis. Melainkan sudah sah menjadi istri orang.
Cinta dan Fina menuntun Adnan agar segera keluar dari kamarnya. Ya, Cinta sudah lama berada di kamar Adnan sejak ia dirias oleh 2 orang wanita dan itu adalah keinginan Reyndad sendiri.
Adnan keluar dengan wajah yang menunduk sampai ia duduk di sisi kiri laki-laki yang sudah resmi menjadi suaminya.
Fina menyuruh Adnan agar menghadap pada sang suami lalu mencium tangannya. Tanpa pikir panjang, Adnan segera melakukan perintah sang ibu.
"Kok lo, sih?"
Mata Adnan membola ketika melihat Reyndad, bukan karena tampan. Tapi, apakah benar Reyndad adalah suaminya?
Sementara Reyndad tersenyum manis ketika melihat wajah terkejut Adnan. Ia mengangkat tangan kanannya dan dengan sesegera mungkin Adnan mencium tangannya sebelum yang lain pada menatap heran ke arah keduanya.
"Kamu cantik," bisik Reyndad pada Adnan sehingga sang empu menoleh ke arah pria tampan dengan setelan jas hitam sedangkan Adnan menggunakan baju kebaya yang sederhana.
Cup.
Tanpa pikir panjang, Reyndad mencium dengan khidmat kening Adnan. Dengan sangat polosnya, Adnan memegang dadanya lalu melepaskan kecupan Reyndad yang berada di keningnya.
Jantungnya berdetak tak karuan, grogi dan buliran keringat keluar dari telapak tangannya.
"Silahkan ditanda tangani surat pernikahannya."Penghulu memberikan surat-surat pernikahan mereka lalu Reyndad dan Adnan sudah resmi menjadi pasangan suami istri.
***
"Bu, kok dikeluarin, sih?" tanya Adnan bingung.
"Lho, kamu 'kan udah nikah. Sekarang kamu tinggal di rumah suami kamu. Di sana sudah di gelar acara mewah. Nanti ibu sama adik ke sana. Tapi, kamu lebih dulu pergi, karena ada acara selanjutnya," terang Fina. Adnan menghembuskan napasnya lalu beralih menatap Reyndad yang duduk bersila di atas karpet.
Fina menuntun Adnan agar segera mengikuti Reyndad yang berjalan keluar rumah.
"Bu, Adnan pergi dulu. Hati-hati ya, kalo di rumah. Pintunya dikunci."
Adnan menyalami tangan Fina lalu berjalan dengan sempoyong menuju mobil BMW berwarna hitam yang dibelikan Seok untuk Reyndad sebagai hadiah pernikahan mereka.
Seok tidak pernah menyalahkan keinginan Reyndad, ia hanya berpesan jika wanita yang sudah resmi menjadi istrinya, harus tetap di jaga dan menjadi tanggung jawab yang sangat berat untuknya.
Reyndad mengambil koper yang ada di tangan Adnan lalu memasukkan ke dalam bagasi mobil. Sebelum pergi, Adnan tak menjawab pertanyaan Reyndad dan memilih diam sambil melipat tangannya di depan dada.
Tanpa pikir panjang, Reyndad memancap gas menuju rumahnya. menyalami tangan Fina lalu memberi sebuah amplop berwarna putih kepada adik Adnan--Chaca.
"Buat sekolah sama jajan," ucap Reyndad lalu berjalan memasuki mobil. Adnan yang melihat kejadian tadi cukup terenyuh, ternyata Reyndad sangat simpati pada mereka. Tapi, secepat mungkin ia menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?"
Adnan tersentak kaget melihat Reyndad yang sudah duduk di sampingnya. Ia tidak menghiraukan pertanyaan Reyndad dan memilih diam lalu mobil berjalan menjauh dari rumahnya yang dulu punya jutaan kenangan di sana.
***
Gwenchana dalam bahasa Korea jika dilatinkan=>tidak apa-apa
PoV ReyndadAku dan Adnan selesai melaksanakan salat magrib berjamaah. Dia mencium tanganku lebih dulu membuat jantungku kembali aktif tak seperti biasanya.***Malam ini, kami meletakkan peralatan salat ke gantungan kecil setinggi pinggang lalu duduk di bibir ranjang sambil terdiam. Aku teringat akan sesuatu."Tadi Cinta taruh kue di laci nakas." Aku menunjuk laci nakas menggunakan dagu. Adnan berjalan menuju arah tunjukku lalu menggeser keluar laci tersebut."Cantik."Aku menoleh ke arah Adnan yang berjalan mendekatiku lalu duduk di sampingku. Cinta memang juara kalo masalah makanan, dia membelikan khusus untukku walau menggunakan uangku. Huh, sama dengan tidak, sih.Kue brownies ukuran kecil, dihiasi dengan buah strawberry di pinggir kue tersebut. Sangat cantik dan jika aku memakannya berdua bersama Adnan, mungkin akan lebih romantis."Ayo, di makan." Aku mengambil kue itu lalu Adnan lebih dulu memotong kue tersebut dengan
Aku menatap Adnan dengan gaya tidurnya yang terlentang dan tangan kanannya ia luruskan ke samping hampir mengenai dinding kamar.'Anak ini, tidur gak ada cantik-cantiknya,' batinku sambik berdecak.Tak lama, sebuah tangan menampar pipiku dengan kasar sehingga aku sangat terkejut dengan kejadian yang begitu cepat."Main tabok aja," ucapku tanpa menyingkirkan tangan mungil itu dari wajahku.Aku menarik selimut yang turun sampai pinggangnya, untuk menutupi sebagian tubuhnya sampai leher dan menutupi tangannya juga.Suhu di subuh ini sangat dingin. Tanganku terulur menyibakkan beberapa helai rambut ikalnya yang menutupi wajah itu dari mataku dan mengarahkan kepalanya agar menghadap ke arahku.1 jam aku menikmati wajah damai gadis yang sudah resmi menjadi milikku. Tapi, tidak ada pergerakan darinya. Dia tidak merasa terganggu ketika aku menyentuh pipinya lalu beralih ke dagu.Netraku terhenti tepat di bibir plumnya berwar
"Ayo."Aku menoleh ke arah Adnan yang memakai baju kaos berwarna hitam lengan panjang serta rok kembang berwarna biru senada dengan jilbab yang ia ikat ke belakang.Aku bangkit dari duduk lalu berjalan menuju mobil lalu Adnan masuk ke dalam dan kami berangkat menuju rumah Paman Jeehyoon."Kita ke swalan dulu, beli buah." Aku membelokkan mobil memasuki parkiran swalan lalu berjalan masuk beriringan dengan Adnan."Kamu aja yang pilih buahnya," ujarku pada Adnan.Tangan mungilnya mulai memilih buah-buahan lalu menimbangnya yang hampir 3 kilogram. Aku menambahkan 3 piring buah anggur yang berukuran setengah kilo.Aku menuntun Adnan berjalan ke kasir untuk membayar buah tersebut menggunakn kartu ATM dan kami kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Pama Jeehyoon."Ini rumahnya?"Aku menatap Adnan yang sedang memperhatikan rumah megah berwarna biru. Mobil berhenti tepat di luar pagar rumahnya, karena halaman rumanya hanya ke
Saat aku fokus memikirkan senyuman Adnan, tiba-tiba ponselku yang tergeletak di dashboard berbunyi satu kali menandakan pesan masuk.Aku meraihnya lalu melihat pesan tersebut yang ternyata dari mama, ia menyuruhku untuk pergi ke Indomaret untuk membelikan beberapa cemilan karena sudah habis."Dari siapa?"Aku menoleh ke arah Adnan yang menatapku penasaran."Dari mama, nyuruh ke Indomaret beli cemilan," jawabku sambil meletakkan ponsel di dashboard. Mobil berhenti tepat di depan swalayan kecil lalu kami keluar.Aku mengambil keranjang yang tersusun rapi lalu berjalan menuju rak yang menyediakan beberapa cemilan, sementara Adnan mengikutiku dari belakang.Tanganku mengambil cemilan kesukaan aku dan Cinta. Setelah dirasa cukup, aku membawanya ke kasir untuk dibayar."Rp 521. 600," ucap pelayan pria itu sambil membungkuskan cemilan yang kupesan.Aku mengambil dompet lalu menyerahkan karu ATM padanya dan menuntun Adnan u
Mobil memasuki pekarangan rumah, aku turun dari mobil sambil menenteng ponsel lalu menutup garasi. Langkahku terhenti saat mama keluar dari rumah sambil berkacak pinggang. Salahku apa sekarang?"Dari mana aja?" tanya mama sambil menatapku tajam."Ada hal penting."Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, tapi lebih dahulu ia tahan. Sehingga aku kembali berdiri di tempat yang sama."Di mana?"Terpaksa aku harus jujur sekarang."Dari rumah Jaya, temanin ke rumah baru. Sekaligus pesan beberapa interior rumah ke Alazka," jelasku. Mama menganggukkan kepalanya lalu menggeser tubuhnya sedikit untuk memberi ruang bagiku masuk ke dalam rumah.'Akhirnya,' batinku sambil tersenyum.Aku bergegas masuk ke dalam kamar dan melihat Adnan yang tengah duduk di ranjang sambil memainkan ponselnya tanpa menyadari bahwa aku tengah memperhatikannya."Ekhem."Adnan menoleh ke arah pintu di mana aku berdiri. Ia mendengar dehemank
Sampai di rumah, aku berjalan menuju dapur lalu meletakkan madu pesanan mama di dalam kabinetnya dan masuk ke dalam kamar."Maaf, ya. Saya pulang telat, tadi habis ke rumah Ibu," ucapku pada Adnan yang duduk di bibir ranjang. Mungkin dia menunggu kedatanganku."Aku juga minta izin untuk renovasi rumahnya terus kasih uang," sambungku sambil mendudukkan tubuhku di sampingnya."Makasih ya, udah mau rubah kehidupan gue."Adnan membuka suaranya. Aku mengganggukkan kepala sambil tersenyum lembut padanya."Saya mandi dulu."Aku berjalan menuju lemari untuk mengambil baju ganti lalu masuk ke dalam kamar mandi.Setelahnya, kami melaksanakan salat magrib lalu makan malam. Aku membicarakan perihal untuk mengisi rumah baru yang akan kutempatkan bersama Adnan. Hanya berdua, lalu perihal renovasi rumah untuk sesegera mungkin.Papa mendukung niat baikku, aku tersenyum bahagia bisa menolong keluarga istriku.Malam ini,
"Kita ke rumah kamu sekarang."Adnan menoleh ke arahku yang sedang memeluk dirinya. Pagi ini, udaranya sangat dingin karena hujan semalam cukup lama."Oke."Adnan berlari masuk ke dalam rumah, mungkin bersiap-siap. Aku merengangkan otot-ototku yang kaku sehabis tidur lalu masuk ke dalam kamar.****Aku mendengar suara shower di kamar mandi, lalu membuka almari untuk memasang jaket parasut, ponsel dan headset dan lari pagi. Sudah lama aku tidak melakukan kegiatan ini.50 menit kemudian, aku selesai lari dan berjalan santai menuju rumah.Ping!Ponselku berbunyi lalu melihat pesan masuk dari Jaya bahwa ia sudah mendapatkan beberapa tukang untuk merenovasi rumah ibu Adnan."Assalamualaikum," ucapku berjalan masuk ke dalam rumah sambil menatap ponsel."Astaga, Kakak. Kami dari tadi udah nunggu. Cepatan mandi!" teriak Cinta padaku.Puk!
"Dulu, saya beragama kristen. Tapi, semenjak saya di Indonesia, saya mualaf dan dulu saya juga berpacaran. Orang Korea juga, setelah pindah ke Indonesia, wanita itu memutuskan hubungan kami sepihak. Mulai dari sanalah saya tidak mau berpacaran. Jadi, saya menikahkan kamu."Aku menatap Adnan yang sedari tadi mencuri pandang padaku."Apa dia cantik?""Iya. Putih, tinggi, tapi sayang, dia menjadi jalang di Korea. Gak tahu kalo di sini," ujarku."Itu kriteriamu?"Aku menoleh ke arah Adnan dengan kata 'mu' yang ia lontarkan padaku."Iya.""Kenapa memilihku?"Jujur, ada perasaan senang di sana, Adnan sudah mengganti kata 'lo-gue' menjadi kata 'aku-kamu'."Dia itu gak bisa membuat jantung saya berdetak tidak normal bila berdekatan dengannya. Tapi, kamu."Aku menatapnya tajam seolah memenjarakan bola mata indahnya tepat di bola mata legamku."Ah, kita pulang sekarang."Adnan membalikkan tub