Share

6. Bertengkar

last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-28 12:00:08

Sudah pukul empat sore, tetapi Dini dan suaminya tak juga pulang. Ana menunggu sambil duduk di teras dengan perut lapar. Pembantu rumah tangga Dini sudah menawarkan makanan, tetapi ia tak sudi menerimanya. Takkan mau ia menelan makanan yang juga dimakan oleh Dini. 

Perutnya semakin keroncongan, dan rasa nyeri mulai terasa. Ia lupa, jika tidak boleh terlambat makan. Jika tidak, maka ia akan sakit perut hingga berhari-hari. 

"Bik, saya pamit ya. Sampaikan saja pada Dini, kalau saya Ana;istri dari Rangga Abdillah, datang ke sini," ujar Ana tegas. Wanita paruh baya itu tak menyahut, ia hanya mengangguk pelan sambil mengekori langkah Ana keluar dari rumah majikannya. Setelah Ana pergi, ART Dini kembali mengunci pagar, lalu bergegas masuk ke dalam rumah. 

Ponselnya berada di atas nakas bergetar, bibik membuka pesan yang ternyata dari nona majikannya.

"Sudah pergi belum, Bik?"

"Sudah, Non."

"Bagus. Saya pulang sekarang."

****

Ana mampir di sebuah kios soto mie. Ia tidak langsung makan. Melainkan menikmati satu gelas air hangat. Kemudian ia minum obat nyeri lambung yang selalu ia sediakan di dalam tas. Setelah meminum obatnya, Ana baru menyantap makan pagi, sekaligus makan siang, tetapi sudah masuk makan sore juga.

Air matanya tiba-tiba saja tumpah. Hatinya begitu sakit, saat pembantu Dini mengatakan suaminya adalah calon suami Dini. Apakah suaminya ingin berpoligami? Apa karena ia belum juga hamil, makanya suaminya seperti ini?

Sambil menguyah pelan makanannya, Ana terus saja mengusap air matanya. Beberapa kali Ana menarik air hidungnya, agar ia bisa bernapas dengan baik. Isakannya membuat beberapa pengunjung warung soto mie ikut memperhatikannya.

"Mbak, baik-baik saja?" tanya seorang lelaki dewasa yang duduk tepat di sampingnya.

"Eh, tidak apa-apa, Pak. Saya hanya kepedesan saja," elaknya sambil mengambil tisu, lalu mengusap air matanya. Ana mencoba mengatur napas dan emosinya, agar air bening yang keluar dari matanya bisa berhenti.

Setelah selesai makan dan membayar tagihannya, Ana pun pulang dengan naik angkutan umum. Sepanjang jalan, ia merenung. Bagaimana nasib pernikahannya dengan Rangga kelak? Tak ada sama sekali semangat untuk pulang ke rumah, karena ia tahu. Lagi-lagi perengkaranlah yang akan terjadi. 

"Kiri, Bang." Wanita itu memberhentikan angkutan yang ia naiki tepat di sebuah warung kelontongan besar. Ana turun, lalu membayar ongkos dan kemudian berjalan ke arah warung itu.

"Mbak, beli pro**g satu strip," ujarnya pada penjaga warung. Begitu membayar obat, Ana berjalan sedikit jauh menuju kontrakannya. Sebaiknya ia pulang ke rumah orang tuanya terlebih dahulu, ingin menenangkan diri. Namun, jika ketiadaannya di rumah, nanti malah membuat Rangga semakin senang dan besar kepala. 

Ana memijat pelipisnya. Dengan napas dan langkah berat. Ana berjalan membuka gerbang besar kontrakan. Sudah ada ibu-ibu tetangga berkumpul sambil tertawa lebar. 

"Baru pulang, Mbak? Itu suami gantengnya udah pulang dari tadi," ujar Mbak Endang sambil menimang kucing kesayangannya.

"Eh, iya Mbak. Main ke rumah mama barusan," jawabnya berbohong. Ana mengangguk pamit, sembari menarik garis tipis bibirnya. Langkahnya kian berat, saat tepat berada di teras. Suara guyuran air terdengar dari dalam kamar mandinya. 

Lekas Ana berjalan, lalu masuk ke dalam kamar untuk memeriksa ponsel suaminya yang masih berada di dalam tas. Ana membuka kunci layar dengan tanggal dan bulan pernikahan mereka. Betapa kagetnya ia, saat ponsel itu tak terbuka. Ana mengulangnya hingga tiga kali. Namun, tetap saja tidak bisa. Pin ponsel sudah diganti oleh suaminya.

Tiba-tiba, muncul ide di kepalanya untuk menyembunyikan ponsel suaminya. Terlebih dahulu ia mematikan ponsel itu dengan mencabut baterainya. Ya, ponsel suaminya memang tipe android lama, sehingga masih bisa dilepas baterainya. Ana menyembunyikan dengan cepat ponsel itu di dalam lemari. Tepatnya di lipatan tumpukan sarung bantal. Ana memasukkan ke dalamnya.

Dengan kaki dan dada berdebar. Ana kembali keluar rumah, berpura-pura menyapu rumah. Angga keluar dari kamar mandi, dan terlonjak kaget, saat mendapati istrinya tengah menyapu dapur.

"Kapan kamu pulang? Dari mana?" tanya Rangga sambil lewat. Ana tak menyahut, ia sibuk dengan sapunya. Sekalian berjaga-jaga, jika dia ditampar oleh suaminya, maka ia punya senjata sapu untuk membalasnya. Lelaki itu menatap Ana yang tak menyahut, lalu ia memakai celana boxer dan kaus dalam.

"Ana! Mulut kamu gak bisa jawab? Bisu beneran baru tahu rasa!" umpat Rangga pada istrinya. Ana masih menahan amarahnya. Ia hanya bisa meluapkan kekesalannya pada gagang sapu yang kini ia remas kuat.

"Udah kenyang jalan-jalan reuninya? Oleh-olehnya mana?" Ana membuka telapak tangannya, dan mendekatkannya pada wajah Rangga.

"Aku gak beli oleh-oleh. Cape!" sahut Rangga sedikit salah tingkah.

"Oh, ya sudah!" jawab Ana pendek. Wanita itu kembali meneruskan kegiatan menyapunya sampai seluruh ruangan bersih.

"Loh, ponselku mana? Anaa! Ana!" Rangga panik meneriaki istrinya.

"Apa?!" tanya Ana ketus, menghampiri suaminya di kamar.

"Mulut kamu songong banget sekarang!" Rangga menekan bibir istrinya dengan kuat, bahkan lelaki itu mendorongnya hingga tubuh Ana terhuyung ke belakang.

"Jangan kasar dong! Mas cari apa? Cari Dini? Dini di rumahnya."

"Ngomong apa kamu? Aku cari HP!" 

"Mana kutahu. Aku saja baru sampai, dan dua hari aku tak bisa menghubungimu."

"Pasti kamu yang ambil! Ngaku gak!" bentak Rangga pada istrinya.

"Lepas! Aku gak tahu di mana ponselmu, Mas!" Ana mencoba melepas cekalan tangan Rangga yang sangat kuat pada lengannya. Namun tidak bisa. Lelaki itu marah, lalu mengobrak-abrik isi lemari. Ana menelan ludah, ia takut ponsel yang ia sembunyikan ketahuan oleh suaminya.

"Mana? Gak ada kan? Lagian, kenapa sih takut sekali ponselnya hilang? takut gak bisa memadu kasih dengan Dini? Bukannya dia lebih tua dari kamu, Mas. Dia saja di atasku empat tahun. Wah, aku gak sangka suamiku suka sama wanita uzur!"

Plaak!

Plaak!

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Husband' S Secret   49. Ekstra part (Ending)

    Petaka Suami Tampan 49 (Ekstra part) Rangga sedang berada di sebuah rumah sakit di daerah Jakarta timur. Ika menemukannya saat lelaki itu tengah mengais sampah di dekat toko tempat Ika bekerja saat ini. Awalnya wanita itu tak percaya bahwa lelaki gelandangan di depannya adalah Rangga. Tubuh gelandangan itu bagaikan tengkorak hidup dan begitu mengerikan. Saat wanita itu tanpa sengaja menggumam namanya, maka lelaki itu pun menoleh. Ika dan Rangga adalah dua orang yang sama-sama bersalah di masa lalu, dan kehidupan yang saat ini mereka jalani akibat dari perbuatan mereka terdahulu. Bersukurlah Rangga, bahwa wanita yang baru dikenalnya sekejap mau menolongnya dan mengurusnya. Ika juga membawa Rangga ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa. Tak banyak yang keluar dari mulut Rangga, selain ucapan terima kasih dan permintaan maaf. Ika pun tak menyahut apapun

  • My Husband' S Secret   48. Hore, Menikah!

    21Jay tak bisa untuk tidak memperhatikan gerak-gerik Ana, setelah mereka sampai di rumah. Ditambah lagi dengan semua cerita yang baru saja didongengkan oleh apak. Lelaki itu tak ingin percaya dengan semua yang terjadi selama ia tak ada di sini. Mulai dari keberanian Ana mengunjungi Rangga dan Tante Hepi di Jakarta, hingga berakhir dengan warisan yang didapat oleh.Jay juga sempat tak percaya, bahwa Ana jugalah yang telah membayar ganti rugi sebesar satu milyar pada keluarga Darto. Namun, setelah semua pemaparan yang diberikan oleh apak yang masuk akal, baru Jay percaya.Tak ada yang berubah pada penampilan wanita yang sedari tadi bolak-balik di depannya sambil membantu mimih. Takkan ada yang tahu, jika ia pemilik dua show room mobil dan sebuah rumah mewah, serta beberapa petak kontrakan. Jika melihat daster lusuh yang ia pakai, tentu orang takkan percaya jika di rekeningnya saat ini ada milyaran rupiah.J

  • My Husband' S Secret   47. Jadi, kapan kita akan menikah?

    Hari ini Jay keluar dari penjara, setelah melewati urusan persidangan yang sangat panjang dan menegangkan. Untunglah lelaki itu diputuskan tidak bersalah atas pembunuhan tidak disengaja olehnya terhadap Darto. Hakim pun membuat putusan bahwa Jay bebas dari segala tuntutan dan wajib membayar ganti rugi pada keluarga Darto sebesar satu milyar rupiah. Lelaki itu sempat kaget dan menolak putusan. Darimana ia harus membayar uang segitu banyak pada keluarga Darto. Bekerja saja tidak, orang tua tidak ada, ia pun bahkan tak tahu setelah keluar dari penjara nanti ia mau ke mana dan bagaimana.Tanpa sepengetahuan lelaki itu, Ana sudah membayarkan uang ganti rugi pada keluarga Darto yang terlihat sangat peduli dengan uang. Tas yang diberikan Ana berisi uang satu milyar, mereka berbebut untuk memegangnya. Disaksikan oleh pihak pengadilan, beberapa anggota kepolisian, dan juga aparat lingkungan setempat tinggal Darto pun ikut menyaksikan dan ikut

  • My Husband' S Secret   46. Warisan

    Petaka Suami Tampan 46 (Ending) Hari ini, Ana pergi ke Jakarta ditemani oleh apak dan juga mimih. Tim kuasa hukum Tante Hepi yang meyakinkan padanya, bahwa semua akan baik-baik saja saat di sana nanti. Pesan yang disampaikan almarhum pada pengacaranya sebelum wafat adalah menghadirkan anak sambungnya yang bernama Mariana Pramesti. Mereka bahkan dijemput oleh Mang Udin dengan mobil pribadi Tante Hepi. Ana tak banyak bicara sepanjang perjalanan dan Bandung menuju Jakarta. Di kepalanya saat ini berputar memori ketika ia menjadi anak sambung dari wanita yang menjadi pelakor dalam rumah tangganya. Wanita itu sebenarnya baik, ketika ayahnya masih berstatus suaminya. Namun saat ayahnya tiada, wanita itu berubah jahat dan benar-benar berkelakuan layaknya ibu tiri yang kejam. Ana ingat di mana saat Tante Hepi mengusirnya, saat baru saja kelulusan sekolah SMA. Masih mengenakan seragam putih abu, ia dikembalikan pa

  • My Husband' S Secret   45. Tamu dari Jakarta

    Ana terbangun lebih dulu dari mimih dan apak. Ia bangun dengan perlahan dari ranjang dan langsung menuju kamar mandi untuk melaksanakan dua rakaat sebelum azan subuh. Suara gemericik air dan derit pintu yang ia geser menutup dan terbuka, sangat hati-hati ia lakukan agar tak menimbulkan suasana bising dalam rumah. Setelah salat sunnah, sambil menunggu azan Subuh, Ana menyempatkan diri untuk mengaji dua lembar ayat suci alqur’an. Tak lupa ia buksa sedikit jendela, agar hawa dingin dan sejuk di luar sana mengisi udara kamarnya.Begitu selesai melakukan ibadah Subuh, Ana pun bergegas ke dapur untuk memasak nasi. Sambil menunggu nasi matang, Ana menyapu rumah mulai dari kamarnya, dapur, ruang tengah, dan yang terakhir ruang tamu. Mimih dan apak masih belum membuka pintu kamar, sepertinya kedua orang tua itu terlelap sangat nyenyak.Krek!Ana menoleh ke asal suara derit pintu yang bergeser. Mimih baru saja keluar dari kamar,

  • My Husband' S Secret   44. Tante Hepi Meninggal

    “Halo, assalamualaykum. Iya betul, saya Udin. Ini siapa ya?”“Kami dari rumah sakit XXX, mau memberitahukan bahwa Ibu Hepi Astuti baru saja meninggal dunia, lima belas menit yang lalu.”“Innalillahi wa innaa ilaihi rooji’un.” Ana tersentak saat bibir Mang Udin mengucapkan doa bagi orang yang meninggal dunia.Ana menatap pias wajah lelaki setengah baya yang kini sudah terduduk lemas di kursi teras. Ia tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun, tetapi Ana sangat tahu apa yang terjadi pada kabar dari seberang sana. “A-apakah b-benar Tante Hepi yang ….” dan dengan leher yang amat lunglai, Mang Udin mengangguk.Mereka bertiga menuju rumah sakit, menggunakan mobil sedan mewah milik Tante Hepi. Mang Udin yang terbiasa mengendarainya sudah tak canggung lagi. Lelaki itu tak banyak bicara, ia hanya fokus pada jalanan yang kami lewati saat ini.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status