'Pada akhirnya aku melepaskan cinta yang membuatku sekarat. Terkadang aku merasa kasian dengan diriku sendiri. Harus berjuang dengan sekuat tenaga untuk membuat suamiku hanya mencintai diriku saja tapi hatinya tetap serakah.' __Yasmin.POV Yasmin.Mas Bagas terlihat geram. Pria itu menampakan seringainya hingga aku yang menyaksikannya bergidik ngeri. Reza sepertinya tidak pantang menyerah untuk menarik perhatian Mas Bagas. Bahkan agar dirinyalah yang hanya bertahta di dalam hati Mas Bagas wanita itu rela melakukan segala cara.Berpakaian seksi dengan dandanan yang menggoda. Membuat Mas Bagas marah besar. Harusnya seorang istri itu mampu menjaga kehormatannya. Tapi Reza kali ini benar-benar keterlaluan. Mungkin macam itulah wanita kota. Penuh kebebasan tidak seperti aku yang terikat dengan banyak aturan yang mendarah daging.Reza berjalan ce
Aku tidak jahat, hanya saja aku tidak ingin menyakiti diriku lebih parah lagi.' ___ Yasmin.POV Yasmin.Ibu menangis tergugu. Namun aku yakin pada akhirnya ia akan menerima segala keputusanku."Kalau ibu mau tinggal bersamaku, aku ngak keberatan. Tapi kalau ibu mau tinggal sama mas Bagas juga tidak apa-apa. Tapi aku cuma mau meminta sebagian dari penjualan rumah itu menjadi milikku, karena ibu juga tahu sendiri kan, yang membangun rumah ibu hingga sedemikian rupa itu adalah Aku," ucapku penuh penekanan. Menatap pada wanita yang duduk di tepi ranjang dengan wajah sembab.Ibu menatap lurus dengan tatapan kosong, Sebelum ia menjawab pertanyaanku. "Yas, jangan jual rumah itu Yas, itu adalah harta satu-satunya yang almarhum bapaknya Bagas tinggalkan untuk ibu," lirih sesaat melihat kepadaku.
'Pada akhirnya saat kamu telah kehilangan segalanya, saat itulah kamu baru menyadari nikmatnya sesuatu yang pernah engkau miliki. Karena seorang ibu tidak akan pernah terganti sekalipun kau sandingkan dengan bidadari.'____ Mas Bagas.POV BAGAS.Kehidupanku dan Reza kembali normal, tapi tidak dengan hatiku. Bayangan Yasmin masih jelas terekam dalam otakku begitu juga dengan ibu dan Aska. Hampir dua bulan setelah kejadian itu aku tak pernah kembali pulang ke Purwodadi. Bahkan ibu kandungku pun seolah sudah melupakan jika memiliki anak sepertiku. Seburuk itukah aku?Reza masih sama, tetap manja dan juga egois sifatnya sama sekali tidak berkurang sedikitpun. Harusnya dia bisa belajar dari Yasmin untuk menjadi seorang istri yang baik. Namun, sepertinya sifat itu sudah mendarah daging pada dirinya.Pagi itu aku sudah menyiapkan sara
Lebih baik aku tidak bertemu denganmu lagi, karena semakin aku melihatmu aku tidak bisa mengendalikan cinta yang terus mengikutiku. ___ Mas Bagas.POV BAGAS.Aku berjalan' gontai meninggalkan rumahku, bukan rumahku, tepatnya mantan rumahku. Ibu telah melakukan perjanjian untuk tidak menerima kehadiranku di rumah ini. Mungkin saat ini gadis itu begitu sangat membenciku.Ah, Yasmin kamu benar-benar membuatku gila. Sekuat aku menghapus bayangan'mu justru dirimulah yang terus memenuhi otakku.Kalau boleh aku memakimu, rasanya aku ingin menghujamimu dengan umpatan, setelah itu kamu pasti akan menangis dan Kemudian aku akan merengkuhmu dalam pelukanku hingga kamu tenang, sepertihalnya dulu.Aku sudah berhenti di ruko berlantai dua dengan
'Aku memeluk tubuhmu, tapi tidak hatimu dan itu sangat menyakinkanku.' ____ RezaPOV Reza."Bukan kah sudah aku bilangkan, jika pada akhirnya kamu yang akan mundur dari permainan ini," bisikku kepada Yasmin dengan nada kemenangan.Dapat kudengar gemelutuk suara giginya yang beradu dan kupastikan jika saat ini ia sedang menahan amarahnya kepadaku.Puas dan bahagia, Ternyata semudah ini membuat Yasmin meninggalkan mas Bagas dan sekarang hanya akulah satu-satunya istri Mas Bagas.Siapapun yang menghalangiku maka dia akan menerima balasannya. Sekalipun itu mas Bagas, mertuaku bahkan Yasmin, sama sekali tidak ada seujung kukuku."Bu, ini kamar ibu kalau butuh apa-apa panggil Reza aja y
'Harga diri seorang laki-laki itu adalah tanggung jawabnya. Jadi jangan pernah bilang wanita itu matre, karena pada dasarnya setiap manusia tidak akan pernah bisa hidup tanpa uang' __ Reza.POV Reza."Aduh, duh Bu Reza itu bibir kenapa di lipet terus. Pagi-pagi sudah naik daun saja," ledek Bu Tari yang baru datang dan meletakkan tas kerjanya di atas meja yang berada di sampingku.Aku tersenyum getir, bayangan hidup miskin dan masa depan buruk bergelayut dalam otakku. Sial, kenapa semuanya jadi seperti ini sih, batin ini masih terus meronta setiap mengingat Mas Bagas kini menjadi lelaki yang pengangguran."Oh, iya Bu. Ini ada titipan undangan kemarin pas ibu ngak masuk!" Bu tari menyodorkan sebuah undangan berwarna coklat, menampakkan wajah seorang gadis cantik nan ayu di halaman sampulnya dengan seorang pria, yang
'Laki-laki akan selalu bersikap manis sebelum ia mendapatkan apa yang ia inginkan, kemudian akan mencampakkan setelah ia merasa bosan.'____REZA"Maaf mbak, maaf!" ucapnya yang juga panik.Secepat kilat aku mengusap bekas tumpahan minuman itu dari gaunku. Aku bersungut-sungut, Namun tidak berani mengungkapnya. Tidak mungkin aku menunjukan amarahku di depan orang banyak seperti ini. Insiden ini saja sudah cukup menarik perhatian para tamu undangan apalagi ditambah jika aku marah-marah."Iya ngak apa-apa kok," ucapku terus mengelap pada noda merah di gaunku yang membekas lebar."Za, kamu Reza kan?" suara barito membuatku mendongak melihat ke arah pria yang baru saja menumpahkan minuman pada gaunku."Mas Panji?" Netraku membulat terkejut. Pria dengan iris biru itu menatapku dengan tersenyum lebar.
'Hal yang paling indah di dunia ini adalah jatuh cinta, di mana aku yang mencintaimu selalu menyebut namamu, dan kamu yang aku cintai akan selalu nampak baik di mataku.'__Reza._______ My husband your husband ______"Mas, bangun Mas udah siang nih!" Aku membangunkan Mas Bagas dengan volume suara sedikit meninggi. Berkali-kali aku mengoyangkan tubuh pria itu namun dia hanya mengeliat dengan mata terpejam."Mas, bangun sih udah siang nih. Hari ini waktunya bayar si Nining," rutukku kesal, aku terus menggoyangkan tubuh Mas Bagas yang tidur di depan sofa televisi.Namun, Mas Bagas masih tak kunjung bangun. Entah dia sedang berpura-pura atau memang masih mengantuk. Padahal aku sudah mengeraskan suaraku dan mengoyangkan tubuhnya cukup kuat."Mas, kamu denger ngak sih. Pokoknya hari ini