Home / Romansa / My Husband Your Husband / Mas Bagas Berubah

Share

Mas Bagas Berubah

Author: Ayu Kristin
last update Last Updated: 2021-06-13 19:23:09

 

 

Segara kuraih selembar nota pembayaran rumah sakit yang terjatuh sembarang. Kubuka lipatan secarik kertas yang jelas tertulis nama Yasmin yang terletak di ujung nota lengkap dengan tanda tangannya.

 

Di dalam nota itu hanya tertulis rincian biaya perawatan, tanpa nama pasien atau pun penyakit yang diderita. Hanya pada akhir nota tertulis nama Yasmin sebagai pelunas biaya tersebut. 

 

'Kenapa bukan nama Mas Bagas?' Apakah nota ini bukan milik Mas Bagas? Jika bukan kenapa nota ini ada di dalam saku baju Mas Bagas?' 

 

Benakku terus berfikir, namun aku mencoba berfikir sepositif mungkin. Aku tidak mau terjadi kesalahpahaman seperti halnya hari kemarin. 

 

Aku percaya Mas Bagas tidak akan pernah membohongiku. Karena yang aku tau pria itu sangat mencintaiku.

 

Segara kulanjutkan kembali aktifitasku mencuci pagi ini, kemudian lanjut beberes rumah dan disambung dengan aktifitas memasak. Sungguh pekerjaan rumah ini membuat seluruh tenagaku habis terkuras.

 

Malam telah menjelang, Mas Bagas yang sedari sore sudah pulang' memilih menghabiskan waktunya untuk tertidur pulas di kamar. Sepertinya pria bertubuh hitam manis itu kelelahan dengan pekerjaannya seharian berkeliling hutan dengan cuaca yang sangat terik hari ini.

 

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Aku segara menaikan tubuhku naik ke atas ranjang. Kulihat pria di sampingku itu masih dengan nafasnya yang teratur, sepertinya tidur Mas Bagas sangat pulas sekali. 

 

Kuusap lembut rahang kekarnya yang mulai ditumbuhi bulu-bulu halus, rasanya diriku sangat merindukan belaian pria yang kini sedang terlelap itu. Semenjak Mas Bagas pulang dari Purwodadi belum sempat sekalipun pria itu memberikanku nafkah batin. Padahal seharusnya saat ini ranjang kami sedang panas-panasnya sebagai pengantin baru.

 

"Arhg," Mas Bagas mengerang lembut. Pria itu mungkin kegelian dengan ulahku.

 

Aku masih terus menggodanya, memainkan bulu halus yang tumbuh di sekitar dada bidangnya. Melihatnya terus menggeliat membuatku semakin bernafsu untuk memainkannya.

 

"Apa sih Dek," suara Mas Bagas terdengar malas. Pria itu membuka netranya perlahan manatapku yang sedang berbaring di sampingnya.

 

"Mas capek, ya!" tanyaku manja. 

 

"He'um," Pria itu mencoba menyadarkan dirinya dari rasa kantuk yang terus menyerang.

 

"Adek mau apa?" tanya pria yang kini menarik tubuhku dalam pelukannya.

 

Aku diam tak bergeming, rasanya terlalu tabu jika aku harus mengungkapnya duluan. 

 

"Kamu rindu!" ucapnya dengan mengusap lembut setiap ujung rambutku.

 

Aku masih terdiam, membiarkan Mas Bagas mencerna sendiri kode yang aku berikan. Semenit, dua menit, lima menit, suasana justru semakin hening. Hanya terdengar suara nafas Mas Bagas yang kembali teratur.  

 

Kudongakkan wajahku menatap Mas Bagas yang sudah tertidur kembali. Membuatku merasa kesal dengan pria itu. Apakah dia tidak merindukanku?

 

Andaikan aku marah, rasanya begitu aneh. Hanya gara-gara soal rajang saja aku harus menuntut, pikirku.

 

Kutarik tubuhku dari pelukan Mas Bagas kasar kemudian membaringkan tubuhku memungunginya. Namun, tetap saja tidak ada respon sedikitpun dari pria itu. Apakah selelah itu pekerjaannya hingga membuatnya benar-benar tertidur pulas.

 

**___**

 

Aku masih berdiri di depan pantulan cermin kamar. Kulihat wajahku yang putih bersih berseri. Kuputar tubuhku yang mengenakan seragam kerja berkali-kali. Apakah aku sudah tidak menarik? Aku rasa aku masih cantik kok?

 

"Dek, ngapain?" Tanya Mas Bagas yang baru keluar dari kamar mandi. Membuatku tergeragap dan kembali duduk di kursi depan meja rias.

 

"Eh, engak kok Mas, Ini lagi nyobain seragam baru," sahutku malu.

 

"Oh ...," ucap pria bertubuh tegap yang sedang membuka lemari baju itu.

 

Melihat pantulan tumpukan baju baju di dalam lemari dari kaca riasku, aku kembali teringat dengan nota yang bertuliskan Yasmin kemarin. Segera kuraih nota itu dari dalam laci meja rias yang sengaja aku simpan. 

 

"Mas, kok adek nemuin ini di kantong baju Mas, ya? tanyaku pada Mas Bagas sambil menyodorkan secarik nota tersebut.

 

Pria itu segera meraih nota itu, terlihat wajahnya yang sedang memperhatikan deretan huruf yang berjajar rapi di dalamnya.

 

Pria itu menarik nafas dalam-dalam, kemudahan menghembuskannya dengan lembut. Seolah sedang berpikir keras.

 

"Oh, ini nota pembayaran rumah sakit ibu kemarin," sahut Mas Bagas yang kini menjatuhkan tatapannya padaku.

 

"Tapi kenapa di sini tertulis nama Yasmin? Bukan Mas Bagas? Terus Yasmin itu siapa?" Kuberondong Mas Bagas dengan semua pertanyaan yang telah berjejalan di benaku sambil terus menunjuk pada nama Yasmin yang terletak pada sudut nota.

 

"Sayang, Yasmin itu perempuan yang tinggal bersama ibu. Dia yang merawat ibu di Purwodadi. Kamu kan tau sendiri, sekarang ibu sudah sakit-sakitan. Bagaimana jika tiba-tiba jantung ibu kumat? Sementara Mas ngak bisa selalu berada di dekatnya," ucap Mas Bagas terlihat sedih. Pria itu memegang kedua bahuku dan menatapku lekat.

 

Aku menarik nafas dalam, rasanya dadaku sedikit sasak. Mengingat hubunganku dengan mertuaku yang sedang tidak begitu baik. 

 

"Mas, bagaimana kalau besok kita main ke tempat ibu? Bukankah aku sudah lama tidak berkunjung ke Purwodadi. Bahkan di acara pernikahan kita pun ibu tidak bisa datang," ucapku pada Mas Bagas yang terlihat gugup.

 

"Nanti kita fikirkan lagi ya Dek, Mas mau siap-siap dulu berangkat kerja!" ucap Mas Bagas datar.  Pria itu meninggalkanku setelah meraih baju kerjanya dari dalam lemari. 

 

*_*

 

"Cie cie, Bu Neti! Itu lehernya kanapa di tempel hansaplas?" ledek Bu tari pada wanita muda dengan leher jenjang di hadapannya yang terus memegang hansaplas dengan tersipu malu.

 

"Tuh, kalau main kaya Bu Reza dong, ngak berbekas tapi ngena," ledek Bu Tari padaku yang baru memasuki ruang staf guru.

 

Namun kali ini ucapan Bu Tari justru tak membuatku senang. Yang anda hanya membuat batinku terasa nyeri. Mengingat Mas Bagas hanya menyentuhku sekali saat malam pertama.

 

"Jiah do'i malah melamun aja!" cetus Bu Tari yang mengerakkan tangannya di hadapanku.

 

"Hehe, iya Bu kenapa?" tanyaku geragapan.

 

"Haduh, Bu Reza nih masih pengantin baru udah kaya emak emak banyak anak aja deh," ledek Bu Tari dengan tersenyum meninggalkanku di ruang staf. Sepertinya wanita dengan tubuh gemuk itu sedang ada jadwal pagi ini hingga membuatnya terlihat buru-buru.

 

"Ngak usah didengerin Bu, kaya ngak tau Bu Tari aja. Janda kesepian," seloroh Bu Neti dengan tersenyum padaku. Wanita yang terus memegangi lehernya itu berlalu meninggalkanku.

 

Pagi ini aku benar-benar sangat merindukan Mas Bagas. Tidak pernah sekalipun aku menghubungi pria itu duluan. Selalu dia yang terlebih dulu mengubungiku. Menanyakan kabarku, atau hal hal yang tidak penting lainnya. Bagiku pantang untuk menjatuhkan harga diriku di depan laki-laki, sekalipun itu adalah suamiku.

 

Namun, hari ini aku ingin sekali menghubungi pria itu. Kupaksakan diriku untuk menurunkan sedikit egoku. Segera kuraih ponsel dari dalam tasku. Kemudian menekan tombol hijau pada kontak yang bertuliskan my husband di ponselku.

 

Tut ... Tut ... Tut ... Nomor yang anda tuju sedang sibuk. 

 

Sahut suara operator pada ponsel yang telah kutempelkan dekat telingaku. Berkali-kali aku mencoba namun nomor Mas Bagas sama sekali tidak bisa aku hubungi.

 

Siang telah menjelang. Kuraih kembali benda pipih itu dari saku bajuku. Kuusap lembut pada layar ponsel. Namun, tidak ada satupun jejak panggilan Mas Bagas menghubungiku.

 

Rasa penasaranku semakin menggebu. Kembali kuhubungi Mas Bagas, berharap kali ini pria itu akan menjawab teleponku.

 

Tut ... Tut ... Tut ... Nomor telepon yang anda tuju sedang sibuk.

 

Kembali suara operator wanita itu yang menjawab panggilanku membuatku berdecak kesal.

 

"Bu Reza, Bu Reza, ada kabar penting," ucap pria yang menjatuhkan bokongnya kasar duduk di sampingku.

 

"Pak Aris, ada apa?" tanyaku pada pria yang masih mengatur nafasnya yang naik turun.

 

Pria itu diam sejenak, netranya melihat ke seluruh ruangan staf guru yang masih sepi. Hanya anda Pak Nardi yang sedang sibuk dengan laptopnya di sudut ruangan.

 

"Ada apa sih Pak?" tanyaku penasaran.

 

Stttt,

 

Pak Aris meletakan jari telunjuknya ke dekat bibirnya. Kemudian mendekatkan wajahnya sedikit ke arahku yang duduk di sampingnya.

 

"Bu Reza, tapi jangan marah ya. Tadi aku melihat suami ibu masuk ke hotel bersama seorang wanita," bisik pria itu sesaat membuat pandanganku terasa kabur dengan jantung berdebar kencang.

 

BERSAMBUNG ☺️

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Husband Your Husband   Sebuah Pelajaran

    POV author.15 tahun kemudianLangit masih saja sama. Mendung datang bergulung-gulung. Lelaki bertubuh tinggi besar itu mempercepat langkah kakinya menuju sebuah rumah sederhana. Kedua tangannya menutup bagian kepalanya agar rintik hujan tidak membahasi tubuhnya. Menurut mitos hujan pertama kali itu bikin sakit.Cekret!Suara derit pintu yang terbuka menandakan bahwa pintu itu sudah lama tidak diberi pelumas. Seseorang yang duduk pada bangku kursi goyang melihat ke arah kedatangan lelaki tampan berkulit sawo matang yang menenteng sebuah kantong plastik di tangannya."Aska!" suara serak itu menandakan bahwa kini usia lelaki yang duduk di kursi goyang itu sudah tidak lagi muda. Sebuah senyuman tersungging dari bibir lelaki tua itu saat melihat kedatangan Aska."Papa, maaf jika aku terlambat datang ke sini. Tadi hujan turun cukup deras, jadi aku memutuskan untuk tinggal di ka

  • My Husband Your Husband   Karma

    POV Reza"Apa? Bagaimana bisa?" Aku terhenyak saat salah satu karyawan tempatku karaoke melaporkan bahwa ada satu dari karyawanku yang membawa uang kantor."Bodoh!" hardikku kesal pada seorang karyawan yang mengadu kepadaku."Berapa juta uang yang dibawa oleh kariawan itu?" cetusku bersungut-sungut. Dadaku bergemuruh menahan amarah yang membuncah.Gadis muda yang tertunduk lesu di hadapanku itu tak bergeming. Sesekali ia melirik ke arahku dengan wajah' takut. "Sekitar seratus juta, Bu!" lirihnya seraya mengigit bibir bawahnya."Apa?" Seketika kedua bola mataku membulat penuh dan hampir lepas dari cangkangnya. "Seratus juta!" Kepalaku terasa berdenyut. Hampir saja tubuhku jatuh pingsan mendengar kerugian tempat karaoke yang baru saja aku rintis. Bagaimana bisa semua seperti ini."Bu Reza, Bu Reza!" Seseorang membantuku duduk pada bangku sofa saat aku hampir terjatuh. Dadaku

  • My Husband Your Husband   Janji Bagas

    POV Bagas"Apakah kamu yakin Yasmin akan menerima kamu kembali, Bagas?" suara renta itu terdengar meragukanku.Bayangan pantulan wanita yang berada di kursi roda itu dari cermin itu terus mengawasiku. Aku tak bergeming, melihat pantulan diriku pada cermin yang berada di depanku."Aku yakin Bu, Yasmin pasti akan kembali padaku!" sahutku sekilas menoleh ke balik punggung.Aku segera menyelesaikan persiapanku. Meskipun aku bisa melihat dengan jelas keraguan dari wajah Ibu."Bagas!" lirih Ibu saat aku menyambar kunci mobil yang berada di atas nakas.Wajah sendu itu mengawasiku yang berjalan menghampirinya. "Ada apa ibu?" tanyaku menjatuhkan tubuhku di depan kedua pangkuan ibu."Jangan terlalu mengharapkan Yasmin. Kini Yasmin sudah memiliki kehidupan sendiri. Berhentilah mencintainya, Bagas!"Sorot mata nanar itu menatap lekat padaku. Aku tersenyum k

  • My Husband Your Husband   Kembali Ke Rumah Rasyid

    POV Yasmin."Meskipun aku masih mencintai Mas Bagas. Tapi aku tidak mungkin meninggalkan Bang Rasyid. Karena bagaimanapun juga aku sudah berjanji pada diriku sendiri, apapun yang terjadi aku akan mempertahankan pernikahan ini sampai kapanpun," batinku."Tidak Bang! Aku sudah mengubur semua kenanganku bersama Mas Bagas," jawabku.Lelaki yang duduk di hadapanku tersenyum bahagia melihat padaku. Sorot matanya nanar namun penuh haru. Perlahan lelaki itu pun bangkit mendekatiku lalu menjatuhkan pelukannya pada tubuhku."Terimakasih, Yas! Terimakasih!" ucap Bang Rasyid menghujani wajahku dengan kecupan. Begitu juga dengan Aska yang berada di pangkuanku. Kami saling berpelukan penuh kasih sayang.Beberapa saat Bang Rasyid tenggelam dalam kesedihan dan rasa haru. Sementara aku, bayangan Mas Bagas sedikitpun tidak beranjak dari benakku meskipun kini Bang Rasyid berada di sampingku.

  • My Husband Your Husband   Uang Rasyid Hilang

    POV Rasyid.Semua sudah terjadi dan tidak mungkin kembali. Dari rekaman CCTV rumah aku bisa tau siapakah yang sudah mencuri hartaku. Dalam rekaman itu terlihat jelas sese"Lihat, sekarang kamu bisa melihat siapakah Reza sebenarnya kan?" cetusku pada Ratih yang duduk di sampingku.Gadis muda itu hanya terdiam, tidak mampu berucap apapun. Wajahnya pun seketika berubah pucat. Tergambar jelas penyesalan dari wajah gadis itu."Maaf Abang!" lirih Ratih. Sesaat kemudian terdengar isakan yang disertai dengan bahu yang bergerak naik turun. Meskipun wajahnya tertunduk, aku bisa melihat jika gadis itu kini sedang menangis."Coba saja kamu mau mendengar nasehat Abang dan Mbak Yasmin, pasti semua tidak akan terjadi seperti ini Ratih!" cetusku benar-benar sangat kecewa pada Ratih. Aku terduduk lesu, menatap iba pada Ratih.Gadis muda itu hanya terisak. Tidak seperti biasanya berani mela

  • My Husband Your Husband   Kemenangan Reza

    POV Reza."Baiklah! Jika kamu memang menolakku Mas. Tidak apa-apa, tapi setidaknya aku harus mengeruk habis semua harta-harta kamu hingga kamu jatuh miskin.""Kak Reza!"Ratih tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarku. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya memelukku dengan terisak membuatku tersadar dari lamunan."Ada apa Ratih?" tanyaku bersikap hangat kepada gadis bodoh yang mudah sekali untukku peralat.Beberapa saat Ratih terus menangis sesegukan. Ia menumpahkan semua beban yang berada di dalam dadanya. Tanpa aku tau apa yang sudah membuatnya menangis.Perlahan kulepaskan pelukan Ratih dari tubuhku. "Ada apa Ratih, katakanlah!" bujukku agar gadis itu berhenti menangis.Butiran bening dari dua bola mata itu justru semakin mengalir deras. Satu tangan Ratih menyodorkan sesuatu kepadaku."Astaga! Ratih!" sergahku terkejut saat meraih tespek berga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status