Share

Penyelidikan

Penulis: Ayu Kristin
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-13 19:41:18

Part sebelumnya.

 

Stttt,

 

Pak Aris meletakan jari telunjuknya ke dekat bibirnya. Kemudian mendekatkan wajahnya sedikit ke arah lku yang duduk di sampingnya.

 

"Bu Reza, tapi jangan marah ya. Tadi aku melihat suami ibu masuk ke hotel bersama seorang wanita," bisik pria itu sesaat membuat pandanganku terasa kabur dengan jantung berdebar.

 

Next part 5

 

 

 

Deg!

 

 

 

Benar, jantungku rasanya sedang berhenti mengalirkan darah keseluruh tubuhku. Pria itu menatapku dengan serius, sepertinya Pak Aris benar-benar dengan ucapannya. Segera kunormalkan pikiranku yang hampir limbung oleh cerita yang Pak Aris sampaikan. Namun tubuhku masih saja terasa bergetar.

 

"Apa Pak Aris yakin kalau itu adalah Mas Bagas?" tanyaku memastikan apa yang Pak Aris lihat adalah benar.

 

"Yakin lah Bu, mana mungkin aku lupa sama suami ibu. Kan nikahannya baru kemarin belum juga ada sebulan." Pria itu menarik tubuhnya sedikit menjauh dariku namun tetap dengan nada suara rendah.

 

Aku terdiam menatap lekat wajah Pak Aris yang kini sedang menatapku juga. Apa mungkin Mas Bagas sedang sibuk dengan wanita simpanannya hingga mengabaikan panggilanku.

 

"Bu Reza kok malah diem!" ucap Pak Aris Membuatku tergeragap.

 

"Pak, boleh minta alamat hotelnya ngak pak?"   pintaku pada Pak Aris yang terlihat gamang. Pria itu menautkan kedua alisnya seraya menatapku serius.

 

Rasanya amarah di dadaku bagaikan bara api yang siap melahap siapa saja. Apakah benar wanita yang bersama Mas Bagas itu adalah selingkuhannya. Jika memang benar itu selingkuhan Mas Bagas, tidak akan pernah aku biarkan pelakor itu bahagia karena sudah merebut suamiku.

 

"Bu, sudah ku kirim ya! Yang sabar ya bu, coba ibu selidiki dulu, siapa tau aku yang salah alamat," ujar Pak Aris meringis kemudian meninggalkanku.

 

"Terimakasih ya Pak," sahutku dengan senyum terpaksa menahan luka yang sedang menjalar.

 

**___**

 

Aku sudah menghidangkan masakan kesukaan Mas Bagas di atas meja makan. Sementara Pria itu masih sibuk membersihkan diri di kamar mandi yang berada di kamar. Namun, hampir setengah jam aku menunggu hingga kepulan asap putih yang mengudara dari masakan yang baru matang itu telah menghilang.

 

Aku beranjak dari dapur mencoba memastikan apakah Mas Bagas telah selesai mandi atau belum. Namun langkah kakiku seketika terhenti di depan pintu kamar.  Kudengar Mas Bagas sedang bercakap dengan seseorang di balik ponselnya.

 

"Iya, siap pokoknya," sahut Mas Bagas tanpa aku tau apa yang sedang di bicarakannya dengan seseorang di balik telepon itu.

 

"Baik, aku jemput besok pagi di hotel yang tadi kan?" 

 

Deg!

 

Hotel? jantungku benar benar berpacu lebih cepat. Amarahku semakin tersulut dengan ucapan Mas Bagas. Ternyata pak Aris memang tidak salah orang. Apakah semua ini rentetan dari siasat perselingkuhan Mas Bagas. Sesaat tubuhku terasa lemas tak berdaya antara ingin manangis atau marah.

 

"Baiklah, sampai jumpa besok pagi," sahut Mas Bagas mengakhiri panggilannya.

 

Aku yang mematung segera beranjak dari depan pintu kamar kembali ke meja makan sebelum Mas Bagas tau. Tidak lupa kuseka air mataku yang menggenang di sudut netra. Ternyata sesakit ini di selingkuhin, pantas saja Bu Iska memilih mengakhiri rumah tangganya. Batinku terasa sangat sakit' sekali.

 

"Hem ... Aromanya enak sekali," ucap Mas Bagas yang baru datang. Dihirupnya dalam-dalam aroma masakan yang sudah hampir tak tercium itu, ataukah saat ini Mas Bagas juga sedang berpura-pura untuk menyenangkanku.

 

Aku tidak ingin menampakan ekspresi apapun di depan Mas Bagas. Karena aku yakin pria itu sangat paham dengan perubahan gimik di wajahku dan aku takut jika Mas Bagas akan curiga.

 

"Makan yuk Mas, biar adek yang ambilin nasinya," kataku sambil mencentongkan nasi ke dalam piring.

 

"Mas mau yang itu Dek!" pinta Mas Bagas menujuk pada balado cumi yang terlihat begitu mengoda.

 

Segera kuambilkan balado cumi itu dan meletakkannya di atas nasi putih dalam piring Mas Bagas. Kemudian menyodorkan piring yang penuh lauk itu kepada Mas Bagas yang terlihat sudah tidak sabar.

 

"Loh, Adek ngak makan?" tanyanya padaku yang hanya duduk memandanginya.

 

"Eh, iya mas adek tadi sudah makan duluan," sahutku asal.

 

"Maafin Mas ya, tadi kelamaan ya mandinya." Pria itu sedikit bangkit dari tempat duduknya kemudian mengusap lembut rambutku.

 

Aku kira rumah tangga yang sudah kupersiapkan segalanya dengan matang tidak akan menemui kendala dan berjalan lancar. Tapi pada kenyataannya orang yang bertahun-tahun mencintai kita belum tentu mampu untuk setia.

 

******

 

Kulewati malam ini dengan sepi. Hujan yang turun sedari sore masih menyisakan rintik yang tak kunjung usai. Pria itu masih melingkarkan tangannya di atas perutku. Nafasnya terdengar teratur hingga berganti dengan dengkuran halus.

 

Aku masih terjaga, entah mengapa netraku masih engan terpejam. Benakku terus berkelana serasa tak percaya jika Mas Bagas  telah membagi cintainya. Apakah mungkin itu penyebabnya hingga ia tak pernah menyentuhku. Tapi sejak kapan ia berhubungan dengan wanita yang belum kuketahui identitasnya itu. Kenapa aku sama sekali tidak mengetahuinya.

 

Tak terasa butiran kristal itu jatuh perlahan di sudut netraku bersamaan dengan rasa sakit yang semakin menjalar ke ulu hati. Segala pikiran buruk memenuhi otakku, membuatku semakin ketakutan dengan apa yang akan terjadi esok hari.

 

"Sebentar, aku siap-siap dulu. Setengah jam lagi aku berangkat."

 

Kulihat pria yang duduk di tepi ranjang itu sedang berbicara dengan seseorang dari ponselnya. Netraku masih terasa berat, entah sejak kapan aku tertidur namun yang pasti saat ini cahaya mentari dengan bebas menembus pada dinding kaca kamarku yang telah  terbuka.

 

Mas Bagas meletakan ponselnya di atas naskas dan beranjak ke kamar mandi.

 

Dreg, Dreg, Dreg,

 

Jiwa detektifku seketika meronta mendengar  ponsel itu kembali bergetar. Sepertinya hanya sebuah pesan karena getaran yang ditimbulkannya tidak berkepanjangan.

 

Kuraih ponsel itu dan menyentuhnya lembut, namun kembali aku harus memasukkan kata sandi yang jelas aku tidak tau. Kutarik layar pada ponsel itu kebawah hingga nampak tulisan dari pesan yang baru saja masuk meskipun tidak sepenuhnya.

 

[Mas, kapan bisa datang]

 

Aku mengernyitkan dahi, sebuah pesan tanpa nama hanya deretan Nomor, membuatku samakin penasaran. Belum sempat aku memindahkan nomor itu ke ponselku, terdengar Mas Bagas yang menyudahi aktivitas membersihkan dirinya. Segera kukembalikan ponsel itu pada tempatnya dan aku segera meringkukan tubuhku di atas kasur dengan jantung yang masih terus berdebar dengan penasaran.

 

*****___*****

 

Aku masih terus mengikuti motor trail Mas Bagas, tapi kali ini aku tidak mengunakan motor maticku. Aku lebih memilih memesan ojek online untuk melakukan penyelidikanku agar Mas Bagas tidak tau jika sedang kuikuti.

 

Tepat di perempatan kota Bojonegoro, motor yang seharusnya mengambil arah kanan untuk menuju hutan, tapi justru berbelok ke arah kiri menuju kota Bojonegoro. Hatiku semakin bergemuruh, rasanya tidak sabar aku ingin menghajar pelakor yang telah merusak rumah tanggaku.

 

"Lebih cepat lagi, Pak," pintaku pada tukang mamang ojol agar menarik lebih kuat lagi gas motornya.

 

Karena banyakan tikungan di kota Bojonegoro hampir saja aku kehilangan jejak motor Mas Bagas.

 

"Berhenti Pak, berhenti," pintaku pada mamang ojol ketika melihat motor Mas Bagas telah memasuki halaman hotel. Sementara aku berhenti di kejauhan, mengawasinya.

 

Kulihat papan nama hotel yang terpampang jelas di depan bangunan berlantai tinggi itu. Nama itu sama persis dengan yang Pak Aris kirimkan padaku. Membuat dadaku semakin terasa sesak menyambut bayangan hal buruk yang akan datang padaku.

 

"Mbak, masih lama ngak? saya mau narik lagi nih," ucap mamang ojol itu kesal.

 

Hampir dua jam aku menunggu Mas Bagas, namun pria itu tak kunjung keluar dari dalam hotel.

 

'Apakah Mas Bagas sedang asyik bercumbu dengan wanita itu. Hingga sampai saat ini dia belum juga keluar.' pikiranku kian dipenuhi ketakutan dan hal-hal buruk.

 

"Mbak, mbak! Dih malah melamun," panggil mamang ojol membutku tergeragap.

 

"Eh iya pak maaf! bapak tunggu di sini sebentar ya pak, saya mau ngecek ke hotel sebentar," ucapku dengan suara bergetar dengan tubuh yang terasa linu namun aku harus memastikan perselingkuhan yang sedang Mas Bagas lakukan di dalam hotel itu.

 

Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Husband Your Husband   Sebuah Pelajaran

    POV author.15 tahun kemudianLangit masih saja sama. Mendung datang bergulung-gulung. Lelaki bertubuh tinggi besar itu mempercepat langkah kakinya menuju sebuah rumah sederhana. Kedua tangannya menutup bagian kepalanya agar rintik hujan tidak membahasi tubuhnya. Menurut mitos hujan pertama kali itu bikin sakit.Cekret!Suara derit pintu yang terbuka menandakan bahwa pintu itu sudah lama tidak diberi pelumas. Seseorang yang duduk pada bangku kursi goyang melihat ke arah kedatangan lelaki tampan berkulit sawo matang yang menenteng sebuah kantong plastik di tangannya."Aska!" suara serak itu menandakan bahwa kini usia lelaki yang duduk di kursi goyang itu sudah tidak lagi muda. Sebuah senyuman tersungging dari bibir lelaki tua itu saat melihat kedatangan Aska."Papa, maaf jika aku terlambat datang ke sini. Tadi hujan turun cukup deras, jadi aku memutuskan untuk tinggal di ka

  • My Husband Your Husband   Karma

    POV Reza"Apa? Bagaimana bisa?" Aku terhenyak saat salah satu karyawan tempatku karaoke melaporkan bahwa ada satu dari karyawanku yang membawa uang kantor."Bodoh!" hardikku kesal pada seorang karyawan yang mengadu kepadaku."Berapa juta uang yang dibawa oleh kariawan itu?" cetusku bersungut-sungut. Dadaku bergemuruh menahan amarah yang membuncah.Gadis muda yang tertunduk lesu di hadapanku itu tak bergeming. Sesekali ia melirik ke arahku dengan wajah' takut. "Sekitar seratus juta, Bu!" lirihnya seraya mengigit bibir bawahnya."Apa?" Seketika kedua bola mataku membulat penuh dan hampir lepas dari cangkangnya. "Seratus juta!" Kepalaku terasa berdenyut. Hampir saja tubuhku jatuh pingsan mendengar kerugian tempat karaoke yang baru saja aku rintis. Bagaimana bisa semua seperti ini."Bu Reza, Bu Reza!" Seseorang membantuku duduk pada bangku sofa saat aku hampir terjatuh. Dadaku

  • My Husband Your Husband   Janji Bagas

    POV Bagas"Apakah kamu yakin Yasmin akan menerima kamu kembali, Bagas?" suara renta itu terdengar meragukanku.Bayangan pantulan wanita yang berada di kursi roda itu dari cermin itu terus mengawasiku. Aku tak bergeming, melihat pantulan diriku pada cermin yang berada di depanku."Aku yakin Bu, Yasmin pasti akan kembali padaku!" sahutku sekilas menoleh ke balik punggung.Aku segera menyelesaikan persiapanku. Meskipun aku bisa melihat dengan jelas keraguan dari wajah Ibu."Bagas!" lirih Ibu saat aku menyambar kunci mobil yang berada di atas nakas.Wajah sendu itu mengawasiku yang berjalan menghampirinya. "Ada apa ibu?" tanyaku menjatuhkan tubuhku di depan kedua pangkuan ibu."Jangan terlalu mengharapkan Yasmin. Kini Yasmin sudah memiliki kehidupan sendiri. Berhentilah mencintainya, Bagas!"Sorot mata nanar itu menatap lekat padaku. Aku tersenyum k

  • My Husband Your Husband   Kembali Ke Rumah Rasyid

    POV Yasmin."Meskipun aku masih mencintai Mas Bagas. Tapi aku tidak mungkin meninggalkan Bang Rasyid. Karena bagaimanapun juga aku sudah berjanji pada diriku sendiri, apapun yang terjadi aku akan mempertahankan pernikahan ini sampai kapanpun," batinku."Tidak Bang! Aku sudah mengubur semua kenanganku bersama Mas Bagas," jawabku.Lelaki yang duduk di hadapanku tersenyum bahagia melihat padaku. Sorot matanya nanar namun penuh haru. Perlahan lelaki itu pun bangkit mendekatiku lalu menjatuhkan pelukannya pada tubuhku."Terimakasih, Yas! Terimakasih!" ucap Bang Rasyid menghujani wajahku dengan kecupan. Begitu juga dengan Aska yang berada di pangkuanku. Kami saling berpelukan penuh kasih sayang.Beberapa saat Bang Rasyid tenggelam dalam kesedihan dan rasa haru. Sementara aku, bayangan Mas Bagas sedikitpun tidak beranjak dari benakku meskipun kini Bang Rasyid berada di sampingku.

  • My Husband Your Husband   Uang Rasyid Hilang

    POV Rasyid.Semua sudah terjadi dan tidak mungkin kembali. Dari rekaman CCTV rumah aku bisa tau siapakah yang sudah mencuri hartaku. Dalam rekaman itu terlihat jelas sese"Lihat, sekarang kamu bisa melihat siapakah Reza sebenarnya kan?" cetusku pada Ratih yang duduk di sampingku.Gadis muda itu hanya terdiam, tidak mampu berucap apapun. Wajahnya pun seketika berubah pucat. Tergambar jelas penyesalan dari wajah gadis itu."Maaf Abang!" lirih Ratih. Sesaat kemudian terdengar isakan yang disertai dengan bahu yang bergerak naik turun. Meskipun wajahnya tertunduk, aku bisa melihat jika gadis itu kini sedang menangis."Coba saja kamu mau mendengar nasehat Abang dan Mbak Yasmin, pasti semua tidak akan terjadi seperti ini Ratih!" cetusku benar-benar sangat kecewa pada Ratih. Aku terduduk lesu, menatap iba pada Ratih.Gadis muda itu hanya terisak. Tidak seperti biasanya berani mela

  • My Husband Your Husband   Kemenangan Reza

    POV Reza."Baiklah! Jika kamu memang menolakku Mas. Tidak apa-apa, tapi setidaknya aku harus mengeruk habis semua harta-harta kamu hingga kamu jatuh miskin.""Kak Reza!"Ratih tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarku. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya memelukku dengan terisak membuatku tersadar dari lamunan."Ada apa Ratih?" tanyaku bersikap hangat kepada gadis bodoh yang mudah sekali untukku peralat.Beberapa saat Ratih terus menangis sesegukan. Ia menumpahkan semua beban yang berada di dalam dadanya. Tanpa aku tau apa yang sudah membuatnya menangis.Perlahan kulepaskan pelukan Ratih dari tubuhku. "Ada apa Ratih, katakanlah!" bujukku agar gadis itu berhenti menangis.Butiran bening dari dua bola mata itu justru semakin mengalir deras. Satu tangan Ratih menyodorkan sesuatu kepadaku."Astaga! Ratih!" sergahku terkejut saat meraih tespek berga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status