Share

Meet Reina.

Penulis: Oot
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-08 16:12:47

Pertemuan kedua Chalondra dengan sang sugar daddy mengubah hidupnya seratus delapan puluh derajat. Dia seakan mendapat asupan energi seratus kali lipat yang membuat dirinya kembali bersemangat. Padahal sebulan terkahir dia persis mayat hidup yang seakan mati segan hidup tak mau.

Malam itu mereka tidur bersama untuk yang kedua kalinya. Gadis itu memang sudah ijin ke ibunya akan menginap di rumah sahabatnya, Heidy. Ibunya sama sekali tidak khawatir karena Heidy juga lumayan dekat dengan keluarga mereka.

Chalondra diantar Dominic ke rumah Heidy tepat jam lima pagi, seperti bulan yang lalu. Mereka melewati malam yang sangat panjang. Bertukar cerita untuk saling mengenal satu sama lain. Sesekali berciuman panjang dan saling menggoda dengan sentuhan-sentuhan yang intim. Tentu saja masih dalam batas yang wajar.

"Jadi fix ya, Rabu malam, dan Sabtu malam. Saya akan kabari tempatnya..." Dominic mengingatkan kembali kesepakatan mereka sebelum Chalondra turun dari mobil mahal om-om tersebut. 

"Iya, Dad. Daddy udah ulangin sepuluh kali loh..."

"Ini Minggu ya? Apa kamu nggak bisa sama saya seharian ini?"

"Daddd, aku udah ada janji sama mama. Aku juga masih pengen sama Daddy kok. Tapi nanti berabe kalau aku nggak pulang."

Dominic menarik tangan Chalondra yang tersampir di atas paha gadis itu. Menggenggam jemari ramping itu dan membawanya ke bibir. Meskipun semalaman dia sudah melakukannya, rasanya masih belum cukup.

"Saya bakalan kangen sama kamu. Saya nggak yakin bisa kuat nunggu hari Rabu."

Chalondra terkikik pelan. Lalu dia pun melakukan hal yang sama di punggung tangan kekar Dominic. Melabuhkan ciuman lembut dan hangat di sana.

"Harus kuat, Dad... biar pas hari Rabu enak kangen-kangenannya."

"Baiklah. Jaga kesehatan kamu. Jangan pernah telat balas pesan saya. Saya orangnya tidak sabaran."

Chalondra mengangguk. 

"Ya sudah, turunlah..."

Chalondra merentangkan tangannya minta dipeluk. Dominic pun mendekapnya dengan erat. Mencium puncak kepalanya dengan cukup lama. Kemudian beralih pada bibir ranumnya lagi. 

"Saya nggak pernah cukup dengan bibir kamu, Chalondra...."

"Aku juga, Dad. Daddy harus bertanggungjawab karena udah ngenalin aku sama yang beginian."

Dominic tersenyum. "Iya, sebagai bentuk tanggungjawabnya, saya akan kasih terus sampai kamu puas."

"Ah, udah Dad! Aku turun sekarang!" soalnya gombalan Dominic tidak akan ada habisnya.

"Cha, saya masih belum ikhlas pisah dengan kamu."

"Daaaaaaddd, tadi juga kayak gini deh sebelum berangkat." 

Padahal mereka sudah membahas ini tadi. Dominic sangat sulit melepas tubuh Chalondra dari pelukannya.

"Iya, mau gimana lagi. Habisnya udah candu sama kamu..." wajah Dominic melesu. Dia memang sedang tidak bisa mengontrol dirinya. Setelah bertahun-tahun tidak merasakan getaran-getaran cinta dengan lawan jenis, Dominic menjadi seperti anak ABG sekarang. Berbunga-bunga, meledak-ledak. Tidak ingin berpisah. Ahh, persis seperti anak remaja. Padahal usianya sudah tiga puluh delapan tahun.

Chalondra sendiri pun sebenarnya tidak mudah ingin berpisah. Hal ini adalah hal baru baginya dan dia masih belum terbiasa untuk mengontrol diri. Ingin selalu berada di dekat Dominic adalah keinginannya. Namun dia kembali mengingat bahwa hubungan mereka adalah sebuah rahasia. Banyak pihak yang harus dijaga, terutama keluarga mereka. Mau tidak mau, mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan.

Chalondra mencium pipi Dom cukup lama. Lalu tanpa berlama-lama lagi, dia langsung turun. Mencegah Dom akan menahannya lagi.

"Dah Daddy, hati-hati." Dia melambaikan tangan dari luar sambil tersenyum pada Dominic yang masih cemberut.

*****

Heidy menyambut kedatangan Chalondra di ambang pintu dengan tangan yang dipeluk di dada. Ini adalah kedua kalinya Chalondra berbohong pada orangtuanya dengan alasan menginap di rumahnya. Kemarin Chalondra tidak mau jujur dengan siapa dia melewati malam. Namun pagi ini, sahabat karibnya itu tidak akan membiarkan Chalondra menghindar lagi.

"Dia sugar daddy-ku, Dy..."

Kedua mata Haidy seketika membesar. Akhirnya Chalondra jujur tentang pria yang mengantarnya barusan. Tapi tidak salah dengarkah dia?? Sugar Daddyy???!!

"Serius kamu! Sugar Daddy?!"

"Ssstttttt. Pelanin suaramu, Dy! Nanti om tante dengar." Ini masih pagi, jam enam. Rumah Heidy masih sepi. 

"Gilaaaa... kamu peliharaan om-om? Kok bisa?? Apa yang ada di otak kamu ini??"

Chalondra sudah bisa menebak reaksi yang akan dia dapat dari Heidy. Siapa pun pasti akan terkejut dan shock mendengar hubungan terlarangnya dengan Dominic. Heidy saja sudah sebegininya, bagaimana orangtuanya nanti? Bisa di sate dia.

"Enggak kok, Dy. Aku masih waras. Tapi aku nyaman sama dia..." kemudian Chalondra pun menceritakan semuanya dengan detail kepada Heidy. Awal pertemuannya dengan Dominic hingga mereka kembali bertemu tadi malam.

"Tapi kamu tau kan ini salah?? Dia sudah menikah, Cha!!" jelas sekali Heidy khawatir mendengar Dominic adalah suami orang. Chalondra berpotensi menjadi seorang pelakor. 

"Iya, aku tau. Makanya kita juga sembunyi-sembunyi ini, Dy."

Heidy tampak tidak bisa mengontrol emosinya. Dia ingin marah, tapi dia mengenal Chalondra sejak masih pakai popok. Temannya itu belum pernah jatuh cinta. Heidy tau, banyak pria yang mengidolakan dia, tapi tak satu pun yang mampu membuat Cha luluh. Kenapa harus om-om bernama Dominic itu yang bisa? Heidy cukup frustasi.

Mereka sempat diam lima menit lamanya untuk saling menenangkan diri.

"Jadi kalian resmi punya hubungan gelap?" Heidy kembali bersuara. Dijawab dengan anggukan oleh Chalondra.

"Hhmmhhh..." Heidy menarik napas kasar. "Aku nggak akan bisa larang kamu juga kan, Cha? Dan kita juga seumuran. Aku nggak jauh lebih tua dari kamu untuk jadi lebih bijaksana. Tapi aku hanya mau berpesan, hati-hati. Tolong tau batasan kalian. Karena kamu sudah pasti paham akibatnya kalau orangtua kamu tau ini."

Chalondra tidak mengangguk. Dia hanya memeluk Heidy pertanda dia sangat berterimakasih akan pengertian dan nasehat yang diberikan sahabatnya itu.

"Makasih, Dy..." ujarnya.

"Hmmm... aku tau kamu belum pernah jatuh cinta. Makanya aku heran, sekalinya jatuh cinta, kenapa sama laki-laki beristri. Aku harap kalian berdua hati-hati dan selalu berpikir dengan matang kalau mau melakukan hal apa pun."

Kali ini Chalondra mengangguk di rangkulan Heidy. Dia pun berharap demikian. Entahlah... setelah mendapat nasihat dari Heidy, mata hati Chalondra seakan baru terbuka. Kini dia sudah terjebak dalam hubungan tidak wajar dengan Dominic. Pria dewasa dengan sejuta pesona itu berhasil membuatnya menandatangani kesepakatan antara sugar daddy dan sugar baby.

"Sepuluh juta?" Chalondra kembali mengingat isi perjanjiannya dan Dominic tadi malam. Dominic mengatakan akan memberi bayaran setiap kali mereka bertemu. Sepuluh juta adalah angka yang dirasa Dom cukup untuk uang jajan Chalondra dalam sehari. Ingat kan dia anak konglomerat? 

"Kenapa? Kurang banyak?"

"Daaaad... nggak perlu kayak gini. Aku mau jadi teman dekat Daddy bukan untuk uang. Kemarin kan Daddy janji mau kabulkan apa aja yang aku minta dan aku nggak ada rencana minta uang. Tapi aku pun nggak akan bilang sekarang aku mau apa. Nanti saja pas kita udah ketemu."

Pembicaraan mereka kembali terulang di benak Chalondra yang kini sudah memejamkan kedua matanya. Sebelum supir pribadi ayahnya menjemput jam tujuh, dia ingin beristirahat sebentar. Bersama Dominic membuatnya minim tidur. Sayang sekali melewatkan jam dengan tidur sementara ada orang yang ingin dia peluk seharian di sana. Mereka lembur dengan membicarakan banyak hal, termasuk tentang keluarga masing-masing.

Saat Chalondra terlelap, Heidy menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia nelangsa sendiri. Belum habis rasa terkejutnya mengetahui fakta baru yang diceritakan sahabatnya itu. Sungguh tidak terbayangkan. Chalondra yang polos, lugu, bertemu dengan om-om yang sudah sangat berpengalaman di kasur. 

Iya, tadi Chalondra juga cerita tentang masa lalu Dominic yang sering gonta-ganti pacar dan suka tidur dengan perempuan. Heidy masih belum bisa menahan diri untuk tidak geram. Chalondra dengan lugunya tidak menjadikan hal tersebut sebagai bahan pertimbangan. Bagaimana kalau semisal dia ada penyakit dan sebagainya?

Heidy terlebih tidak akan siap membayangkan apa yang terjadi jika Om Chris dan Tante Amber tau. Bisa-bisa Chalondra ini akan dikurung di kamar selamanya. Pasalnya saat Chalondra menolak adanya pengawal kalau dia ke mana-mana, Chris dan Amber membuat perjanjian. Chalondra tidak boleh pacaran dulu. Kalau ketahuan, semua kebebasan gadis kecil itu akan direnggut paksa oleh orangtua mereka.

Yang lebih membuat khawatir adalah, Dominic itu masih punya istri sah. Apa yang akan terjadi semisal istri Dom tau tentang Chalondra? Mana ada istri yang rela suaminya punya simpanan, daun muda lagi. Okelah si istrinya itu selingkuh juga. Tapi kalau dia tau, dia pasti nggak akan diam.

"Cha... Cha... kenapa kamu harus memilih jalan yang kayak gini..." Heidy bergumam sendirian. Disaat Chalondra sedang di mabuk asmara, dia justru resah dan ketakutan. Entah kapan badai itu akan datang. Yang pasti, Chalondra tidak akan menjalani ini dengan mudah.

*****

"Cha, ayo mandi, Sayang. Nanti mama bisa telat arisannya."

Chalondra yang masih mengantuk lantaran kurang tidur hanya bisa bangun dengan terpaksa. Setelah sampai di rumah tadi, dia langsung molor lagi karena masih belum puas tidur.

"Memangnya kamu sama Heidy ngapain saja tadi malam makanya sampai jam segini masih mengantuk?"

Deg!!!

Chalondra langsung kabur ke kamar mandi guna menghindari pertanyaan ibunya. Memangnya dia mau jawab apa? Orang dia nggak tidur dengan Heidy. Tapi... om-om. Eh?

Setelah Amber keluar dari kamar Chalondra, wanita itu menghampiri suaminya yang sedang menonton siaran ulang pertandingan bola di ruang keluarga. Suaminya, Chris Ellordi. 

"Chris, kau yakin tidak mau ikut?"

"Kalian saja, Hon. Untuk apa laki-laki ikut arisan?" Chris menjawab sambil tersenyum. Bahkan sampai rambut mereka nyaris memutih pun, panggilan sayang kedua paruh baya itu tidak berubah. 'Hon', alias singkatan dari 'Honey' masih menjadi panggilan favorit keduanya.

"Kan biasanya ada suami-suami juga. Masak aku hanya ditemani Chalondra terus?"

"Itu suami-suaminya kurang kerjaan. Untuk apa ikut arisan ibu-ibu coba?"

"Aku selalu disuruh bawa papanya Brandon dan Cha. Karena hanya aku yang nggak pernah terlihat bawa suami." Amber yang sudah berumur setengah abad lebih itu masih tetap cantik saat memanyunkan bibirnya. Di mata seorang Chris Ellordi, dia tetap terlihat cantik seperti waktu masih muda.

Chris tetap menggeleng dan meremas pundak Amber tanda dia meminta maaf karena tidak bisa mengabulkan permintaan istrinya itu. Amber pun hanya mengangguk dan bersender pada bahu suaminya.

Langkah Chalondra terdengar dari tangga. Anak gadis yang bersiap diri dengan terpaksa itu ternyata sudah selesai. Dia mandi, dandan, memilih baju seadanya hanya dalam waktu lima belas menit. Dres tanpa lengan, pendeknya setengah paha menjadi pilihan Chalondra pagi ini. Ditambah sepatu kets dan tas sling bag. Benar-benar sudah seperti anak kuliahan.

"Ayo Maa..." dia memanggil Amber lembut.

"Ayo. Kamu cepat juga beres-beresnya."

"Biar mama nggak telat kan?" 

Amber tersenyum. Mereka pun pamit kepada Chris sebelum berangkat bersama supir pribadi mereka.

*****

Arisan yang akan dihadiri Amber hari ini adalah arisan teman masa kuliahnya dulu. Tidak terlalu banyak, hanya sekitar dua puluh orang. Itu juga biasanya tidak semua bisa hadir. Biasalah yang sudah pada punya anak dan cucu. Pasti ada saja halangannya.

Hari ini arisannya bertempat di rumah salah seorang anggota yang katanya anak dari guru besar di fakultas Amber dulu. Rumahnya kalau dilihat-lihat cukup sederhana. Tidak terlalu besar, juga tidak terlalu kecil. Chalondra mengira semua kolega ibunya adalah orang berada, ternyata tidak.

Amber dan Chalondra turun dari mobil. Menghampiri ibu-ibu yang sudah duduk melingkar di atas karpet, di dalam rumah. Suasana menjadi gaduh karena Amber lagi-lagi tidak membawa Chris, hanya Chalondra. Namun tidak sedikit yang senang melihat kehadiran gadis cantik itu. Mereka yang kebetulan membawa anak laki-laki lajang mereka merasa akan punya kesempatan untuk menjodohkan anak mereka dengan Chalondra.

Chalondra duduk manis di sebelah ibunya. Bermain handphone dan tidak mempedulikan ibunya yang sedang mengobrol dengan teman yang ada di sebelahnya. Tapi gadis itu mengerti apa yang sedang mereka bahas. Saham perusahaan yang sedang naik-naiknya.

"Eh, putri kamu mana, Tri? Nggak disuruh sekalian ke sini sama suaminya?" tiba-tiba seseorang menyeletuk. Tri yang dimaksud adalah si tuan rumah arisan ini.

"Oh, iya. Reina katanya sebentar lagi datang bareng Dominic."

DEG!!!!!!

Kepala Chalondra spontan terangkat. REINA?? DOMINIC??? Reina dan Dominic yang itukah???

ASTAGA!!!!

Darah Chalondra kocar-kacir. Antara senang tapi juga takut. Dia senang jika bertemu Dominic lagi, tapi tidak di depan ibunya. Dia khawatir tidak akan bisa mengontrol dirinya, ekspresinya dan semuanya. Dan... dia juga tidak yakin bisa berhadapan dengan istri Dominic. Dia kan... simpanan Dom.

Chalondra mencari akal supaya bisa keluar dari rumah itu sebelum dua orang yang disebutkan tadi sampai. Setidaknya dia akan menunggu di mobil saja. Iya, better like that kan?

"Ma..." Chalondra baru saja ingin mencolek Amber.

"Eh itu merekaaaa..." namun si empunya rumah sudah terlebih dahulu berteriak menyerukan kehadiran putri dan menantunya.

Chalondra sekilas melihat ke arah pintu, benar, Dominic yang dimaksud adalah Dad-nya. Pria itu sedang sibuk dengan tentengannya sementara istrinya langsung masuk ke dalam rumah. Mampuslah!!

Chalondra berdebar kencang. Reina terlihat mulai menyalami tamu undangan. Sebenarnya, wanita itu tidak terlalu buruk. Dia cantik. Kenapa Dominic tidak menyukainya? Chalondra menilai di dalam hati.

Lamunan Chalondra terurai kala sebuah tangan ramping terulur di hadapannya. Reina. Wanita itu kini sedang tersenyum kepadanya dan menanti tangannya disambut.

"Halo adek cantik? Nama kamu siapa?"

"E...hh... Chalondra... kak..." 

Dengan ekor matanya, Chalondra bisa menangkap gerakan kepala seseorang yang masih berjarak sekitar lima orang dari posisi Reina sekarang. Sepertinya seseorang itu terkejut mendengar nama Chalondra. Dia langsung menoleh ke arah Reina dan Chalondra.

"Kita belum pernah ketemu ya? Kamu putrinya Tante Amber ternyata?"

"Hehe... iya, Kak," Chalondra mengangguk seraya tersenyum manis.

"Kamu cantik, kayak Tante Amber..."

"Reina... kamu bisa aja. Kamu juga cantik, kalau enggak mana mungkin dapat Dominic," sahut Amber polos.

DHUARRR!!!!!

*****

Adududduhhhh, berdebarrrrr..

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (25)
goodnovel comment avatar
Zhunia Angel
heidy sahabat cha itu cowok atau cewek ya
goodnovel comment avatar
Bundanya Ichaekaaksay
padahal suka dgn ceritanya,,malahan suka banget,,tapi kok mahal banget ...
goodnovel comment avatar
anna purwati
mahal ternyata.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • My Possessive Sugar Daddy   Dari author.

    (Yokk nangis berjamaah duluu hahahaaa.)HAHHH! FINALLYYY TAMAT JUGAAAAAAAAAA. AKU MEWEK NIHH NULISNYA HIKSSSSSSSS :( :(Nggak kerasa M.P.S.D ini sudah menemani kita selama 7 bulan yaaa (Mei-November 2021). Ahhhh, time fliessss.Masih ingat awal-awal aku ngerencanain novel ini, nggak ada persiapan yang matang sama sekali. Cuma mau cek ombak Goodnovel sambil nulis di aplikasi hijau (K.B.M). Karakter Dom dan Cha ini bahkan aku bikin ngalir aja, nggak ngarep banyak. Cover juga hasil crop foto random dari G**gle.TAPI SAMPAI SE-BOOMING INI, hikssss. Aku gak nyangka M.P.S.D sudah membawaku ke tahap ini. Bisa kasih penghasilan, buat namaku sedikit dikenal juga. Bisa bertemu dengan banyak pembaca yang sekarang udah aku anggap kayak saudara :( :(..GAIISSSS MAKASIH YAAAAAAA.WITHOUT YOU I'M NOTHINGGGG. ASLIII.Itu IG-ku yang Ootbaho baru berisi setelah ada Dom-Cha. F

  • My Possessive Sugar Daddy   EP. 32. Fireworks and love (TAMAT)

    "Buruan, B! Pesawat kita sudah mau berangkat!!""Don't push me, J! Siapa suruh kau tidak membangunkan aku!" Setelah menikah, Brandon jadi terbiasa memanggil istrinya dengan sebutan 'J' saja, sama seperti Janice yang memanggilnya dengan 'B'."Siapa suruh kau begadang? Sudah tau kita harus flight pagi!""Shiitt!" Brandon memaki dirinya sendiri yang bisa-bisanya menganggap sepele jam terbang mereka. Berharap tangan dan kakinya bisa bergerak dua kali lebih cepat sekarang. Janice pasti akan menggorok lehernya jika mereka ketinggalan pesawat. Dia tidak ingin diceramahi dua SKS jika tiket mereka hangus dan jika mereka harus beli tiket on the spot yang tentunya jauh lebih mahal.Sepanjang perjalanan Janice hanya diam karena pikirannya tidak tenang. Pergerakan mobil yang sudah sangat maksimal di dini hari tetap terasa begitu lambat baginya. Kenapa di saat genting seperti ini supir pribadi Brandon terkesan tidak lihai dalam membawa mobil?"J, kita tidak akan

  • My Possessive Sugar Daddy   EP. 31. Prepare.

    Keesokan harinya, kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu menghabiskan waktu seharian di hotel. Mereka bercinta, makan, tidur and repeat. Benar-benar menikmati hidup tanpa beban. Tanpa ada gangguan dari pihak manapun. Baik keluarga maupun pekerjaan.Satu hari ini Janice merasa begitu dimanja oleh Brandon. Laki-laki itu sangat lembut baik dari tutur kata maupun caranya memperlakukan Janice. Sebaliknya, Brandon pun tidak ingin lepas atau jauh-jauh darinya. Persis seperti anak bayi yang ingin selalu berada di samping sang ibu.“I love you.”“I love you too, B. Sudah seratus kali loh ya. Aku bosan mendengarnya.”“What? Berani-beraninya?!” Bukannya tersinggung, Brandon malah menghujani pipi Janice dengan kecupan yang bertubi-tubi. Dia sepertinya sedang merasakan pelipatgandaan cinta setelah mereka resmi menjadi suami dan istri. Bagi Brandon, Janice adalah wanita sempurna yang membuat hidupnya lengkap, utuh dan bahagia. Di

  • My Possessive Sugar Daddy   EP. 30. Gol gol gol!

    Warning 21+ Yang fanatik agama tolong menyingkir, karena bab ini akan membuat anda pusing dang mual. Daripada lapor-lapor, mending sadar diri untuk out. Saya menulis bukan untuk tabungan saya di surga kelak. Paham ya? Buat yang udah nungguin belah duren manten baru, happy reading!! ***** Hari H pernikahan Brandon dan Janice sudah di depan mata. Gedung tempat diselenggarakannya pesta resepsi sudah dipenuhi oleh teman-teman sejawat Brandon dan rekanan bisnis semua keluarga. Keluarga Ellordi, keluarga Richard, keluarga Alexander. Janice dan Brandon benar-benar menjadi raja dan ratu sehari yang tidak berhenti menyapa semua tamu yang datang. Setelah kedua mempelai selesai berdansa, Janice mengganti sepatu pengantinnya dengan sepatu sneakers dengan sol sedikit tebal saat akan turun menyapa para tamu. Setidaknya tinggi tubuhnya bisa mengimbangi tinggi Brandon. Mereka menyapa teman satu sekolah yang memang diundan

  • My Possessive Sugar Daddy   EP. 29. Ziarah.

    "Brandon! Your hand!" Janice bolak-balik geram karena selama proses berganti di dalam kamar, Brandon seperti tidak sabaran ingin memijit betisnya. Sejak pulang dari konferensi pers tadi, pria itu kelihatannya sudah gatal ingin menyentuh tubuh calon istrinya.Brandon tidak perduli pekikan Janice. Dia menarik wanita itu ke atas kasur. Dress mahalnya sudah luluh ke lantai dan memang Brandon sengaja menunggu momen dimana dia hanya mengenakan sepasang pakaian dalamnya."B!""What?!" Brandon membalas seraya menaiki tubuh Janice dengan cara yang seksi."Wajahku masih penuh make-up! Aku mandi dulu, baru lakukan apa yang kau mau!""Tapi ada yang sudah mendesak ingin berdekatan dengan belahan jiwanya. Melihat kharisma mu di sepanjang acara tadi, jiwaku jadi meronta-ronta, Janice.""Kharisma yang bagaimana yang bisa membuat jiwa seseorang meronta-ronta? Aw! Brandon!" Janice memekik lantaran pria itu tanpa permisi menurunkan segitiga pengaman Janice. Da

  • My Possessive Sugar Daddy   EP. 28. Konferensi Pers.

    Konferensi pers yang tadinya digelar hanya untuk klarifikasi hubungan antara Brandon dan Chelsea, nyatanya berubah menjadi konferensi pers besar-besaran karena Richard memutuskan untuk ikut tampil di depan media. Malahan setting tempat yang tadinya direncanakan di Cakrawala, kini berpindah ke kantor Richard, yaitu Rich Textile. Brandon dan Janice langsung saling beradu pandang lewat dinding kaca saat pesan dari Chris masuk ke ponsel mereka berdua, yang menyuruh keduanya untuk segera meninggalkan kantor dan hadir di konferensi pers. “Opa sepertinya ingin mengumumkan kamu sebagai penerus perusahaan.” Brandon menebak saat mereka sedang dalam perjalanan menuju perusahaan Richard. “Aku … dengan tampilan yang seperti ini?” Janice langsung panik karena sekarang dia hanya memakai celana jins berwarna hitam dan kemeja biru muda. Itu juga lengan pendek. Jelek sekali! “It’s oke. Kita ketemu opa dulu. Siapa tau mereka sudah mempersiapkan yang terbaik untukmu.”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status