Protective
Hari masih pagi namun kehebohan sudah terjadi di apartemen Ody. Mulai hari ini Aryo akan mengantar jemput Ody ke kantor. Kepala Ody hampir pecah setelah semalaman harus berdebat dengan Aryo karena sikapnya yang over protective.
"Ko, aku ada mobil dan supir yang antar jemput kok. Ngapain sih maksa banget buat jemput aku?" Teriak Ody dari dalam kamar.
"Mulai sekarang aku yang bakal antar jemput kamu. Nggak ada lagi penolakan, ngerti?!" Jawab Aryo yang sedang berdiri bersandar di pintu sambil menatap Ody
"Tapi kan.." Ucap Ody yang langsung dipotong Aryo.
"Sttt berisik. Bisa nggak sih kamu tu nurut sama Koko? Koko nggak akan celakai kamu kok. Koko ini sayang kamu Dy
Urusan rasa memang susah.. Kalian pernah ngerasa gitu nggak? Jangan sampai ketinggalan kelanjutan cerita ini yah. Tambahkan cerita ini dalam daftar pustaka kalian. Kasih Mommy komentar, rating, juga vote kalian.. Love you kesayangan Mommy...
Pupus Belakangan Aryo benar-benar memberikan perhatian extra ke Ody. Dia melihat kondisi tubuh Ody yang semakin naik turun. Dugaannya sudah mengarah bahwa saat ini Ody sedang hamil. "Vir, Pak Aryo itu pacaran sama Ody yah?" Tanya Amara tiba-tiba pada Vira saat mereka melewati divisi IT. "Banyak yang bilang sih gitu Bu. Kenapa Bu?" Jawab Vira sambil sesekali mengamati perubahan ekspresi Amara. "Ehm.. Nggak papa, cuma penasaran aja dia keliatannya sering antar jemput Ody belakangan. Ody juga jadi jarang lembur belakangan ini." Ujar Amara yang sambil memasuki lift. "Iya sih, aku juga sering lihat Pak Aryo suka nongkrong di atas motornya kalau pas jam pulang kantor nunggu
Menahan siksaanBelakangan kondisi fisik Ody benar-benar tidak bagus. Kejadian hampir pingsan beberapa waktu lalu benar-benar menjadi pertanda buruk. Sejak hari itu kesehatannya semakin lama semakin menurun. Entah apa yang terjadi tapi Ody jadi merasa sering kurang enak badan, mual juga mulai sering menghantuinya, pusing yang datang tiba-tiba hingga membuat pekerjaannya semakin berat.Belum lagi setumpuk jadwal dan pekerjaan yang mengantri bak gerbong kereta api. Mobilitas El yang semakin padat karena rencana pembukaan kantor baru di Singapura. El baru saja mengakuisisi Fastcomm milik Mr. Chan menjadi miliknya sehingga PT. Intel Persada akan melakukan ekspansi ke Singapura."Dy, semua persiapan sudah beres kan?" Tanya El saat mereka sedang duduk di exclusive lounge bandara.
Ini Artinya?Setelah menangis semalaman pagi ini Ody bangun tanpa melihat Amara disisi ranjangnya. Tampaknya Amara memang tidak pulang semalam. Ody berjalan gontai menuju ke kamar mandi untuk bersiap-siap karena pikirannya yang semalam kacau harus segera diluruskan. Hari ini adalah hari yang sibuk untuknya dengan jadwal yang begitu padat mulai dari upacara pembukaan kembali Fastcomm yang menjadi member dari Intel Persada group hingga gala dinner nanti malam. Ody tak punya waktu untuk meratapi nasibnya saat ini, biarlah urusannya dipikirkan nanti bersama Aryo.Titt"Dy..." Sapa Amara saat memasuki kamar."Mbak Amara, baru pulang?" Ujar Ody sambil melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi.
Fakta Terungkap "Ody.. Kamu kenapa?" Teriak El yang panik melihat Ody sudah tak sadarkan diri dalam dekapannya. Ody terlihat tak berdaya, tubuhnya dingin dan wajahnya terlihat begitu pucat. "Ody!! El ayo cepet kita bawa kerumah sakit sekarang!" Seru Amara yang khawatir melihat kondisi Ody. "Bob, lo disini yah gantiin gue." Ucap El sambil melepas jas yang dikenakannya untuk menutupi tubuh Ody dan langsung mengangkat tubuh lemah Ody dalam pelukannya. "Okey. Nanti gue susulin setelah acara disini beres." Ujar Bobby. "Gue tinggal!" Suasana jadi begitu tegang, sepanjang perjalanan El memeluk tubuh lemah Ody
Tanggung Jawab. Sepanjang malam El tak beranjak dari samping Ody. Dia sudah berpikir dan menimbang hatinya. Memang hatinya masih terpatri pada Chika, walaupun sudah 2 bulan ini dia masih belum berhasil menemukan keberadaan Chika. Tapi setengah hatinya yang lain terasa begitu sesak melihat Ody yang kini sedang mengandung anaknya. "Pak, Pak El.. Bangun Pak." Ucap Ody menepuk pelan lengan El yang tertidur sambil duduk di kursi samping ranjang. El yang terkejut segera bangun dan segera berdiri. "Dy, kamu udah bangun?! Gimana kamu masih pusing? Sekarang yang di rasa apa? Saya panggilkan dokter dulu yah." Tanya El cepat sambil beranjak dari posisinya hendak keluar namun langkahnya terhenti ketika Ody menahan pergelangan tangannya.
I Choose... "Bagaimana kalau?" Tanya Ody penasaran. "Kalau kita menikah saja." Ucap El cepat. "Pak!!" Seru Ody tersentak. "Kenapa?" "Bapak jangan bercanda!" "Saya nggak sedang bercanda Ody, saya serius." "Pak El, pernikahan itu bukan mainan pak." "Saya tau kalau pernikahan bukan mainan. Saya serius mau menikahi kamu." "Pak, apa kata orang-orang kalau bapak menikah sama saya?"
Mr and MrsPagi menjelang saat Amara mengetuk pintu kamar Ody. Jam sudah menunjukkan pukul 7.30 pagi waktu singapura. Semalaman Ody tidak bisa tidur, pikirannya terus berputar dan menjelajah. Setelah kemarin dia memilih untuk menerima ide dari Riana, pagi ini rencananya Ody dan El akan menjalani pernikahan mereka."Dy, setelah kalian nikah nanti kalian akan tinggal dulu di Singapura." Ucap Amara saat Ody baru selesai dirias."Hah?""Ya anggap aja kamu sama El lagi ngurus Fastcomm disini. Urusan di Jakarta biar aku sama Bobby yang beresin.""Pak El tau soal ini?""Dia udah tau rencana ini. Dia juga paham bahwa memang har
Perjanjian tak TertulisHari pertama menyandang status sebagai Nyonya El Bennet terlihat mulus, walau rasanya tak semulus kelihatannya. Malam menjelang saat Ody ingin mengistirahatkan tubuhnya begitu lelah, rasa kantuk juga menggelayut di benaknya, namun pikirannya masih saja berlompatan tak terkendali. Sejak siang tadi El pergi meninggalkannya di kamar hotel dan hingga saat ini belum pulang juga.Ody berjalan mondar-mandir gelisah di dalam kamar president suite yang begitu luas dan besar, namun yang terasa hanya ada keheningan. Ody akhirnya memilih untuk menunggu El pulang dengan duduk di sofa sambil menonton film di tv, hingga dia mulai terlelap disana.Jam menunjukkan pukul 1 dini hari saat El memasuki kamar itu. El agak terkejut karena masih mendengar suara TV. Dia mencoba masuk dan melihat a