Share

12. Aku Akan Bilang Papa Mama

Dia tak menjawab hanya diam saja. Aku heran kenapa ada orang seperti ini. Karena dia terus diam, akhirnya aku membonceng di belakangnya. Motor pun melaju pelan membelah jalanan yang sepi. Dinginnya angin membuatku bersidekap. Sepanjang jalan hanya kehengingan. Baik aku juga lelaki asing di depanku sama-sama diam. Sungguh ini begitu menyiksa. Aku akhirnya bisa bernapas lega saat kami memasuki Pekalongan.

"Rumah itu, Pak," kataku. Tanganku terjulur lurus ke depan pas di samping tubuhnya. Motor akhirnya berhenti.

"Saya mengantarmu hitung-hitung membalas kebaikanmu tadi pagi. Ternyata tadi pagi saya lupa tidak bawa dompet."

"Iya, Pak Terima ka--" Belum selesai aku bicara, dia sudah melajukan kendaraannya pergi menjauh. Aku menggelengkan kepala, merasa begitu heran. Kok ada orang seperti itu, ya?

Ah masa bodoh bukan urusanku. Aku segera melangkah ke halaman rumah Yana lalu mengetuk pintunya.

Tok tok tok

"Assalamualaikum."

Dua kali ketukan, pintu mengayun membuka. Ayah Yana yang menya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ariny arni
Kamu anak tungga Dinda..tentu orang rua mu pun pingin punya keturunan, tentunya hanya daei kamu. Terus kalau angkat rahim, gimana caranya coba ..aneh aja kalau kamu mah mau mempertahankan suamimu itu..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status