Share

II. Lead To The Huge Things

Hana melangkah sembari menggandeng tangan Elly memasuki Starbucks, terlihat para pelayan  sibuk menyiapkan  pesanan  para pembeli yang mengantri, serta ada  pria berjanggut tipis dan berjaket kulit merah duduk disalah satu meja, menunggu sembari menggulir layar ponsel. Hana yang mengetahui siapa pria itu langsung menuntun Elly duduk dihadapannya.

"Hana tunggulah diluar."

"Apa? Kau gila?"

"Ini masalahku Hana, tidak apa, sebentar saja kok."

"Kalau apa - apa terjadi ingat, panggil aku, oke?"

Menuruti permintaan Elly, Hana keluar dan  menunggu Elly di balik pembatas kaca, ditemani dua pria berjas yang menjemput mereka sebelumnya. Pria berjaket kulit merah dihadapan Elly langsung mematikan ponselnya melihat orang yang ditunggunya sudah hadir.

"Okay, Shall we?" tanyanya pada Elly. "Hei dua Frappucino cepat!" perintahnya pada pelayan kedai.

"Aku rasa kau sudah menunggu kedatanganku. Namun sebelum itu, bagaimana caramu menemukanku, Tuan...?" tanya Elly santai.

"Owh! Willfred Arathorn, panggil saja Will. Banyak sekali yang ingin kubahas denganmu, sebagai Direktur Thorn Constuction tentunya. Familiar dengan nama perusahaan itu? Oh! Dan, ya. Bukan perkara sulit melacak ponsel zaman sekarang," jawabnya sombong.

"Sebagian besar masyarakat Blackpool sudah mengetahui pengaruh besar dari Thorn Enterprise beserta anak perusahannya, salah satunya yang tengah kau kepalai. Mana mungkin warga Britania tak mengenal keluarga anda," ujar Elly dengan polosnya.

"Mungkin kau sudah  melihat di siaran berita utama Fox News. Ada dua berita yang tersiar, pertama tentang dugaan atas ketidakadilan pembayaran upah  yang dilakukan oleh perusahanku. Lalu yang kedua sudah tersiar siang ini, buntut dari pemberitaan pertama,” papar Will. 

“Sebut saja, sumberku, sedikit menyelidiki pemberitaan itu dan menemukan fakta bahwa, informasi berita - berita ini tidaklah murni di dapatkan Fox, melainkan ada campur tangan seorang wartawan lepas, yang dikenal dengan sebutan, Ether. Sekali lagi, familiar dengan nama itu?" papar Will lagi, kali ini dengan nada yang lebih mengintimidasi.

Seakan  tak terpengaruh setelah mendengar intimidasi yang Will berikan, Elly hanya tersenyum simpul. "Aku cukup kagum dengan paparan analisismu, Tuan Arathorn. Kurasa mengelak juga tidak akan ada gunanya sekarang,” ucap Elly. 

Senyum simpul berubah menjadi tawa kecil, Elly seakan menertawai apa yang di samapikan oleh Will. “Tapi, apa yang sudah kau paparkan adalah sejauh - jauhnya tindakan yang bisa kau perbuat. Tulisanku sudah diterima dan disiarkan oleh Fox. Artinya, umpan balik terhadap pemberitaan yang tersiar sudah bukan tanggung jawabku lagi, melainkan pihak Fox News. Harusnya yang duduk menghadapmu saat ini bukan aku, Tuan Arathorn," balas Elly.

Melihat Elly yang dapat menangkis semua perkataan, bahkan sanggup tersenyum setelah semua intimidasi yang telah ia berikan, Will mulai hilang kesabaran dan menggebrak meja. "Cut the bollocks! Aku mau sekarang kau tarik apa yang kau tulis dan buat pernyataan terbuka bahwa apa yang kau tulis adalah sebuah kesalahan!" bentak Will hingga wajahnya kemerahan.

Meski sedikit tersentak, Elly berusaha mengatur nafas untuk dapat bertahan menghadapi Will. Ia juga berusaha menangkup kedua tangan agar tak terlihat gemetaran. "Maafkan aku, Tuan Arathorn. Apa yang sudah ditulis tidak bisa ditarik lagi. Lagipula, jika apa yang kutuliskan adalah fakta, untuk apa ditarik bukan? It is what it is," balas Elly masih dengan santainya.

Sudah kepalang muak karena tanggapan Elly dan karena Elly tidak menatapnya dengan benar ketika sedang bicara, Will berdiri dan mencengkram kuat lengan Elly. "Lihat aku ketika bicara! Kau tahu sedang berhadapan dengan siapa!?" bentaknya kasar.

Hana yang melihat sahabatnya disakiti oleh Will tidak tinggal diam, dengan cepat ia berlari kedalam untuk menolong Elly, sembari dikejar oleh pengawal pribadi Will. Meski sempat dicegat masuk, Hana masih sempat melawan, lolos dari cegatan dan langsung menghampiri Elly.

"DIA BUTA! Dia buta! Lepaskan tanganmu! Kau tidak lihat dia kesakitan!?" Hana mencoba memberitahu Will mengenai Elly yang merupakan seorang tunanetra, sembari mencengkram balik tangannya. Namun tenaganya tidak cukup untuk membuat Will melepas genggamannya dari tangan Elly.

"Buta? Enak sekali dia! Dengan sesuka hati membuat masalah pada bisnis orang lain tanpa harus melihat akibat dari perbuatannya!" maki Will murka.

Para pengunjung di sekitar hanya melihat dan berlalu tanpa berbuat apa - apa, menganggap itu hanya konflik kecil yang biasa terjadi. Tak terkecuali salah seorang pelayan yang dengan santai membawakan pesanan Will di tengah pertikaian.

Melihat pelayan datang membawa nampan berisi pesanan Will sebelumnya, Hana melepaskan cengkramannya dari tangan Will, merebut dua Frappucino di atas nampan lalu dengan cepat menyiramkan keduanya ke wajah Will, membuat wajah hingga badan Will kuyup dibasahi Frappucino dingin.

"TOLONG! TEMANKU MAU DIPERKOSA!"

Para pengunjung yang tadinya hanya melihat akhirnya beramai - ramai mulai mengerubungi Will setelah mendengar teriakan Hana. Membuatnya melepas cengkramannya. Kepanikan melanda Elly akibat riuh keramaian, membuatnya refleks jongkok dan menutup kedua telinganya.

"HEI BUNG! MAU KUPOTONG BARANGMU!?" maki salah satu pengunjung lelaki sembari mencengkram kerah jaket Will.

"LEPASKAN! HEI! KALIAN TIDAK TAHU SIAPA AKU! KUHABISI KALIAN!" Will masih dengan sombong dan murkanya memaki pengunjung yang mengerubunginya, bahkan pengawal Will ikut gelagapan menolong Will saking ramainya.

Hal ini dimanfaatkan oleh Hana yang langsung menarik tangan Elly yang masih gemetar panik karena ricuhnya Starbucks, menuntunnya keluar menjauhi Will dan kedua pengawalnya. Keduanya berlari gelagapan, Hana sesekali menoleh kebelakang melihat apakah Will mengejar mereka berdua.

"HEI BERHENTI!"

Benar saja, Will yang kuyup akan Frappucino berhasil lolos dari kerubungan pengunjung Starbucks dan berlari mengejar Hana dan Elly, diikuti oleh dua orang pengawalnya.

"Maafkan aku, kita tidak akan sempat pesan Uber. Tidak apa jika aku mencuri mobil atau apapun yang bisa dinaiki ya Elly!?"

"Kau mau masuk penjara Hana!?"

"Itu lebih baik daripada berurusan dengan keluarga Arathorn!"

Ketika aksi kejar - kejaran mencapai persimpangan jalan, langkah mereka tiba - tiba terhenti, tatkala melihat satu helikopter datang dan hendak melakukan pendaratan di tengah persimpangan jalan, membuat Hana kaget bukan main dan seluruh pejalan kaki berlarian panik membuka ruang pendaratan.

"AAAAAAAAAAAKKKKKK!"

Elly memekik histeris karena tidak tahan dengan kerasnya suara mesin helikopter, ia kembali terjongkok seraya menutup kedua telinganya. Dengan cepat Hana ikut jongkok lalu memeluk erat Elly, berusaha menenangkannya.

"What the freak?"  Will ternyata ikut kaget dengan kedatangan helikopter itu, menandakan itu bukanlah perbuatannya.

Helikopter berhasil mendarat sempurna, lalu keluar satu orang pria berpakaian sama seperti pengawal Will serta mengenakan headset di kepalanya menghampiri Hana dan Elly.

"Maaf atas ketidaknyamanannya, Sir Edric sudah menunggu di Mansion," ujarnya yang berusaha meninggikan nada bicara agar suaranya tidak tersarmar mesin helikopter.

~TO BE CONTINUED~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status