Mengubah Takdir sang Figuran Tragis

Mengubah Takdir sang Figuran Tragis

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-11-20
Oleh:  Xiao ChuheBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
8Bab
8Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Seorang gadis SMA bernama Xiao Lianhua yang mati demi sahabatnya, terbangun di tubuh Lin Ruyue, Putri Kedua Kerajaan Qing yang seharusnya tewas sebelum pernikahan dengan Pangeran Ketiga Kekaisaran Fuyue Yan Haoxuan. Dalam novel yang ia baca, kematian Ruyue hanyalah pembuka kisah cinta antara kakaknya, Putri Pertama Lin Mulan dengan Yan Haoxuan. Namun kini, Lianhua menolak menjadi figuran tragis yang mati mengenaskan di awal bab. Ia bertekad menghindari kematian, berbalik melawan Lin Mulan dan merebut posisi sebagai tokoh utama dan melawan takdir yang telah ditulis untuknya meski itu berarti mengguncang kisah cinta besar antara Lin Mulan dan sang Pangeran. ig. neilian.11

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 001 : Demi Seorang Teman

Suara gemuruh seketika memekakkan telinga.

Lianhua tak tahu di mana dirinya. Dinding kereta berguncang, tanah bergetar, dan ringkikan kuda memecah udara.

Kereta kuda oleng hebat, nyaris terbalik. Dari luar terdengar teriakan panik para prajurit, lalu suara batu-batu besar berguling dari puncak tebing.

“Ada... apa ini?” napasnya terengah, matanya menatap tirai merah yang berayun liar. Tanah bergetar di bawah kaki, udara penuh debu.

Seseorang berteriak memanggilnya, tapi suaranya terdengar jauh, seperti datang dari balik air. Ia mencoba membuka pintu, namun tertahan.

Brak!

Sesuatu menimpa atap kereta, membuat tubuhnya terlempar ke sisi lain.

Cahaya kilat menyambar, memperlihatkan wajahnya sendiri di cermin kecil—pucat, mata melebar, darah menetes di pelipis.

“Ini... mimpi?” bisiknya.

Sebelum sempat bernapas lagi, suara retakan keras menggema. Kereta terguncang, dunia seakan terbalik—lalu semuanya gelap.

Cahaya putih menyilaukan matanya. Ia mendengar sesuatu berdenting—bel sekolah.

Xiao Lianhua membuka mata, duduk dengan tegak, memperhatikan sekelilingnya yang ramai. Bel pulang berbunyi lagi, menandakan pelajaran berakhir.

Guru meninggalkan kelas sambil berpesan, “Kau tidur sepanjang pelajaran. Kerjakan halaman 87 sampai 92, besok harus selesai.”

Xiao Lianhua mengeluh, disambut tawa teman-temannya. Tapi dia tak begitu peduli, hanya memikirkan satu hal setelah bangun dari tidur nakal itu.

“Mimpi apa yang barusan itu…,” gumamnya pelan.

“Lianhua, hari ini jadwal piketmu,” ujar Ye Xi, sahabatnya yang sudah menemaninya sejak panti asuhan.

“Ah, iya. Kau bisa pulang duluan.”

“Aku menunggumu saja. Sekalian baca novel yang kau rekomendasikan,” jawab Ye Xi.

“Itu, ya… silakan.” Lianhua menyapu kelas, masih memikirkan mimpi anehnya.

“Mimpi yang barusan… sepertinya dari novel yang kau baca itu, kan?”

“Kau bilang apa?” Ye Xi menoleh.

“Tidak, aku bermimpi jadi NPC paling tragis dari novel itu.”

“Benarkah?”

***

Pats.

Ye Xi mematikan ponselnya dan menjatuhkan kepala di meja. “Benar-benar novel membosankan.”

Lianhua menoleh. “Bagian mana yang bosan?”

“Semua alurnya. Setelah ini Yongle akan pergi ke Kekaisaran Fuyue, menikah, dan mendapat suami tampan tapi dingin. Benar, kan?”

Xiao Lianhua menyeringai lebar. “Kalau tidak tampan, tidak mungkin aku merekomendasikannya padamu.”

“Dan nanti dia akan didiskriminasi sebagai rakyat negeri musuh, kan?”

“Kau belum baca sepuluh bab pertama, Ye Xi. Jangan buru-buru menilai.”

“Aku maniak cerita kerajaan, tahu? Tapi kalau menurutmu bagus, aku akan mencoba percaya,” ucap Ye Xi sambil membuka ponselnya lagi.

“Percaya saja. Lihat ilustrasinya—Lin Mulan dan Yan Haoxuan. Sempurna, kan?”

Ye Xi terkekeh. “Oke, sepertinya aku harus lanjut.”

“Omong-omong,” katanya sambil melangkah keluar kelas, “bermimpi jadi Lin Ruyue rasanya pasti mengerikan.”

Lianhua berhenti.

Hal yang ia lihat dalam mimpi itu tidak ada di novel.

Kecelakaan Lin Ruyue hanya disebut sebagai ‘tanah longsor biasa’.

Tapi mimpi tadi... terlalu nyata. Ia benar-benar seperti berada di dalam kereta itu.

“Memang mengerikan kalau dipikir,” bisiknya pelan.

Bel pulang sekolah sudah lewat lima belas menit. Ye Xi menunggu Lianhua selesai membersihkan kelas. Bosan, ia membaca lagi novel yang direkomendasikan Lianhua.

Dalam perjalanan pulang, langit sudah jingga.

“Lebih baik simpan dulu ponselmu, Ye Xi. Kita mau menyebrang,” kata Lianhua.

“Tidak, ini salahmu. Kalau aku mati tertabrak, salahmu karena menyuruhku membaca novel ini.”

Lianhua hanya tertawa, memastikan Ye Xi berjalan aman meski masih menatap layar.

“Kita menyebrang dua menit lagi.”

“Baiklah,” jawab Ye Xi, tapi malah melangkah lebih dulu.

Lianhua refleks menatapnya. Tubuhnya mematung sesaat saat melihat truk besar melaju kencang.

“Ye Xi!”

Klakson meraung. Semua orang menjerit.

‘Kalau aku mati, itu salahmu,’ terngiang ucapan Ye Xi di kepala.

Tanpa pikir panjang, Lianhua berlari dan menariknya ke belakang.

BRAK!

Lengang.

Tubuh Lianhua terhempas. Dunia berputar. Segalanya merah.

‘Ah… aku mati rasa.’

Suara-suara berbaur: tangisan Ye Xi, jeritan orang-orang, langkah tergesa.

“Lianhua …, jangan menutup matamu sekarang tolong, sebentar lagi, bertahanlah.”

“Panggil ambulans!”

‘Aku baik-baik saja... syukurlah bukan dia yang mati.’

Pandangan Lianhua mengabur. Suhu tubuhnya turun.

Satu tarikan napas terakhir, lalu gelap.

Hening.

Di tengah kegelapan itu, ia seolah mendengar sesuatu—lonceng kecil yang berdering lirih, jauh di kejauhan.

Cahaya samar muncul dari celah hitam, seperti sinar matahari yang menembus lubang dinding. Ia ingin meraihnya, tapi tubuhnya terasa ringan, melayang tanpa arah.

Dan dari dalam kabut itu, suara-suara asing mulai terdengar.

“Cepat bersihkan sisa makanannya.”

“Hei, apakah tidak apa-apa kita beristirahat dan makan siang tanpa membangunkan Tuan Putri?”

Lianhua mengerjap, tapi matanya kembali tertutup. ‘Tuan putri?’

“Apa katamu? Bukankah dia sendiri yang menolaknya dan berkata ingin tidur? Biarkan saja, kalau lapar juga pasti akan bilang.”

“Cepat, kita harus melewati pegunungan sebelum gelap.”

“Berapa hari lagi tiba di Kekaisaran Fuyue?”

‘Kekaisaran Fuyue?’ Sepasang mata itu benar-benar terbuka sekarang.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
8 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status