Share

JANDA - 08

last update Last Updated: 2023-12-05 22:36:01

Samudra menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan menerawang. Seluruh tubuhnya tertutup selimut yang tebal untuk menghalau dingin akibat dari kegiatan hujan-hujanannya tadi. Hanya ada satu nama di dalam kepalanya. Sosok guru matematika yang menarik hatinya sejak pertama kali mereka bertemu.

Sebelum ini Samudra masa bodoh dengan yang namanya perempuan. Entah kenapa Bu Boram berbeda. Dia juga tidak mengerti dengan sikapnya jika sudah berhadapan dengan wanita itu. Yang menarik sejak pertemuan pertama mereka yang membuat Samudra tidak bisa berhenti membayangkannya adalah tatapan matanya.

Bulat, hitam, memperdaya tapi terkesan kesepian.

Kenapa Samudra bisa tahu karena selam ini dia hidup dengan seseorang yang juga memiliki tatapan mata seperti itu. 

"Sam, kamu sudah tidur?" Suara di luar kamarnya mengagetkannya.

"Belum,Mam," suaranya yang serak terasa tidak sampai ke pintu. 

Namun pintu itu tetap terbuka menampilkan Mama cantiknya yang membawa teh hangat dan obat. 

"Mama heran..." Mamanya duduk di tepi ranjang seraya menggelengkan kepala, "sore kamu pamit keluar bawa payung katanya mau beli obat tapi kenapa baru pulang larut malam, basah kuyup dan melupakan di mana payungmu berada." Samudra bangkit duduk masih sambil merapatkan selimutnya dan nyengir. Mamanya meletakkan telapak tangannya di dahinya dan menggeleng. "Akibatnya jadi demam begini."

Samudra menerima sodoran gelas teh hangat dan satu tablet obat penurun demam yang langsung dia minum dan menghabiskan tehnya.

"Sekarang ceritakan!" Desak Mamanya.

"Nanti aja Mam. Tenggorokannya Sam rasanya sakit kalau bicara." Mamanya menghela napas. Samudra tersenyum, "Mama tumben belum tidur. Banyak jahitan?"

Mamanya menggeleng. "Nggak juga. Sudah selesai semua dari tadi sore kok. Ini mau istirahat. Kamu tidur ya. Besok kalau masih demam nggak usah sekolah dulu."

"Nggak bisa Mam, Samudra harus sekolah."

Alis Mamanya naik menatapnya heran. "Tumben?"

"Ada pelajaran matematika." Mamanya menghela napas dan mengacak rambut anaknya gemas. "Kamu berusaha keras untuk satu hal itu ya."

"Sam hanya ingin membuktikan kalau Sam pasti bisa kalau berusaha." 

"Mama tahu. Kemampuanmu sudah meningkat. Tapi jangan semata-mata hanya untuk memenuhi egomu agar bisa diakui,Sam. Kita lebih bahagia seperti ini."

"Sam bahagia tapi Mama tidak. Sam akan membuktikan kalau Sam bisa jadi anak yang berguna. Sam nggak mau melihat Mama yang kesepian seperti ini."

"Kamu adalah dosa sekaligus anugrah dari Tuhan Sam."

Sam bungkam, memeluk tubuhnya yang semakin dingin di dalam selimutnya yang hangat. 

Mamanya mendekat dan memeluknya. "Kamu lebih berharga dari harta, Sam."

Samudra memejamkan matanya. Dia  bertekad akan melakukan apapun agar mata Mamanya kembali hidup. Juga tambahan lagi satu keinginan dalam hatinya sejak dia bertemu dengan Boram.

Semoga suatu hari nanti dia pantas menjadi pendamping wanita itu dan membuat matanya kembali bercahaya.

***

"Pu-tus."

"Iya, putus."

Wanita berambut blonde dengan hiasan tebal itu ternganga tidak percaya. Matanya mengerjap dan memajukkan tubuhnya mendekat ke arah sang pacar yang tidak ada angin tidak ada hujan minta putus tiba-tiba.

"Alasannya?"

"Kamu wanita matre."

Wanita itu lebih dari shock. Bukan ingin membantah tapi lebih merasa heran kenapa setelah setengahe tahun hubungan mereka terjalin, lelaki di hadapannya ini baru sadar. Apa belakangan ini dia meminta sesuatu yang berlebihan? Rasa-rasanya tidak.

Seminggu yang lalu dia hanya minta jalan-jalan keliling Eropa dan pacarnya ini mengabulkannya tanpa protes.

"Jangan bercanda." Wanita itu tertawa sumbang dan meminum winenya sampai habis.

Lelaki itu berdecak, "Aku sama sekali tidak bercanda. Aku tidak akan mengungkit atau mempermasalahkan tentang uang yang telah kamu hamburkan selama ini tapi aku hanya meminta kita putus dan jangan lagi menemuiku atau muncul di depanku."

"Aku tidak mau!!"

Alis lelaki itu terangkat. Kedua lengannya dilipat di depan dada, duduk bersandar. "Apa kamu takut tidak lagi memiliki sumber uang untuk shopping, holiday dan semua pengeluaranmu?"

"Bukan hanya itu tapi ini tidak masuk akal. Kita selama ini baik-baik saja dan kenapa kamu tiba-tiba malah minta putus dan mencampakkanku seperti ini?" Wanita itu menyimpitkan matanya. "Apa kamu memiliki wanita lain?"

"Ck, itu bukan urusanmu. Jadi kita buat kesepakatan—" Lelaki itu memajukan tubuhnya dan mengetukkan jari telunjuknya di atas meja mahoni itu. "Lebih baik kamu menyetujui permintaanku atau sekretarisku akan mengirimkan semua tagihan pengeluaranmu beberapa bulan ini."

Wanita itu murka, dia berdiri dan mengambil gelas wine milik mantan pacarnya dengan emosi tinggi.

"DASAR BRENGSEK LO ARBIAN!"

Seketika Arbian terkena siraman rohani dalam bentuk segelas wine merah pekat hingga wajah dan kemeja mahalnya ternoda. Wanita itu melipat kedua lengannya dengan hidung kembang kempis emosi.

"Aku membencimu dan semoga suatu hari nanti kamu akan mendapatkan karmanya. Tetap menjadi duda selama bertahun-tahun."

Setelah itu, dia pergi dari sana dengan suara heels-nya yang mengehentak keluar dari bar meninggalkan Arbian yang menghela napas seraya membersihkan wajahnya.

Hanya demi satu nama. 

Arbian mengambil ponsel dan membuka galerinya melihat satu foto mode candid. Arbian tersenyum.

Boram.

***

"Siapa ya laki-laki itu?"

Boram yang masih mengenakan mukena putihnya merebahkan diri di atas tempat tidur nampak mencoba mencari ingatan tentang sosok laki-laki bernama Arbian yang sapu tangannya ditinggalkan  begitu saja padanya. Mau dibiarkan di sana tapi Boram tidak enak jadi mau tidak mau Boram bawa pulang dan berniat mencucinya besok pagi.

"Tidak ada nama dengan ingatan laki-laki seperti dia sebelumnya," gumamnya,nampak yakin sekali dengan ingatannya.

Selama ini hanya ada Kang Mas Kelana yang menemaninya dan dia yakin akan ingat jika ada laki-laki seperti Arbian yang dulu pernah dia kenal.

"Coba lihat di kontak handphone,deh."

Boram mengambil ponsel, mencoba mencari di sederet nama yang ada di kontaknya namun tetap tidak ada. 

"Ah, entahlah." Boram malah pusing sendiri karena bingung.

Tanpa sengaja dia menekan galeri ponselnya hingga terpampang beberapa fotonya dan almarhum suaminya hingga membuatnya kembali bersedih. Dia lihat satu demi satu hingga tidak sadar matanya sudah berkaca-kaca sampai pada foto pernikahan mereka yang begitu membahagiakan.

"Kang Mas..." Boram bermonolog sendiri. "Doakan aku supaya  bisa melalui semua ini sendirian dengan baik. Aku..." Boram menutup mulutnya dengan tangan, mencoba menahan isakannya tetap di dalam. Dia tidak mau menyalahkan takdir yang merenggut kebahagiaannya yang terasa sebentar dengan almarhum suaminya. "Aku sangat kehilanganmu."

Boram menggenggam ponselnya, memeluk guling dan membenamkan tubuhnya di sana hingga tidak menyadari rintik-rintik hujan yang perlahan mulai menderas.

Hingga beberapa waktu dia meresapi sakitnya mengenang almarhum dan diam mendnegarkan suara hujan dengan mata yang sayu karena habis menangis juga mengantuk.

"Siapa tahu nanti aku yang jadi suami Mbak berikutnya."

Boram tiba-tiba teringat dengan ucapan bocah sok dewasa itu yang membuatnya tertawa geli. Bagaimana bisa kata-kata itu keluar dari bocah SMA yang seharusnya sibuk mencari jati diri bukannya malah terpikat dengan gurunya sendiri.

Boram tersenyum, memilih untuk memejamkan mata sembari mendengar hujan yang menderas.

Samudra. Perjalananmu masih sangat jauh pikir Boram sebelum terlelap.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Safiiaa
makin seruu, Thor...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 124

    Sebulan kemudian,Area keberangkatan International Soekarno Hatta.“Tolong, berjanjilah pada kami untuk merawatnya dengan baik.”Boram menahan tangisannya saat meminta dengan sungguh-sungguh pada Nindy yang menggendong Mutia.Nindy tersenyum. “Aku berjanji,Boram. Aku akan membesarkannya dengan baik. Kalian bisa mengunjungi kami kapanpun ke Rusia. Kami akan selalu menerima kalian dengan baik.”“Iya.”Boram mengamgguk. Nina dan suaminya yang seorang warga Rusia akhirnya mengajukan diri menjadi wali sah Mutia dan akan membesarkannya di tempat tinggal mereka seperti pesan yang ditinggalkan Nina. Boram yang sudah menganggap Mutia seperti anak kandungnya itu begitu berat melepas Mutia.“Mama..” Mutia mengulurkan tangan ingin di gendong Boram yang langsung mengambil alih. Boram memeluknya dengan erat dan menciumi wajahnya dengan sayang. Sebentar lagi mereka akan berpisah dan Boram merasa sangat sedih, Setelah Boram gantian Sam yang memberikan pelukan terakhir untuk Mutia dan kemudian mengem

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 123

    Sam dan Boram saling berangkulan di depan makan Nina yang satu jam lalu baru saja dikuburkan. Boram masih tidak percaya bahwa takdir Nina akan jadi seperti ini padahal dia adalah orang yang baik. Tadi pagi mereka mendapatkan telepon dari pihak rumah sakit yang mengabarkan kalau Nina kembali kritis dan Sam langsung buru-buru ke sana sementara Boram harus menunggu Mbak Ina dulu. Sampai sana ternyata Sam sudah terkulai sedih dan mengatakan kalau Nina tidak bisa diselamatkan lagi karena pendarahan di otaknya. Boram langsung menangis histeris karena dia teringat dengan Mutia yang dia tinggalkan dengan buru-buru tadi.Meskipun dia masih memiliki ayah, tapi Reno tidak bisa menjaga anaknya sendiri karena saat ini berada di penjara."Sayang..."Sam menarik lamunan Boram membuatnya menoleh. "Ayo,kita pulang dan lihat keadaan Mutia."Boram mengangguk, teringat lagi dengan tangisan Mutia saat memeluk Ibunya untuk terakhir kalinya tadi sebelum dikuburkan. Kakak kandung Nina juga belum bisa ditemuk

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 122

    "Sam..." Sam menoleh saat mendengar panggilan dari balik punggungnya dan menemukan Boram menghampirinya dengan wajah panik dan khawatir. "Apa yang terjadi sebenarnya?""Rumit,sayang." Sam memeluk Boram dengan erat, berdiri berdua tidak jauh dari ruang operasi."Kita fikir keadaan sudah menjadi lebih baik tapi ternyata masih ada yang mencoba untuk membahayakan Nina.""Apa maksudmu?"Sam menghela napas panjang, membawa Boram duduk di kursi tunggu dan mulai memberikan penjelasan."Istri kedua Reno sengaja menabrak mobil Nina hingga terpelanting dan terbalik menghantam pembatas jalan." Boram kaget seraya menutup mulutnya. "Anita, wanita itu sudah diamankan dan sekarang kita hanya bisa menunggu sambil berdoa. Bagaimana dengan Mutia?""Saat aku tinggalkan tadi dia sedang tidur dan dijaga sama Mbak Ina."Sam mengangguk, kembali menatap pintu ruang operasi karena luka yang di dapat Nina di kepala cukup serius. Sam berharap Nina bisa sembuh karena Mutia masih membutuhkannya."Semoga saja dia

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 121

    Sidang kedua Nina selesai dengan lancar. Seminggu setelahnya Sam mengajak Boram untuk menunaikan ibadah Umrah dan akan dilanjutkan dengan jalan-jalan ke beberapa negara Timur Tengah selama tiga minggu. Setelah menempuh perjalanan panjang dan sampai di kota Madinah, semua rasa lelahnya terbayarkan saat melihat istrinya yang cantik menggunakan hijab. Mereka khusyuk beribadah dan Sam menumpahkan semua doa dan harapannya selama ini di depan Ka’bah untuk keberkahan hidupnya ke depan dan kebahagiaan dunia akhirat. Sam juga meminta skenario terbaik untuk rumah tangga mereka yang belum dikaruniai seorang anak. Berharap, doa-doa dan harapannya agar dikabulkan Tuhan. “Kenapa tidak dari dulu saja kita ke sini ya, sayang?” Sam menoleh, menatap wajah sendu istrinya yang menatap lurus ke depan di mana Ka’bah berada. Saat ini mereka sedang duduk santai tidak jauh dari Ka’bah hanya untuk sekedar duduk sembari berdoa dan membaca Al Qur’an. “Semua sudah ditakdirkan, sayang. Sekaranglah momen kita ja

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 120

    Setelah masa pemulihan selama seminggu dan keadaannya sudah membaik, Boram menjalani hari-harinya seperti biasa. Dia sadar tidak bisa terus terlarut dalam kehilangan hingga membuatnya terus merasa sedih. Waktu terus bergulir dan Boram akan menjadikan yang dia lewati itu sebagai sebuah pembelajaran. Kedepannya dia bertekad untuk mulai hidup sehat begitu juga dengan Sam, menghabiskan waktu berdua entah di rumah atau jalan-jalan dan lebih hati-hati lagi dalam bertindak.Sudah berlalu dua minggu sejak sidang pertama Nina di gelar yang hasilnya cukup baik dan memiliki harapan ke depannya, Boram mengajak Nina membawa Mutia untuk jalan-jalan ke mall.Saat ini mereka sedang berada di salah satu restoran steak di dalam mall untuk makan siang.“Kita harus lebih sering jalan-jalan deh ke depannya,” ujar Boram, menyuapi Mutia kentang halus yang dimakan gadis kecil itu dengan bersemangat. “Sepertinya Mutia senang sekali bisa melihat-lihat ke ramaian.”Nina mengangguk. “Kita bisa atur jadwal kapanp

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 119

    Rasanya ada yang terasa kosong di hati Boram. Setelah sadar dari pengaruh bius pasca operasi kuret, Boram lebih banyak melamun sembari mengelus perutnya. Masih belum menyangka dengan apa yang telah dia alami saat ini. Bagaimana bisa, dia tidak menyadari sama sekali kehadiran calon bayi yang sudah ada di dalam perutnya sementara dia tidak henti-hentinya berharap keajaiban itu ada. Dia merasa sedang menyesali sesuatu tapi tidak ada yang bisa dia lakukan lagi. Tuhan sudah mengambil kembali sesuatu yang sejak awal memang bukan miliknya. “Boram, makan dulu yuk.” Boram tersenyum lemah sembari menggeleng pada Jenna di sampingnya yang baru saja mengambil alih makan siang yang di antarkan pegawai rumah sakit. “Jangan seperti itu. Kamu tetap butuh makan.” “Rasanya aku malas sekali melakukan apa-pun.” Jenna menghela napas, merapikan rambut Boram dengan senyuman hangat. “Kamu tidak kasihan dengan Samudra?” Boram terdiam, Suaminya tadi pulang sebentar ke rumah saat Jenna datang untuk membant

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status