Syarif, dia tentu langsung bersembunyi setelah menyadari bahwa Nigel telah mengetahui seseorang berada di belakang, memantau Nigel yang ternyata Syarif. Dalam persembunyian Syarif dia melihat wajah Nigel yang menonjol ke dari jendela. Syarif menunggu waktu yang tepat kapan dia akan keluar dari persembunyiannya. Karena Nigel merasa terancam, dia berteriak pada beberapa pengawalnya di mana dia berkata, "Ada seseorang yang membuntuti aku, cepat kalian cari dia!" Nigel yang suaranya didengar oleh Syarif. Karena Syarif merasa terancam, dia hanya membungkuk pelan-pelan, menghindar dari sana. Untungnya dia membawa senjata api untuk dia gunakan sebagai alat bertahan. Pemuda ini bahkan berusaha kerasa agar tak mengeluarkan suara apa pun, bahkan berusaha untuk rak terlihat sama sekali, tetapi nyatanya itu semua gagal, ya persembunyian Syarif gagal total dan beberapa pengawal Nigel menyadari akan kehadiran Syarif. "Penyusup!" Suara itu mengagetkan Syarif, yang membuat Syarif berlari sekencang
"Syarif, kau kah itu?" Martin saat dia berbalik dan melihat Syarif yang ternyata menodongkan senjata padanya, tentu senyum mekar di bibir Martin yang sekarang tak lagi merasa terancam. Syarif juga sudah menurunkan senapannya. "Tuan Martin, astaga. Ah aku tidak percaya bahwa aku akan menemukan Anda di sini." Syarif menurunkan senjatanya dan sedikit maju, lalu tak lama kemudian Syarif mendapatkan pelukan hangat dari Martin yang sudah lama tak bertemu dengan orang yang cukup menghormatinya. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Martin saat dia melepaskan pelukan yang dia berikan kepada Syarif. "Aku mencari Anda, Tuan." Jawaban Syarif membuat Martin kehilangan senyum dan Syarif cukup terhentak melihat senyum Martin yang hilang. "Ada apa Tuan? Apa Anda tidak senang aku di sini? Atau ....""Tidak, tidak begitu Syarif aku hanya ...." Martin menunduk dan kembali mengangkat his tatapan sembari mendengar Syarif berkata, "Tapi apa Tuan?" "Melawan Nigel adalah sesuatu yang bercahaya, apala
Ibrahim mendapatkan berita tentang kedatangan yang bisa saja menjadi mata-mata Martin, tetapi sekarang Ibrahim yakin bahwa Martin sekarang berada di kota yang sama di mana Ibrahim berada. He tidak yakin bahwa Martin sekarang berada di wilayah Nigel. Padahal mata-mata Ibrahim mengatakan bahwa Martin berada di kota yang sama. Tetapi ternyata misi Nigel dan juga Ibrahim tidaklah berjalan lancar. Alonso memberikan petunjuk kepada Martin untuk menuju wilayah milik Nigel walaupun tempat Ibrahim sekarang adalah memang milik Nigel tetapi Alonso memberikan tempat yang berbeda. Di mana tempat itu adalah di mana sekarang Nigel berada, bersama dengan Tuan Muda Dailuna yang sekarang sudah mulai sekarat. Tuan Muda Dailuna, ya Raisi Dailuna kehilangan banyak darah dan wajahnya akan sangat sulit untuk diselematkan sementara itu, Nigel merasa geram. Dia memilih mendatangi Raisi dan akan memberikan pemuda itu sebuah ceramah. "Ayahmu datang kemari." Nigel saat tiba di hadapan Raisi yang masih terdu
"Tunggu, aku rasa ada sesuatu yang aneh di sini!" Suara pria yang masih berdiri di depan semak-semak. "Tinggalkan, tak ada apa-apa di sana." Suara dari kejauhan yang sudah tak berada di dekat semak. Sementara pria ini tak ingin kemana-mana, dan lebih memilih untuk memeriksa semak. Saat itu, ketika pria ini akan memeriksa semak, Martin dan Syarif yang berada di dalam sana lalu membuat rencana. Mereka saling lirik dan menunjukkan sebuah instruksi tanda bahwa dalam hitungan ketiga mereka akan menarik tangan pria ini dan masuk ke dalam semak. Mengambil senjatanya atau mungkin memberikan pelajaran. Mereka tak berniat untuk melenyapkan jadi rencana mereka mungkin hanya akan mengikat saja. Jadi dalam hitungan ke tiga saat pria ini hendak memasukkan tangannya ke dalam semak, suara yang lainnya muncul. "Hey idiot!" Suara itu menghentikan aksi Martin dan Syarif. "Tinggalkan saja kata Tuan. Cepatlah kemari, aku harus jauh-jauh kemari hanya untuk memanggilmu. Jika kau tidak datang maka kau
"Aku rasa ini hanya akan sia-sia, permainan ini memakan banyak waktu, astaga." Ibrahim yang sekarang mengeluh, semuanya terasa tidak masuk akal dan menyebalkan. Rasanya semua aba-aba yang diberikan oleh Nigel adalah aba-aba yang sia-sia saja. Ibrahim tampak mondar-mandir di tempat dia berdiri dengan kedua tangan yang terlipat di dada. Bahkan Andira belum makan bahkan hanya sesuap dan apa yang akan terjadi setelah ini. Martin harus diberikan peringatan, tak ada yang bisa menyelesaikan ini jika tak ada yang bergerak. Kenapa Nigel harus bermain petak umpet segala, mereka bahkan berjauhan dan Nigel sekarang memerintahkan kepada Ibrahim agar segera datang ke wilayah mereka karena Martin akan segera diberikan pelajaran. Raisi harus ditukar dengan Andira, dan Ibrahim harus tetap bersama dengan Nigel. Mereka akan memberikan pelajaran untuk Martin. Setidaknya semua yang berlalu adalah kesalahan Martin, itulah yang mereka pikirkan sehingga Martin yang harus menanggung ini semua. Bahkan Marti
Mobil melaju kencang di jalanan berbukit, membawa Andira semakin jauh dari tempatnya disekap. Ibrahim duduk di kursi pengemudi dengan wajah tegang, sesekali melirik ke kaca spion untuk memastikan tidak ada yang mengikuti mereka. Di kursi belakang, Andira meringkuk, berusaha menahan rasa mual yang semakin menjadi. Perutnya bergolak dan kepalanya berdenyut hebat."Berhenti!" teriak Andira, tak tahan lagi dengan rasa mualnya.Ibrahim mengerutkan kening. "Diam!" bentaknya."Kumohon, aku mau muntah," rengek Andira.Ibrahim menggerutu pelan, kemudian menepikan mobil di bahu jalan. Andira membuka pintu mobil dengan tergesa-gesa dan berlari keluar. Dia muntah-muntah di pinggir jalan, merasakan isi perutnya seakan-akan akan keluar semua.Ibrahim turun dari mobil dan berjalan ke arah Andira. "Cepatlah!" ketusnya.Andira menyeka mulutnya dengan tangan yang gemetar. Dia masih merasa pusing dan lemas, tapi dia tahu dia tidak bisa berlama-lama di sini. Dia harus kabur. Saat Ibrahim kembali ke kurs
Ibrahim menggeram frustrasi. Baru hampir saja ia berhasil membawa Andira bersamanya kepada Nigel, sayangnya wanita yang ia sekap kini berhasil lolos dan kabur dari Ibrahim, yab sekarang Andira lenyap begitu saja. Ia mencengkram erat rambutnya, berusaha menenangkan diri. Ia harus berpikir jernih jika ingin menemukan Andira.Ia ingat saat Andira berhasil lolos darinya. Saat mereka dalam perjalanan, Andira pura-pura sakit dan meminta berhenti di sebuah hutan. Ibrahim yang lengah tidak menyadari niat Andira. Ketika ia keluar dari mobil untuk mencari air, Andira telah menghilang ke dalam hutan.Ibrahim segera menghubungi Nigel, rekan Ibrahim, yang memiliki kelicikan yang sama seperti Ibrahim bahkan jauh lebih licik untuk bisa menemukan dan menyekap Andira."Andira kabur!" teriak Ibrahim di telepon."Apa?!" Nigel membentak di seberang sana. "Bagaimana bisa?!"Ibrahim menceritakan apa yang terjadi. Nigel semakin marah mendengarnya. Ini adalah kesalahan Ibrahim dan Nigel tidak mau tahu akan h
Jantung Andira berdetak kencang bagaikan genderang perang. Nafasnya tersengal-sengal, keringat dingin membasahi dahinya. Tubuhnya gemetar bukan karena kedinginan, melainkan karena ketakutan yang mencekam. Ibrahim, orang yang paling dia hindari, kini tengah memburunya di dalam hutan lebat ini.Andira bersembunyi di balik semak-semak, berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlihat. Dia mengintip dari balik dedaunan, mengamati langkah kaki Ibrahim yang semakin mendekat. Matanya yang tajam seperti elang, tak henti-hentinya mencari jejak Andira.Andira meringkuk ketakutan, berusaha untuk tidak bersuara. Dia tahu, jika Ibrahim menemukannya, dia tidak akan selamat. Bayangan kekejaman dari Nigel jika saja Ibrahim berhasil menemukan dia dan memberikan Andira pada Nigel yang kemam dan sangat menghantui, saat Ibrahim dengan kejam memperlihatkan ketidak manusiawi perbuatan dari Nigel. Andira tidak ingin kembali merasakan penderitaan itu.Suara ranting patah terdengar di kejauhan. Andira menegang, ja