Share

16. Pulpen

Letnan Felix benar-benar murka. "Kejar mereka!"

Lelaki itu menendang gundukan bara api unggun yang tercecer. Bara itu seketika berubah menjadi abu ketika tersentuh oleh sepatu but. Dia berniat menggunakan kaki kirinya untuk melakukan hal yang sama, namun itu urung dilakukan. Cahaya api unggun menunjukkan sesuatu yang dianggap berharga bagi Felix.

"Aha, ternyata benda ini ada gunanya," seraya merunduk kemudian meraih sebuah pulpen yang tergeletak bersama dengan kantung uang dan pisau belati. "Dia lupa tidak membawa barang miliknya. Nona, kau terburu-buru ingin pergi."

Pria berseragam warna khaki itu tertawa sendiri. Untungnya tidak ada anak buahnya yang memperhatian. Jika dilihat, orang akan mengira jika dia sudah gila. Sungguh aneh, ketika kegagalan menghampiri dia malah tertawa. Orang juga akan sulit menerka alasan dia tertawa apalagi binatang liar yang ada di sana.

Dia memperhatikan ke sekelilingnya. Berpikir keras.

"Bagaimana?" lelaki itu berjalan ke arah para prajurit yang seda
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status