Shakira menelan pil – pil yang ia dapat dari dokter yang telah ia kunjungi sore itu setelah selesai kuliah. Bekas makan malam yang masih ada di meja ia abaikan begitu saja tanpa repot – repot memanggil asisten rumah tangga untuk membersihkannya. Shakira tak ingin membuka pintu kamarnya. Ia ingin mengunci diri dan menghabiskan malam itu dengan tugas – tugas kuliah yang menumpuk dan beberapa buku novel dari berbagai genre yang belakangan berhasil menjadi teman waktu luangnya.
Namun baru beberapa lembar ia membaca buku, ia tak bisa menahan berat di kepalanya akibat flu yang di deritanya. Bergegas Shakira mengunci pintu kamar dan mematikan lampu. Ia merebahkan dirinya dengan cahaya redup yang berasal dari lampu tidur diatas nakas.
Sayup – sayup ia mendengar suara orang berbicara, tanpa pikir panjang wanita muda itu mematikan lampu tidur dan menenggelamkannya dalam kegelapan kamar. Ia mendesah karena lega dan suka dengan sepi yang seolah mendekapnya.
"Sayaaaang... Harusnya kau istirahat di rumah saja. Lihatlah, kau masih demam.'' Natarina memegang kening Shakira yang merebahkan diri di pangkuannya. Walaupun khawatir namun ia tak bisa memungkiri kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya saat putri semata wayangnya itu datang mengunjunginya, setelah sekian minggu tak bertemu secara langsung."Shaki rindu sama mama. Dan mumpung si eeemmm... Axel memberiku izin jadi Shaki segera saja berangkat. Shaki ingin menginap di sini ma, boleh kan?'' rengek Shakira dengan suara sengau di selingi bersin kecil yang telah kesekian kalinya ia alami. Natarina menggeleng perlahan dengan wajah simpati."Tunggu sebentar,'' ucapnya sambil berdiri bangkit dari duduknya dan meninggalkan Shakira yang tergeletak lemah di atas sofa. Wanita muda itu sibuk membersihkan ingus yang meleleh dari hidungnya. Hingga ia harus bangkit dari rebahnya karena mendengar ponselnya berdering menandakan panggilan masuk.Pasti Axel. Loh? Nomer asing siapa
Shakira mencoba mengabaikannya dan memblokir nomor asing tersebut. Akan tetapi, ia ingat akan ancaman pesan tersebut, bahkan mereka mengetahui namanya dengan jelas.Dalam gelisah, Shakira menelepon ibunya untuk memastikan bahwa wanita itu baik – baik saja. Dan benar saja, dalam telepon video itu nampak Natarina sedang tiduran menggunakan kacamata baca yang masih bertengger di ujung hidung mancungnya."Mama, aku ingin bicara pada Axel supaya mama bisa tinggal disini saja.'' Shakira mencoba mendekati inti permasalahan yang membuatnya gelisah."Jangan cengeng Shaki, mamalah yang sengaja meminta pada Axel agar hidup terpisah darimu nak.''"Hah? Kenapa ma?''"Sayaaaang, sudah berapa kali kita bahas masalah ini sejak kau menikah. Mama tak ingin mengganggu kehidupan rumah tangga kalian nak. Dan lagi, biar kalian bisa fokus untuk segera dapat momongan! Duuuh... keceplosan deh.'' Natarina tergelak, ''Kalau ada mama takutnya Axel malu - malu,'' bisikny
Melihat Axel yang tak berdaya membuat Shakira tak tega meninggalkannya begitu saja. Maka setelah memastikan Axel baik – baik saja dan menitipkannya pada pengawasan bibi Nuri, asisten rumah tangga yang memang mengurusinya sejak ia kecil, Shakira merasa lega untuk pergi ke kampus.Pagi itu ia pergi kuliah dan mencari tahu tentang kerja part time kepada teman - temannya. Banyak informasi pekerjaan yang ia terima, namun beberapa diantaranya menginginkan pekerja seharian penuh. Kesibukannya akan kuliah dan mencari pekerjaan membuatnya melupakan tentang Axel yang tak muncul di kampus.Akan tetapi siang itu entah sengaja atau tidak, teman – teman Axel duduk tak jauh dari tempat duduk Shakira saat mereka makan siang di kantin dan pembicaraan mereka hanya seputar tentang Axel. "Kemana lagi si Axel?''"Ah kurasa dia kelelahan gara – gara semalam, hahaha...''"Kau benar! Dia seperti orang gila! Yaaah siapa yang nggak gila sih kalau lihat Eliza sepe
Mobil hitam mewah itu memasuki pelataran sebuah rumah mewah yang sangat megah. Shakira turun dari mobil setelah pak Johny membukakan pintu untuknya. Walaupun Shakira tak menyukainya, namun kini ia harus patuh akan semua aturan yang telah ditetapkan oleh suaminya, jika ia tak ingin para pegawai itu dipecat seperti yang sudah – sudah karena melalaikan tugasnya, walaupun itu atas dasar permintaan Shakira. Baru saja Shakira akan menelepon ibunya, ia tertegun saat mendengar suara cekikikan perempuan dari dalam kamarnya. Sesekali ada ledakan tawa dan pembicaraan manja, salah satunya adalah suara laki – laki yang sangat ia kenal. Apa - apaan ini? Dengan menahan emosi Shakira membuka pintu dengan kasar, hingga daun pintu itu membentur dinding dengan suara yang menggema di seluruh rumah besar itu. BRAK! Dengan mengepal kesal, Shakira berdiri di tengah pintu memandang Axel yang tampak santai duduk di sofa miliknya. Lain halnya dengan perempuan yang berp
Axel melepaskan pagutan bibirnya pada Shakira, akan tetapi betapa terkejutnya wanita itu saat melihat kedua pergelangan tangannya telah terikat di depan dadanya."Axel! Apa yang kau lakukaaann?'' pekik Shakira dengan menahan kesal di dalam dirinya. Ia berusaha memukuli Axel dan menggeliat agar bisa terlepas dari kungkungan tubuh Axel yang menindihnya. Lalu dengan gerakan cepat Axel menarik lepas kaos lengan pendek yang ia pakai dan langsung diikatkan ke wajah Shakira untuk menutup kedua mata istrinya. Shakira makin histeris tak karuan dengan menendang – nendangkan kakinya."Hei, heiii... Tenang dulu ....'' bujuk Axel yang tiba – tiba membuat Shakira terdiam seolah memikirkan sesuatu."KAU GILA! APA YANG KAU LAKUKAN?" pekik Shakira penuh amarah. Belum lagi tiba – tiba Axel memposisikan kedua kaki Shakira melingkari pinggangnya dan kedua lengan Shakira kini terkalung di leher Axel.Shakira menggeliat kegelian saat Axel memegang pinggangnya
"Maafkan aku sayang karena sengaja membuatmu marah. Tapi lain kali kalau marah jangan melemparkan ponselmu. Kau bisa memukuli aku sepuasmu. Tetapi jangan membuang ponselmu. Rasanya aku bisa gila jika tak bisa menghubungimu setiap saat. Suamimu - Axel.''Shakira meletakkan sepucuk surat yang ditulis tangan oleh Axel, wanita itu tersenyum membayangkan wajah Axel saat menulisnya. Ia meraih box ponsel yang masih tersegel dan sebuah kartu GSM baru yang terletak di samping benda tersebut.Tumben, dia tak membukanya dulu, apa ini tandanya ponsel ini aman dari retasan? Dan lagi entah kenapa dia tak pernah membawaku berbelanja atau membiarkanku belanja sendiri? Oh iya, aku baru ingat, aku yang tak pernah mau mengungkap hubunganku dengannya. Apa aku salah? Lagipula, semua ini hanya nikah kontrak kan? Dan sewaktu – waktu bisa saja semua kemewahan dan keindahan ini berakhir. Ohya, lalu untuk apa aku punya kartu unlimited ini, tapi semua keperluanku selalu dipenuhi olehnya.
Menjelang sore, Shakira yang sedang sibuk membereskan tugas – tugas kuliah itu dikejutkan oleh pemberitahuan Amelia tentang kedatangan seorang laki – laki yang mencarinya. Dengan perasaan aneh dan heran ia menemui tamu misterius itu.Betapa terkejutnya ia saat melihat sosok Dave berdiri di taman depan rumah. Dan kini Shakira duduk di taman depan rumah berdua dengan Dave."Dave? Kau gila! Apa yang kamu lakukan disini?'' Shakira terlihat panik dan berusaha menyeret Dave menuju keluar pagar."Aku ingin bertemu denganmu Ra, nomormu sejak kemarin tak bisa aku hubungi. Tadi aku juga ke kampusmu, tapi kata teman – teman disana, kau sedang tak ada jadwal kuliah, makanya aku terpaksa kemari. Ada apa? Aku sangat mengkhawatirkanmu Ra.'' Dave menggenggam tangan Shakira yang langsung di lepaskan oleh Shakira dengan lembut agar tak menyinggung Dave."Pergi dari sini Dave. Kumohon, aku tak ingin terjadi masalah denganmu,'' ucap Shakira dengan panik
Sementara itu Shakira yang sempat terguncang karena alasan kedatangan Dave, dengan terburu - buru mengemasi buku - bukunya. Wanita itu mengernyit seolah menyadari sesuatu.Tunggu, ada yang salah. Ada yang aneh. Ini masih membingungkanku. Bagaimana Dave tahu tentang semua ini? Padahal pernikahanku ini kan rahasia dan tertutup untuk umum? Darimana Dave tahu, padahal dengan mengetahui rumah ini saja itu sudah tak mungkin. Lalu kenapa dia begitu khawatir dan ingin menyelamatkanku. Dari siapa? Dari Axel?Shakira menghela napas dengan berat, sambil berjalan hilir mudik di kamarnya. Pikirannya benar – benar kalut memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Seperti potongan – potongan puzzle yang bertebaran Shakira mencoba merangkai, namun ia tetap tak bisa menemukan alasan dan benang merahnya.Oh ini semua benar – benar membingungkan. Semua tak ada kaitan apa pun, Axel, Aksa dan Dave. Tidak, tidak, tidak! Aku harus tenang. Aku harus bisa menahan diri untu