Masuk"Nikah dengan gadis biasa? Yang benar saja!" Andra, seorang aktor terkenal yang membintangi puluhan film dipaksa menikahi seorang wanita bercadar yang usianya tak jauh darinya. Seorang wanita yang dinilainya kolot dan juga perawan tua. Sampai pernikahan mereka, Andra terus bersikap dingin dan menghina istrinya tersebut. Hingga sebuah kejadian menyakitkan terjadi.. Andra tersentak bahwa tak ada satu orang pun yang berada di sisinya melainkan Andini, istri yang selalu diremehkannya.. Adakah benih cinta itu muncul setelah pahit manisnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga bersama?
Lihat lebih banyak"Apa? Nikah dengan gadis biasa?" Yang benar saja. Mata Andra sampai mau keluar menatap ibundanya.
Sudah biasa jika Andra disinggung soal pernikahan. Maklum usianya sekarang sudah 35 tahun. Kalau tinggal di desa, Andra pasti sudah dipanggil bujang lapuk. Tapi, kan Andra ini pria metropolitan. Aktor besar yang sudah membintangi puluhan film ternama. Kalau dia menikah di puncak karirnya, itu sama saja mematikan karirnya. "Terus kamu mau nikah dengan siapa? Laki-laki?" Mata Maryam juga mau keluar. "Bukan begitu. Cuma aku belum mau nikah!" "Kenapa sih? Nggak doyan cewek kamu?" "Astaga!" Andra sampai mengelus dada. "Mama tahu sendiri jadwalku sampai dua tahun kedepan itu full. Ada dua film yang akan aku bintangi. Belum lagi modelling, dan membintangi variety show. Jadwalku full." "Lalu hubungan jadwalmu full dengan menikah apa, hah?" "Sudah." Andra mengibaskan tangan. Percuma bicara dengan ibunya seperti berbicara pada tembok. "Mau sampai kapan kamu nggak menikah, nak?" Maryam menatap putranya dengan memelas. Senjata yang selalu diberikannya ketika Andra bersikeras. "Umurmu sudah 35 tahun." "Baru 35 tahun. Belum 40." "Jadi kamu tega dengan ibumu sendiri?" "Ya ampun!" Andra sampai menepuk jidatnya sendiri. Sepertinya dia akan menawarkan Maryam untuk membintangi film seperti dirinya. Maryam sungguh pintar membuat drama. "Tega bagaimana lagi sih, bu?" "Apa ibu harus meninggal dulu baru kamu sadar untuk menikah? Di dunia ini kita hanya tinggal berdua. Ibu mau kamu menikah dan hidup selayaknya orang berkeluarga. Memiliki anak dan bahagia. Ibu ingin memangku cucu sebelum nafas ini diambil sama yang Kuasa." Sambil memijit keningnya, Andra menatap ibunya dengan jengah. "Ya sudah kalau itu mau ibu. Kenalkan aku dengannya." Maryam langsung bersorak senang. "Besok malam bersiaplah! Kita akan ke rumah calon istrimu." "Cuma kenalan!" Koreksi Andra. Ada-ada saja ibunya ini, mana ada satu kali ketemu langsung deal menikah. Apalagi itu wanita biasa, Andra harus menseleksinya secara ketat. Besok malam tiba, Andra dan Maryam bersiap ke rumah wanita biasa yang akan dijodohkan dengannya. "Siapa nama wanita itu?" Tanya Andra ketika dalam perjalanan. "Andini." Maryam tersenyum manis. "Berapa umurnya?" "Nggak tahu ya, berapa.. pokoknya masih muda. Cantik lagi!" Andra hanya diam. Dia akan membuktikan sendiri ucapan ibunya. Keduanya lalu tiba di sebuah rumah sederhana yang ada di pinggir kota. Ketika mereka sampai, seorang ibu berpakaian bling-bling menyambut mereka. "Selamat datang calon besan." Sambut wanita itu dengan penuh percaya diri. Apalagi ia sambil melihat Andra yang tampan mandraguna. "Terima kasih. Senang sekali kita bisa bertemu lagi." Ucap Maryam bersenang hati. "Perkenalkan ini Andra." "Jadi ini yang namanya Andra. Ya, ampun.. ternyata lebih ganteng aslinya." Wanita ini sampai tak berkedip. Andra terpaksa menyembulkan senyumnya. Melihat Andra yang tak ada reaksi, Maryam menyenggol lengan anaknya. Kalau begitu, Andra mengerti. Dia harus menyalimi wanita tua yang memakai pakaian bling-bling ini. Andra sampai heran sendiri. Apa ada hajatan di malam-malam begini. Kenapa pakaian wanita paruh baya ini heboh sekali. "Ndra, ini ibu Lastri. Ibunya Andini." Sambung Maryam. "Salam kenal, tante." "Silahkan masuk." Wanita tersebut memundurkan tubuhnya dan mempersilahkan dua tamunya untuk masuk ke ruang tamu. "Maaf rumahnya kecil." Lastri terkekeh basa basi. "Walau kecil tapi sejuk, ya? Mungkin karena penghuninya sering mengaji." Puji Maryam. Aw, lihatlah wajah sumringah itu. Andra sampai mengkerut-kerut melihat Lastri salah tingkah seperti ABG labil. "Ibu Maryam bisa aja! Yang namanya ikut pengajian ya pasti sering mengaji." Andra menatap ibunya dengan penuh pertanyaan. Sementara, Maryam langsung mencubit paha anaknya supaya tetap fokus. "Eh! Mau kemana kamu, Ra?" Tanya Lastri pada wanita berhijab. Tampilannya begitu tomboy. Dia memakai jeans yang dipadu padankan dengan sweater. "Mau nongkrong sama temen." Sahut Tiara cuek. "Kenalin dulu nih temen mama. Namanya ibu Maryam sama ehem.. ada mas Andra. Kamu tahu, kan? Yang artis film itu." Tiara menatap kedua tamunya. "Oh.. salam kenal." Tiara lalu beralih pada ibunya. "Ma, minta uang. 150 ribu aja!" Mata Lastri sampai melotot. Putrinya ini yang benar saja. Sungguh memalukan! Lastri pun langsung menampilkan wajah tak enak. Sebuah senyum yang penuh kecanggungan. "Maaf, bu Maryam, nak Andra. Tunggu sebentar." Lastri lalu menyeret putrinya masuk ke kamar. Terdengar suara jeritan dan Andra yakin Tiara pasti dijewer di dalam sana. "Keluarga begini yang mau ibu jodohkan denganku?" Bisik Andra. "Diamlah. Ibu kenal baik dengan bu Lastri itu. Dia ikut pengajian di majelis taqlim Rabbani. Beberapa kali ibu sudah ketemu anaknya yang bernama Andini itu." "Yang tampilannya seperti perempuan tadi?" "Hush! Jangan begitu. Itu tadi adiknya." Andra hanya bisa menghela nafas panjang sambil merengut. Adiknya saja kucel begitu, Andra yakin kakak perempuannya pasti lebih lagi. "Aku pergi ya, ma! Bye!" Tiara nyelonong pergi tanpa mengucapkan satu katapun pada kedua tamunya. Buat Andra jadi tersinggung saja. Padahal, dia ini begitu dihormati di dunia keartisan. Semua orang yang melihatnya akan memberikan rasa kekaguman. Bahkan ada yang mengejarnya untuk meminta tanda tangan. Tapi perempuan itu main pergi begitu saja! "Maaf ada iklan sedikit." Lastri menutup mulutnya sambil tertawa pelan. "Tiara memang beda dengan mbaknya. Kalau Tiara itu sedikit tomboy. Tapi dia udah bekerja, kok." "Bekerja apa?" Tanya Maryam. "Dia guru honorer di sekolah dasar." "Sudah bekerja tapi masih minta uang dengan orang tua." Ketus Andra yang langsung mendapat cubitan di lengan. "Sakit, bu!" Maryam langsung tersenyum masam. "Oh, dimana Andini tadi? Apa dia sudah kemari?" "Nah, iya. Mana Andininya?" Tanya Maryam tak sabar. Melihat ekspresi keduanya membuat Andra semakin sebal. Sungguh dia ingin kabur dan bersembunyi. Seorang Andra yang biasanya ditunggu di lokasi syuting malah sekarang harus menunggu. Bah! "Andini!" Panggil Lastri. "Dini!" Sadar suaranya sedikit meninggi, Lastri langsung tersenyum tak enak. "Maaf. Tunggu sebentar. Aku panggilkan anakku dulu." Baru saja bangkit dari duduknya. Yang dipanggil muncul dengan membawa nampan berisi 3 gelas air minuman lengkap dengan sepiring cemilan. "Maaf, tadi saya di belakang." Maryam tersenyum manis melihat wanita berhijab yang baru saja muncul ini. Dengan anggun, dia menghidangkan tiga cangkir minuman untuk kedua tamu dan ibunya. Sementara, Andra memperhatikan wanita yang ada di hadapannya ini. Wanita bergamis pink pastel, berhijab panjang dengan cadar yang menutupi. Jangan bilang jika perempuan ini yang akan dijodohkan dengannya. Andra akan mengomel setelah ini! "Perkenalkan Andini. Ini ibu Maryam dan itu anaknya." Seru Lastri tersipu seolah dia yang akan dijodohkan. "Saya Andini." Andini datang mendekati Maryam dah menyaliminya dengan takzim. Sementara, Andra hanya disapanya saja. "Sudah beberapa kali kita bertemu.." ucap Maryam tanpa menanggalkan senyuman. "Iya. Sudah beberapa kali.." sahutnya datar. Andra memperhatikan lagi wanita bercadar ini. Alisnya tebal dengan mata cerah yang tajam. Dari cara dia memandang, Andini sepertinya bukan wanita menye-menye yang pemalu. Dia terlihat tegas dan... ah, Andra sudah berpikiran negatif saja. "Saat ibu menceritakan tentangmu, Andra sampai tak sabar mau datang kemari untuk bertemu.." "Nah.. sejak kapan?" Sela Andra. Kenapa ibunya jadi berbohong begini? Sementara, Maryam tak menanggapi ucapan anaknya. Ia kembali mencubit lengan Andra dengan gemas. Setelah ini, Andra akan ke rumah sakit. Sudah pasti sepanjang lengan Andra sudah tercipta tanda cinta dari ibunya. "Sama.. Andini aja nggak sabar katanya mau ketemu sama mas Andra." Lastri dan Maryam jadi tertawa bersama. Andini sendiri tidak membuka suara. Tapi dari ekor matanya, dia hanya melihat dengan sinis percakapan dua wanita ini. "Andini ini lulusan S2 loh, nak Andra." Lastri mulai mengagungkan anaknya. "Jurusan apa, din? Mama lupa." "Public health." "Nah, itu.. dia juga pegawai negeri di rumah sakit. Pekerjaannya sebagai perawat." "Rumah sakit mana?" Tanya Maryam. "Rumah sakit jiwa." Andra tergelak. Astaga apa lagi ini? Jadi ibunya ingin menjodohkannya dengan pegawai rumah sakit jiwa. Andra menutup mulutnya menahan tawa, namun ia langsung terdiam ketika bersitatap dengan mata wanita di hadapannya. "Pekerjaan yang mulia." Ucap Andra memperbaiki sikapnya. "Kalau Andra ini cuma S1 lulusan ilmu sosial. Ya, tapi takdir berkata lain, dia malah banting setir jadi artis." Jelas Maryam. "Wajar kalau jadi artis, bu. Toh, anak ibu gantengnya kebangetan begitu." Puji Lastri yang membuat Andra tersenyum bangga. Memang dasar rezeki Andra, ketika dia sedang berkuliah semester 4, dia tidak sengaja mengikuti audisi model di sebuah pusat perbelanjaan. Tak lama, ia lalu diterima dan mengasah bakatnya sebagai model majalah. Setelah itu, ia baru dipercaya bermain film dan menjadi aktor terkenal hingga sekarang. "Iya.." sahut Maryam sembari menatap malas anaknya. Sebenarnya dia tidak suka memiliki anak seorang superstar. "Bagaimana kalau Andini dan Andra ngobrol berdua? Supaya kalian bisa saling mengenal." Maryam memberikan ide gilanya. "Wah itu betul, bu. Ayo, nak. Ajak Andra ngobrol di teras depan. Kalian harus berkenalan sebelum menikah." Sambung Lastri antusias. Oh, giliran Andra yang melotot pada ibunya. Ingin sekali dia mencubit gemas pipi Maryam. Katanya hanya perkenalan, kenapa Lastri malah menyebut-nyebut pernikahan. Namun, sebelum Andra menyerang. Maryam sudah memelintir ujung kaos yang ia pakai sampai goresan kuku ibunya sedikit menyentuh lengan Andra. Sungguh, setelah ini Andra akan pergi ke rumah sakit dan melakukan visum. Dia sudah dianiaya oleh ibunya sendiri. Sementara, Andini tidak membuka suaranya. Ia berdiri dan menuju ke teras depan. Mau tak mau, Andra harus mengikuti wanita bercadar itu sebelum ditendang oleh ibunya."Kamar mama ada di lantai 4." Ucap Tiara setelah Andini baru pulang dari minimarket."Kapan pindahnya?""Sebentar lagi."Oleh karena Lastri yang masih mengalami pusing, ia lalu dibawa pindah ke kamarnya menggunakan brankar. Sebuah kamar VIP di lantai 4. Lastri yang cerewet ingin istirahat dan tidak mau bergabung dengan pasien lain, sebagai anak, Andini dan adiknya memberikan yang terbaik saja.Sesampainya di lantai 4, Andini terkejut karena bertemu dengan teman sekolahnya yang merupakan perawat di lantai ini."Ra.. kamu jaga mama sebentar. Mbak mau ke depan, rupanya ada temen mbak kerja disini."Tiara mengangguk dan membiarkan Andini ke nurse station. Sementara Andini menemui Risa teman lamanya yang sedang mengerjakan laporan di nurse station."Ya Allah, Andini. Ini kamu?" Risa tersenyum dan memeluk Andini. "Apa kabar?""Baik sekali. Kamu apa kabar?""Baik juga! Udah lama kita nggak ketemu.""Hmm.. terakhir reuni beberapa tahun yang lalu."Jadi gimana sekarang? Udah dapet pangerannya?
Maryam dibawa ke unit gawat darurat dan menerima tindakan dari tim medis. Oleh karena tak darurat, Maryam diizinkan untuk pulang ke rumah."Hanya sakit maag biasa. Pasien diperbolehkan pulang." Ucap dokter wanita yang berjaga malam itu."Tapi kenapa ibu saya masih terlihat lemas ya, dok?" Tanya Andra keheranan karena melihat Maryam memejamkan matanya dengan rapat."Mungkin karena muntahnya tadi. Tapi saya sudah memberikan obat suntikan untuk meredakan nyeri."Andra mendekati ibunya dan memanggil. Tapi Maryam hanya melenguh tanpa membuka matanya."Masih terasa sakit, bu?"Maryam mengangguk. Kini bulir air mata terlihat meleleh di matanya."Dok.. apa ibu saya perlu rawat inap?" Andra kembali memburu dokter yang berjaga di nurse station. Dia jadi tak tega dengan keadaan ibunya."Sebenarnya tidak perlu." Dokter wanita itu jadi menghela nafas panjang. Sebenarnya dari segala pemeriksaan, dokter ini tak menemukan hal yang parah pada Maryam. Ia malah menduga ibu paruh baya itu mengalami psiko
"Kepalamu korslet?"Andra tersenyum pahit mendengar pertanyaan dari sebrang sana. Salahnya sendiri yang menelpon dan tiba-tiba mengajak menikah."Kamu dimana?" Tanya Andra akhirnya."Di rumah. Mau kemari? Aku tunggu kalau begitu."Andra mengiyakan. Sudah lama juga tidak bertemu, ada sedikit rasa rindu disana. Sekitar 30 menit dari rumah Andini, Andra tiba di sebuah rumah mewah di perumahan elit. Seorang wanita cantik rambut sebahu menyambutnya."Apa kabar, An?" Wanita ini memeluk Andra dengan erat."Baik. Kamu gimana?" Tanya Andra."Baik juga. Ayo, masuk!"Andra masuk ke rumah mewah ini dan duduk di ruang keluarga. Itu karena Andra sudah dikenal baik dengan keluarga ini. Ia sering bolak balik mengantar Rena, nama wanita ini ketika pulang dari bekerja."Kamu mau minum apa?" Tanya Rena."Minum kopi saja." Jawab Andra memandang lekat. Tak lama Rena kembali lagi dari dapur dan membawa secangkir kopi."Kamu dari mana tadi?""Dari rumah seseorang. Tumben kamu pulang cepat. Biasanya kamu lem
Pesta ulang tahun hampir berakhir, apalagi anak-anak Prilia bangun dari tidurnya dan berteriak ingin bergabung dengan acara. Wajar saja, pukul sudah menunjukkan jam 11 malam. Anak-anak yang tadi telah tertidur jadi terbangun karena suara bising orang dewasa."Aku harus pulang, anak-anakku juga pasti menunggu." Ucap Dian."Aku juga. Sebelum suamiku mengomel, aku harus segera pulang!" Sambung Asti. "Belum mau pulang, Bem?" Tanyanya pada Bembi.Bembi lalu melirik Andra. "Mau pulang nggak?""Kenapa nanya aku?" Tanya Andra balik."Apa ini? Kalian berdua pacaran?" Seru Dian hingga geleng-geleng kepala."Sudah pulanglah sana. Nanti ibu Maryam nelpon lagi!" Prilia jadi geli mengingat pesan yang ia terima tadi."Ah.." Dian langsung menatap ke arah pintu depan pada wanita yang baru saja masuk. "Kayaknya Andra nggak bisa pulang.""Kenapa?" Oh, Prilia dan yang lain ikut terkejut akan kedatangan seseorang. Begitu juga Andra yang langsung berdecak kesal."Malam semua.. aduh, maaf aku telat. Tadi ba
Andini berdiri menatap taman kecil yang ada di depan teras rumahnya. Taman yang dipenuhi dengan aglonema kesayangan ibunya. Andini sendiri mendedikasikan hidupnya untuk bekerja di rumah sakit hingga sedikit sekali dia ikut campur dalam penataan rumahnya.Andra yang baru menyusul melihat wanita bercadar ini sedang berdiri memandang lurus ke sebuah taman."Padahal ada kursi." Gerutunya pelan.Suasana menjadi canggung karena keduanya sama-sama tak mau membuka suara. Padahal dari dalam, suara dua ibu paruh baya itu sangat memekakkan telinga. Akhirnya, Maryam menemukan teman sepermainannya. Mereka tampak cocok bergosip bersama"Jadi kamu bekerja sebagai perawat?" Andra mencoba memecah keheningan.Andini menoleh sampai membuat Andra memalingkah wajah. Ada apa dengan mata itu? Andra jadi ingin mencongkelnya saking tajamnya."Seperti yang kamu dengar."Apakah ini di kutub utara? Lagi-lagi Andra menggerutu di dalam hatinya. Suara Andini boleh diadu dengan dinginnya es disana."Jadi kamu lulusa
"Apa? Nikah dengan gadis biasa?" Yang benar saja. Mata Andra sampai mau keluar menatap ibundanya.Sudah biasa jika Andra disinggung soal pernikahan. Maklum usianya sekarang sudah 35 tahun. Kalau tinggal di desa, Andra pasti sudah dipanggil bujang lapuk. Tapi, kan Andra ini pria metropolitan. Aktor besar yang sudah membintangi puluhan film ternama. Kalau dia menikah di puncak karirnya, itu sama saja mematikan karirnya."Terus kamu mau nikah dengan siapa? Laki-laki?" Mata Maryam juga mau keluar."Bukan begitu. Cuma aku belum mau nikah!""Kenapa sih? Nggak doyan cewek kamu?""Astaga!" Andra sampai mengelus dada. "Mama tahu sendiri jadwalku sampai dua tahun kedepan itu full. Ada dua film yang akan aku bintangi. Belum lagi modelling, dan membintangi variety show. Jadwalku full.""Lalu hubungan jadwalmu full dengan menikah apa, hah?""Sudah." Andra mengibaskan tangan. Percuma bicara dengan ibunya seperti berbicara pada tembok."Mau sampai kapan kamu nggak menikah, nak?" Maryam menatap putr






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen