"Oh... Tuhan! Dia... Cin... Cindy kan?'' Shakira mendekat memastikan, ''Axel, apa yang telah kau lakukan? Apa dia mati? Axeeel!'' pekik Shakira panik bukan kepalang.
Lalu Axel dengan anggukan kepalanya memerintahkan salah seorang pengawal laki – laki yang berjaga di situ untuk membangunkan Cindy yang tertidur.
Laki – laki berjas hitam itu bergegas mendekati Cindy dan menepuk – nepuk pundak gadis itu agar ia terbangun. Tak lama Cindy terbangun dengan wajah mengernyit bingung dan wajahnya berubah syok saat melihat dua sosok berdiri di hadapannya.
"Aaah Axeeel... Axeeeel...! Ooohh... Shakiraaaaaa... tolong aku!'' pekik Cindy dengan wajah memelas memohon - mohon. Namun hanya disambut tatapan dingin oleh Axel.
"Tenang saja, aku akan melepaskanmu jika kau mengakui semua perbuatanmu dihadapan istriku,'' ucap Axel bersedekap dengan sikap tegas dan antipati.
"Ada apa ini?'' tanya Shakira dengan wajah tercekat menatap Axel dan Cindy bergant
"Shakiiiii......!'' pekik Axel melihat Shakira tertimpa tubuh Cindy yang masih terikat pada kursi kayu dan kesakitan. Spontan seoarang pengawal yang tersisa menyeret lengan Cindy menjauh dari Shakira dan mendudukkan wanita itu dengan kasar. Sementara Axel menolong Shakira dari rebahnya dan melihat pipi Shakira yang berdarah tergores gigi Cindy. "Dasar rubah betina tak tahu diri!'' sahut Axel sangat marah dan menampar Cindy dengan keras. PLAK! ''AAGKK!" Darah segar mengucur di sudut bibir wanita itu dan membuatnya memekik kesakitan. "AKU BENCI KAMU AXEL! AKU BENCI KAMU SHAKIRA! AKU BENCI KALIAAAAAN...! KENAPA KAU HARUS HIDUP! KENAPA KAU HARUS ADAAAA SHAKIRAAA...!" pekik Cindy histeris dan mulai meraung. "Sumpal mulutnya, jangan beri dia makan sampai Polisi datang menjemputnya!'' ucap Axel dengan geram pada pengawalnya. "Baik tuan!'' sahut sang pengawal seraya menambal mulut Cindy dengan lakban. Cindy mencoba berontak dan
Shakira tersentak kaget tak percaya, ''jangan bercanda Axel! Sungguh! Tidak lucu tahu!'' sergah Shakira dengan tatapan membulat sempurna.Lagi – lagi Axel membuang muka dan menguyap wajahnya dengan kacau. Shakira melompat dari pangkuan Axel."Bukankan Cindy baru saja mengakui bahwa Aksa lah yang membunuh Dave? Axel... Please! Jangan buat aku semakin bingung!'' pekik Shakira dengan tertatih - tatih."Aku tak tahu! Jujur aku memang berencana membunuhnya waktu itu! Aku sudah mengirim orang suruhanku! Dari sejak aku memberinya perintah tiba – tiba beberapa jam kemudian dia sudah ditemukan tewas di penjara!'' papar Axel dengan wajah sangat kusut.Shakira membekap mulutnya tak percaya dan berjalan mundur perlahan dan berpegangan pada pinggiran ranjang yang tak jauh darinya."Axel ....''"Aku tak tahu! Tapi entah kenapa orang suruhanku mengakui bahwa bukan ia pun tak yakin siapa pelakunya. Bahkan ia juga belum sampai memerintahkan pembu
Shakira terbangun dengan malas dan berat. Benar saja, ia mengernyit saat melihat tubuh Axel yang masih di posisi menindihnya. Ia melirik keadaan sekitar ranjang yang sangat berantakan, bahkan pakaian mereka berceceran hingga ke mana - mana.Oh tidak! Seperti perang badai saja. Ini memalukan, tapi... Tapi... Ooohh tidak... Aku... Tapi aku menginginkannya? Oh tidak...! Ada apa denganku? Kenapa aku jadi seperti ini? Entah sejak kapan aku menginginkan ini? Tidak, ini memang strategiku untuk menaklukannya agar aku bisa mengetahui tentang insiden itu. Benar!Shakira bergelut pada pikirannya sendiri, hingga ia tak bisa menahan getaran di tubuhnya karena merasakan napas halus Axel yang terus menerus menyentuh kulit lehernya dan hal itu membuat terlintas apa yang telah mereka lalui bersama. Apalagi melihat posisi kepala Axel yang masih terkulai di ceruk lehernya.Shakira mengerang ringan menahan geli dari tiupan napas Axel dan makin memperkuat ingatannya tentang bagaiman
"SHAKIIIII.....!" pekik Axel histeris melihat sang Istri jatuh terkulai memegangi perutnya. Amelia dan bi Nuri ikut histeris dan berlari tergopoh – gopoh melihat apa yang terjadi."Aaaghhkk... Ooohhh...'' desis Shakira memegangi perutnya dengan kesakitan.Axel segera menggendong Shakira dan meletakkannya pada sofa ruang tamu. Shakira menggelepar kesakitan memegangi perutnya dengan di dampingi Amelia dan bi Nuri."Bi tolong buatkan air hangat untuk nyonya! Juga obat! Apa pun itu! Cepat! Amelia kau ambil obat!'' perintah Axel dengan panik membuat Bi Nuri dan Amelia berhamburan kesana kemari dengan panik. Bahkan mereka hampir bertabrakan karena salah harus pergi ke mana.Melihat yang terjadi, dengan kasar Cindy segera diseret paksa oleh sang Petugas ke dalam mobil. Wanita itu berteriak – teriak histeris memaki – maki Axel dan Shakira sampai akhirnya ia dipaksa masuk ke dalam kusi penumpang.Axel mengabaikan Cindy dan terus menjaga Sh
PRAAAANG!"Oh Tuhan!'' pekik Natarina dengan terkejut, lalu menatap jari telunjuk yang berdarah akibat tergores pecahan gelas.Ada apa ini? Kenapa perasaanku tiba – tiba tak enak begini. Jantungku berdebar sangat kencang. Shakira? Oh Tuhan semoga tidak terjadi hal buruk apa – apa pada putriku! Kenapa tiba – tiba aku teringat padanya? Baru kemarin dia meneleponku ingin bertemu.Gumam Natarina dalam hati dan bergegas memunguti pecahan gelas yang berukuran besar."Nyonya, apa yang terjadi? Apa yang anda lakukan? Jangan! Biar saya saja. Nanti tangan nyonya terluka,'' sergah seorang wanita dengan usia jauh lebih muda dari Natarina yang merupakan asisten rumah tangganya."Oh! Tangan nyonya tergores. Mari Nyonya sebaiknya anda beristirahat saja.''"Baiklah Emy, baik. Aku akan menurut padamu,'' sahut Natarina terkekeh.Lalu Emy segera mengambil sapu dan pengki serta mop lantai untuk membersihkan kekacauan itu hingga benar &n
Sementara itu, Axel dengan gelisah berjalan hilir mudik di depan ruang operasi. Hampir tiga jam telah berlalu sejak Shakira ada dalam ruangan itu bersama beberapa dokter dan perawat termasuk dokter Erick.Bi Nuri datang tergopoh – gopoh dari kamar mandi untuk membersihkan bajunya yang bersimbah darah Shakira dan duduk dengan napas terengah. Melihat itu Axel merasa tak tega."Bi, sebaiknya bibi pulang saja dulu, nanti kembali kemari berdua dengan Amelia dan bawa perlengkapan untuk nyonya. Saya kasihan jika bibi harus mondar mandir sendirian untuk mengurusi nyonya. Mumpung saya masih di sini, bibi pulang ya,'' perintah Axel dengan nada sopan."Ya, tapi baju tuan muda juga penuh noda?'' sahut bi Nuri dengan wajah sedih, ''kalau begitu biar saya bawa baju ganti buat tuan muda sekalian ya?""Oh! Ya, baiklah, terima kasih bi,'' jawab Axel yang baru menyadari kemeja dan celananya terkena ceceran darah Shakira saat menggendong dan memangkunya."Saya
"Sayang, kau sudah sadar?'' Axel bergegas mendekati Shakira. Sementara Erick meninggalkan Axel dengan kode tatap matanya."Eeemm.... Ini di..mana?'' Shakira mengerjap – erjapkan kelopak matanya dengan berat seraya memandang ke sekeliling ruangan."Oh, ini... Di rumah sakit. Sudah, kau istirahat saja ya, jangan bertanya macam – macam dulu. Ada aku di sini, aku tak akan ke mana - mana,'' Axel membelai puncak kepala Shakira dan mengecup keningnya dalam - dalam.Shakira menggumam dengan malas, lalu ia menatap wajah Axel dengan tatapan bingung, apalagi melihat kemeja Axel yang terdapat bercak – bercak kotor. Shakira paling tahu jika Axel sangat membenci keadaan kotor dan tak rapi. Laki – laki itu selalu tampil sempurna dan menawan. Tapi kali ini..."Ada denganmu Axel? Kau terlihat kusut, dan kenapa dengan kemejamu? Sepertinya basah? Yah, walau warnanya abu – abu gelap tapi sepertinya itu noda kotor? Apa yang terjadi?''"Sss
"Mama? Apa maksud mama?'' ulang Shakira dengan nada memohon dan tatapan bingung kepada Natarina yang kini mendapat tatapan tajam dari Axel.Wanita paruh baya yang masih menyisakan pendar kecantikan di wajahnya itu membelalak menatap Axel yang seolah menegurnya. Natarina membekap mulutnya karena segera menyadari kesalahannya."Tidak, bukan! Maksud mama, mama sangat khawatir! Apa yang sudah terjadi padamu sayang? Mama sangat terkejut saat sampai di rumah, orang rumah bilang kau terpeleset dan jatuh dari tangga. Mama sangat panik dan ikut bersama Amelia kemari...!'' papar Natarina dengan panik berusaha mengalihkan arah pembicaraan kepada Shakira.Walau Axel sempat mengernyit, ia menatap Amelia dan bi Nuri yang berdiri di ujung ruangan seolah mengucapkan terima kasih atas kebohongan mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kedua wanita yang terpaut umur seperti ibu dan anak itu membalas tatapan Axel dengan senyum bangga."Mama benar – benar lemas saa