Share

Bab 5 : Menyangkal

Penulis: Parikesit70
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-01 06:18:29

“Jessica..., ada apa sih sama lo? Gue liat ada hal aneh deh...,” celoteh Dewi memegang bahu Jessica yang memandang lurus ke depan untuk melihat mobil yang dibawa oleh Samsuri.

“Kagak ada apa-apa. Gue merasa nggak nyaman aja liat banyak orang seperti itu,” jawab Jessica datar.

Dewi yang menaruh curiga pada sahabat karibnya hanya mampu merangkul bahu Jessica dan berbisik tepat ditelinganya.

“Jessi ... Gue tau ada yang elo sembunyikan dari gue. Kalau suatu saat elo mau cerita gue siap.”

Mendengar apa yang dibisikkan oleh Dewi, membuat Jessica menoleh ke arah Dewi dan membantahnya, “Apa sih lo ... Ah! kagak jelas. Orang gue kagak kenapa-napa. Mungkin efek pusing semalam masih ada.”

Bersamaan dengan perkataan Jessica, mobil yang dikendarai oleh Samsuri pun tepat berada di halaman Lobby Mal tersebut. Kemudian, Jessica masuk ke dalam mobil diikuti oleh Dewi. Setelah itu, mobil keluar meninggalkan area Mal menuju rumah.

Di sepanjang jalan menuju rumah, Jessica hanya terdiam dengan memejamkan matanya. Pikiran dan hatinya begitu emosional saat dilihat lelaki yang menidurinya ternyata seorang artis.

Sumpah serapah dalam hatinya tidak bisa dihindari lagi. Hingga Jessica yang matanya terpejam tak sengaja melontarkan kata-kata kasar yang ditujukan pada Candra Wiguna.

“Dasar artis brengsek! Baru juga terkenal udah belagu,” umpatnya secara tak sadar sembari memejamkan matanya.

Dewi yang mendengar hal itu menoleh ke arah sahabat karibnya dan menyenggol bahu Jessica, “Hey..., artis yang mana brengsek? Si Bintang maksud lo?”

Dengan menarik napas panjang, Jessica merapatkan bibirnya dan menelan ludahnya. Kemudian membuka matanya dan melirik ke arah Dewi sembari menggelengkan kepalanya. Hingga Dewi pun, mendelik ke arahnya dan berkomentar atas sikap sahabatnya.

“Jessi ... Hari ini gue liat aneh aja sama sikap elo. Serius! Why...?”

Dengan mengusap wajah cantiknya yang mulus kembali Jessica hanya menggelengkan kepala dan menjawab, “Gue baik-baik aja. Cuma ... Uhm, kayaknya gue sebel aja liat artis lelaki yang namanya Bintang itu. Sok banget gayanya tebar pesona sana-sini. Ih! Najis gue liat orangnya.”

“Ya ampun Jessi..., tumben gue dengar elo sampai begitu sewotnya sama itu artis..., biasanya elo cuek bebek gitu. Lagian, untuk apa juga artis cowok itu bikin elo kesel? Juga dia kagak kenal elo dan pernah singgung diri elo. Santai aja kali...” komentar Dewi atas sikap sahabatnya yang dinilai terlalu lebay dalam membenci seseorang yang tak dikenalnya.

Jessica kembali menarik napas panjang dan menelan ludahnya dengan susah. Sebenarnya, ingin ia membeberkan perihal artis yang tengah melejit itu pada sahabat karibnya. Namun, kebodohan dirinya membuat ia mengurungkan niat untuk bercerita. Sampai akhirnya kebisuan terjadi di antara mereka sejak Dewi berkomentar atas sikap Jessica hingga mobil yang dikendarai oleh Samsuri masuk ke rumah mewah Jessica.

Kedua sahabat karib itu keluar dengan membawa tas belanjaan di sambut oleh Wati, pelayan terlama dari rumah mewah itu dengan sebuah senyum lebar.

“Sini Non Dewi, Bik Wati bantu bawa tas belanjaannya. Banyak banget belanjaannya...,” ujar Wati sembari mengambil 4 tas berisi pakaian dan sepatu yang dibeli oleh Jessica.

“Ini Bik..., Non Jessica laper mata. Makanya setiap toko yang dia masukin langsung dibeli barangnya. Untung aja cuman beberapa jam di Mal. Coba kalau seharian ... Bisa seluruh isi Mal dibawa ke rumah,” ucap Dewi sembari tersenyum dan melirik ke arah Jessica yang tak merespons celoteh sahabat karibnya, seolah pikirannya entah melayang jauh.

Sesampai di ruang keluarga, Jessica langsung menyandarkan tubuhnya pada sofa empuk dengan menyelonjorkan kakinya di meja yang ada persis di depannya, saat Wati dan Dewi membawa tas berisi belanjaan ke kamarnya.

Kemudian, Dewi membawa tiga kantung belanjaan berisi pakaian, sepatu dan tas yang dibelikan Jessica dan duduk di sebelah sahabatnya yang tampak lelah dan tak bersemangat.

“Jessi ... Thanks ya, traktirannya...,” ucap Dewi merangkul Jessica.

“Iyaa..., sama-sama. Maaf ya, kalau gue bikin elo bete. Kayaknya gue lagi bad mood jadinya uring-uringan begini.” Ungkap perasaan Jessica tersenyum samar pada sahabatnya.

Tak berselang lama, Wati menemui Jessica di ruang keluarga dan memberitahukan perihal sebuah bingkisan dari Candra Wiguna pada Jessica yang tengah asyik bercengkerama dengan sahabat karibnya.

“Maaf Non Jessica. Tadi ada bingkisan lagi dari lelaki yang namanya Candra itu. Ini dia kirim cake dan bunga mawar mewah. Cantik sekali bunganya,” tutur Wati dengan membawa bingkisan yang diterimanya dibantu oleh Kani.

Jessica yang kembali melihat barang pemberian dari Candra Wiguna seketika wajahnya berubah dan meminta pada Wati untuk membuang semua yang dikirim oleh lelaki yang telah memperdayainya.

“Bik Wati..., tolong tolak kiriman dari lelaki brengsek itu. Ingat! Jangan lagi bawa masuk barang atau pun makanan yang dikirim dari lelaki laknat itu! Paham?! Sekarang buang itu cake dan bunganya. Sekalian panggil sekuriti dan pekerja lainnya. Aku mau berbicara hal penting!” tegas Jessica dengan wajah memerah menahan marah.

Dewi yang mendengar nama Candra disebut oleh Wati dan Jessica menyebutnya sebagai lelaki brengsek pun, terkejut bukan kepalang. Karena Dewi sama sekali tidak menyangka kalau sahabatnya punya satu hubungan khusus dengan Candra Wiguna, artis yang tengah tenar dan menanjak sesuai dengan prestasi bukan sensasinya.

Tak berapa lama, sekuriti dan kelima pekerja pada rumah mewah tersebut berdiri dengan tertib menghadap Jessica yang tengah duduk bersama sahabatnya.

“Pak Rey dan semua pekerja di sini. Aku cuma mengingatkan. Jika ada kiriman paket atau apa pun itu yang ditujukan ke aku dari seseorang bernama Candra Wiguna , tolong ditolak! Ingat ditolak..., tapi kompromi sedikit pun. Paham semua?!” tegas Jessica memandang ke arah Rey sebagai sekuriti yang berjaga di depan rumah Jessica.

“Paham Nona...,” jawab serempak pekerja di rumah mewah itu.

“Satu lagi Pak Rey..., tolong sampaikan juga sama sekuriti yang bergantian jaga dengan Bapak,” imbuh Jessica dijawab dengan anggukkan Rey. Dan tampak Jessica memberikan tanda isyarat pada seluruh pekerja di rumah mewah itu untuk membubarkan diri.

Sementara Dewi yang duduk di sebelah Jessica tengah mempersiapkan sejuta pertanyaan di otaknya usai seluruh pekerja membubarkan diri.

“Bik Wati, siapkan makanan. Aku sama Dewi mau makan,” perintah Jessica pada Wati.

“Baik Nona..., saya hangatkan dulu lagi sayur dan lauknya,” jawab Wati yang sangat mengetahui kebiasaan Jessica, hanya mau makanan hangat.

“Jessica..., mulai dari kapan elo kenal si Bintang?” tanya Dewi memegang lengan Jessica yang beranjak dari sofa untuk menghindari pertanyaan sahabat karibnya hingga membuat Jessica duduk kembali di sisi Dewi.

“Please..., elo jangan desak gue sama pertanyaan konyol elo. Gue kagak kenal dia. Dan gue rasa juga dia kagak kenal gue,” tolak Jessica untuk mengatakan hal yang sesungguhnya.

“Ayolah Jessi..., lo kagak bisa bohongi gue. Terus terang aja sama gue. Elo ada hubungan kan, sama Bintang?” tanya Dewi menatap lekat netra sahabatnya.

Dengan menggelengkan kepalanya, Jessica pun menjawab mantap, “Gue kagak punya hubungan apa pun. Serius..., gue jujur... Wi!”

“Tapi ... Kenapa dia kirim hadiah ke elo segala? Nggak mungkin dong kalau kagak ada apa-apanya,” desak kembali Dewi.

Dengan menghela napas Jessica yang bersikukuh untuk tidak menceritakan kejadian memalukan antara ia dan Candra memilih tetap menyangkal hal itu dengan mengangkat jemari telunjuk dan tengah seraya berkata, “Wi! Kalau gue kenal dia dan ada hubungannya sama tuh lelaki, pastinya gue tahu dong jadwal dia kemana aja. Serius..., kami nggak saling kenal.”

Dengan rasa penasaran yang bergelayut di otaknya, sahabat karib Jessica pun mengikuti langkahnya menuju meja makan untuk menikmati makanan yang telah disiapkan oleh Wati tanpa bertanya apa pun lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Untuk Semua pembaca setia GN yang suka dengan cerita ini, yukk bantu kirim ulasan. Terima kasih atas supportnya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   THE END

    Langit Ubud pagi itu berwarna jingga lembut, menyapa sawah hijau yang membentang di depan vila kecil Jessica dan Andy. Aroma kopi Bali menguar dari dapur, bercampur dengan tawa riang seorang anak laki-laki yang berlari di halaman. Arjuna, yang kini berusia lima tahun, sedang mengejar kupu-kupu, rambut ikalnya berkibar tertiup angin. Wajahnya, dengan mata besar dan lesung pipi, mengingatkan pada seseorang dari masa lalu—Candra. Tapi bagi Jessica dan Andy, Arjuna adalah milik mereka, titik darah yang mereka rawat dengan cinta tanpa syarat.Jessica berdiri di teras, tangannya meraba perutnya yang kembali membulat. Kehamilan keduanya, kali ini benar-benar anak Andy, membawa kebahagiaan baru dalam hidup mereka. Ia tersenyum melihat Arjuna, yang kini berlari ke arah Andy yang baru keluar dari dapur dengan secangkir kopi di tangan.“Papi! Lihat, kupu-kupu!” seru Arjuna, tangannya menunjuk ke udara dengan penuh semangat.Andy tertawa, mengangkat Arjuna ke pundaknya. “Wah, Ju, kamu mau tangkap

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Rahasia Besar

    Malam di Ubud terasa lebih dingin dari biasanya, meski angin hanya bertiup pelan membawa aroma bunga kamboja. Jessica duduk di tepi ranjang, tangannya meraba perutnya yang semakin membulat. Pikirannya masih dipenuhi bayang-bayang Candra, kata-katanya yang penuh penyesalan, dan tatapan Andy yang teguh melindunginya. Di sisi lain ranjang, Andy sedang membaca dokumen ekspor, kacamatanya sedikit melorot di hidungnya. Ia sesekali melirik Jessica, tahu bahwa istrinya sedang bergulat dengan pikiran yang tak diucapkannya.“Jess, kamu nggak apa-apa?” tanya Andy lembut, meletakkan dokumennya ke meja samping ranjang.Jessica menoleh, tersenyum kecil untuk menenangkan suaminya. “Aku baik-baik aja, Andy. Cuma… aku nggak nyangka Candra bakal dateng ke sini. Aku pikir dia udah lupain aku, lupain semua yang pernah ada di antara kami.”Andy merangkak mendekat, tangannya meraih tangan Jessica, menggenggamnya erat. “Dia nggak punya hak atas kamu, Jess. Nggak atas kamu, nggak atas anak kita. Aku janji, a

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Candra mencari Jessica

    Langit Bali pagi itu cerah, awan tipis berarak pelan di cakrawala. Di vila kecil di pinggir Ubud, Jessica duduk di teras dengan secangkir teh jahe, tangannya sesekali mengusap perutnya yang kian membesar. Andy, yang baru selesai memeriksa dokumen bisnis di ruang kerja, keluar membawa sepiring pisang goreng. Ia meletakkan piring itu di meja kayu, lalu mencium kening Jessica dengan lembut.“Pagi, cantik. Ini camilan buat kamu sama Arjuna,” godanya, matanya berbinar.Jessica tersenyum lebar, memukul lengan Andy pelan. “Bunga, maksud kamu! Belum tentu Arjuna, lho. Eh, makasih, ya, pisangnya kelihatan enak.”Andy tertawa, duduk di samping Jessica sambil mengambil sepotong pisang. “Bunga atau Arjuna, yang penting sehat. Kamu udah ke dokter minggu ini, kan? Apa kata dokter?”“Semuanya baik-baik aja,” jawab Jessica, menyeruput tehnya. “Bayinya aktif, katanya. Mungkin nanti malah jadi penutup sawah kayak bapaknya, suka jalan-jalan di ladang.”Andy terkekeh, tangannya meraih tangan Jessica. “At

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   NIKAH!

    Langit Bali di senja hari berwarna jingga keemasan, menyapa Ubud dengan lembut. Angin sepoi-sepoi membelai dedaunan sawah yang mengelilingi vila kecil tempat Jessica berdiri. Wanita itu mengenakan kebaya putih sederhana, rambutnya digelung rapi dengan hiasan bunga melati yang harum. Ia menatap cermin kecil di tangannya, mencoba meyakinkan diri bahwa keputusan ini adalah langkah yang tepat. Di perutnya, anak yang kini berusia lima bulan tumbuh sehat, dan setiap tendangannya mengingatkan Jessica akan kehidupan baru yang menanti. Tapi di hatinya, bayang-bayang Candra masih sesekali muncul, meski kini hanya seperti angin lalu.Di sudut lain vila, Andy sedang mempersiapkan diri. Pria itu mengenakan beskap putih yang serasi dengan kebaya Jessica, wajahnya tenang tapi matanya penuh harap. Ia memandang ke arah sawah, mengingat percakapan panjangnya dengan Jessica tiga bulan lalu, saat ia tiba di Bali dengan hati penuh keberanian. Andy tak pernah membayangkan bahwa Jessica, wanita yang selama

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Andy Meminta Restu

    Langit Bali di pagi hari menyapa Jessica dengan lembut. Cahaya matahari menyelinap melalui celah-celah jendela vila kecil di Ubud, menggambar garis-garis emas di lantai kayu. Jessica duduk di teras, memegang cangkir teh jahe yang masih mengepul, menatap hamparan sawah yang berkilau oleh embun. Udara segar mengisi paru-parunya, dan untuk sesaat, ia merasa damai. Tapi di balik ketenangan itu, pikirannya masih bergulat dengan bayang-bayang Candra, Anjani, dan anak yang kini tumbuh di rahimnya. Ia menyentuh perutnya, berbisik pelan, “Kita bakal baik-baik aja, ya, Nak.”Di Jakarta, suasana berbeda menyelimuti Andy. Pria berusia 40 tahun itu duduk di kantornya yang sederhana, dikelilingi tumpukan dokumen ekspor-impor. Layar laptopnya menampilkan laporan keuangan, tapi matanya kosong, pikirannya melayang ke Jessica. Sudah dua hari sejak pesan singkatnya ke Jessica, dan balasan “Makasih, Andy. Aku bakal kabarin” masih terngiang di kepalanya. Ia tahu Jessica sedang terluka, dan meski ia hanya

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Pergi ke Bali

    Pagi di apartemen Jessica dan Candra terasa seperti ruang tanpa udara. Aroma kopi yang biasanya mengisi ruang tamu kini hilang, digantikan hawa dingin dan sunyi. Jessica duduk di sudut sofa, matanya sembab, menatap koper yang sudah ia siapkan semalam. Keputusannya bulat: ia akan pergi ke Bali, meninggalkan Jakarta, Candra, dan semua luka yang kini menggerogoti hatinya. Di tangannya, ia memegang tiket pesawat yang dipesan secara impulsif tengah malam, ketika air matanya tak lagi bisa dibendung.Berita tentang kehamilan Anjani, ditambah foto kebersamaan Candra dan Anjani yang dikirim Gendis, masih menghantui pikirannya. Jessica mencoba mengalihkan perhatian dengan memeriksa email terkait bisnis ekspor-impornya, tapi setiap kata di layar ponselnya terasa kabur. Pikirannya terus kembali ke Candra—pria yang ia pikir akan menjadi suaminya, tapi kini hanya menyisakan rasa sakit. Yang lebih membebani, Jessica baru saja mengetahui dirinya hamil. Anak Candra. Tapi ia memutuskan untuk merahasiak

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Pertengkaran Jessica & Candra

    Bab 4: Pertengkaran Jessica dan CandraMalam telah larut, tapi apartemen Jessica dan Candra masih dipenuhi ketegangan yang tak kunjung reda. Cahaya lampu di ruang tamu menyala redup, mencerminkan suasana hati Jessica yang kacau. Ia duduk di sofa, menatap kotak cincin pertunangan di meja dengan mata kosong. Setiap kilau berlian itu kini terasa seperti pengingat akan janji yang telah dilanggar. Di kamar tamu, Candra masih terjaga, berjalan mondar-mandir dengan ponsel di tangan, mencoba merangkai kata-kata untuk menjelaskan semua kekacauan ini. Ia tahu, ia tak bisa terus bersembunyi. Malam ini, ia harus menghadapi Jessica.Dengan langkah ragu, Candra keluar dari kamar tamu dan menuju ruang tamu. “Jess,” panggilnya pelan, berdiri di ambang pintu. Jessica tak menjawab, hanya melirik sekilas dengan mata penuh luka sebelum kembali menatap kotak cincin itu. Candra mendesah, lalu melangkah masuk dan duduk di kursi di depannya. “Aku tahu aku salah. Aku cuma minta kesempatan buat jelasin semuany

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Reaksi Jessica

    Pagi itu, apartemen Jessica dan Candra masih diselimuti kesunyian yang menusuk. Aroma kopi yang biasanya mengisi udara pagi kini tak tercium, digantikan oleh ketegangan yang hampir bisa diraba. Jessica, berusia 30 tahun, duduk di meja makan, menatap ponselnya dengan wajah pucat. Foto yang dikirim Gendis semalam masih terpampang di layar, menggambarkan Candra dan Anjani dalam keakraban yang tak bisa ia abaikan. Setiap kali ia mencoba menutup aplikasi, gambar itu seolah membakar pikirannya, mengingatkannya pada janji-janji Candra yang kini terasa seperti dusta.Jessica menggenggam ponselnya erat, jari-jarinya gemetar. Sebelum foto itu sampai ke tangannya, Candra bersumpah bahwa hubungannya dengan Anjani hanyalah profesional, bagian dari dunia syuting yang penuh rumor. “Jess, percaya aku, itu cuma kerja,” katanya berulang-ulang, dengan mata yang tampak tulus. Tapi foto itu—dan pesan Gendis—mengoyak semua kepercayaan yang tersisa. Jessica merasa dadanya sesak, seolah dunia yang ia bangun

  • Nikahi AKU Brondong NAKAL !!   Gendis & Photo Candra

    Keesokan pagi, apartemen Candra dan Jessica yang biasanya dipenuhi aroma kopi dan tawa ringan kini terasa dingin. Jessica duduk di sofa ruang tamu, menatap ponselnya dengan mata sembab. Berita tentang skandal Candra dan Anjani masih bergema di kepalanya, dan setiap notifikasi baru dari media sosial terasa seperti tusukan. Ia mencoba fokus pada pekerjaannya, mengurusi dokumen ekspor-impor yang menumpuk, tapi pikirannya terus kembali ke pengkhianatan Candra. Di sisi lain, Candra, yang baru pulang dari syuting pagi, masuk dengan langkah ragu. Ia tahu Jessica sudah menunggunya, dan konfrontasi tak bisa dihindari.“Jess,” panggil Candra pelan, berdiri di ambang pintu ruang tamu. Jessica tidak menjawab, hanya melirik sekilas sebelum kembali menatap ponselnya. Candra mendesah, lalu duduk di kursi di depannya. “Aku tahu aku salah. Aku cuma minta kesempatan buat jelasin semuanya.”“Jelasin apa, Can?” tanya Jessica, suaranya dingin. “Semua udah jelas. Foto kamu sama Anjani ada di mana-mana. Ber

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status