Share

Bab 5 : Menyangkal

“Jessica..., ada apa sih sama lo? Gue liat ada hal aneh deh...,” celoteh Dewi memegang bahu Jessica yang memandang lurus ke depan untuk melihat mobil yang dibawa oleh Samsuri.

“Kagak ada apa-apa. Gue merasa nggak nyaman aja liat banyak orang seperti itu,” jawab Jessica datar.

Dewi yang menaruh curiga pada sahabat karibnya hanya mampu merangkul bahu Jessica dan berbisik tepat ditelinganya.

“Jessi ... Gue tau ada yang elo sembunyikan dari gue. Kalau suatu saat elo mau cerita gue siap.”

Mendengar apa yang dibisikkan oleh Dewi, membuat Jessica menoleh ke arah Dewi dan membantahnya, “Apa sih lo ... Ah! kagak jelas. Orang gue kagak kenapa-napa. Mungkin efek pusing semalam masih ada.”

Bersamaan dengan perkataan Jessica, mobil yang dikendarai oleh Samsuri pun tepat berada di halaman Lobby Mal tersebut. Kemudian, Jessica masuk ke dalam mobil diikuti oleh Dewi. Setelah itu, mobil keluar meninggalkan area Mal menuju rumah.

Di sepanjang jalan menuju rumah, Jessica hanya terdiam dengan memejamkan matanya. Pikiran dan hatinya begitu emosional saat dilihat lelaki yang menidurinya ternyata seorang artis.

Sumpah serapah dalam hatinya tidak bisa dihindari lagi. Hingga Jessica yang matanya terpejam tak sengaja melontarkan kata-kata kasar yang ditujukan pada Candra Wiguna.

“Dasar artis brengsek! Baru juga terkenal udah belagu,” umpatnya secara tak sadar sembari memejamkan matanya.

Dewi yang mendengar hal itu menoleh ke arah sahabat karibnya dan menyenggol bahu Jessica, “Hey..., artis yang mana brengsek? Si Bintang maksud lo?”

Dengan menarik napas panjang, Jessica merapatkan bibirnya dan menelan ludahnya. Kemudian membuka matanya dan melirik ke arah Dewi sembari menggelengkan kepalanya. Hingga Dewi pun, mendelik ke arahnya dan berkomentar atas sikap sahabatnya.

“Jessi ... Hari ini gue liat aneh aja sama sikap elo. Serius! Why...?”

Dengan mengusap wajah cantiknya yang mulus kembali Jessica hanya menggelengkan kepala dan menjawab, “Gue baik-baik aja. Cuma ... Uhm, kayaknya gue sebel aja liat artis lelaki yang namanya Bintang itu. Sok banget gayanya tebar pesona sana-sini. Ih! Najis gue liat orangnya.”

“Ya ampun Jessi..., tumben gue dengar elo sampai begitu sewotnya sama itu artis..., biasanya elo cuek bebek gitu. Lagian, untuk apa juga artis cowok itu bikin elo kesel? Juga dia kagak kenal elo dan pernah singgung diri elo. Santai aja kali...” komentar Dewi atas sikap sahabatnya yang dinilai terlalu lebay dalam membenci seseorang yang tak dikenalnya.

Jessica kembali menarik napas panjang dan menelan ludahnya dengan susah. Sebenarnya, ingin ia membeberkan perihal artis yang tengah melejit itu pada sahabat karibnya. Namun, kebodohan dirinya membuat ia mengurungkan niat untuk bercerita. Sampai akhirnya kebisuan terjadi di antara mereka sejak Dewi berkomentar atas sikap Jessica hingga mobil yang dikendarai oleh Samsuri masuk ke rumah mewah Jessica.

Kedua sahabat karib itu keluar dengan membawa tas belanjaan di sambut oleh Wati, pelayan terlama dari rumah mewah itu dengan sebuah senyum lebar.

“Sini Non Dewi, Bik Wati bantu bawa tas belanjaannya. Banyak banget belanjaannya...,” ujar Wati sembari mengambil 4 tas berisi pakaian dan sepatu yang dibeli oleh Jessica.

“Ini Bik..., Non Jessica laper mata. Makanya setiap toko yang dia masukin langsung dibeli barangnya. Untung aja cuman beberapa jam di Mal. Coba kalau seharian ... Bisa seluruh isi Mal dibawa ke rumah,” ucap Dewi sembari tersenyum dan melirik ke arah Jessica yang tak merespons celoteh sahabat karibnya, seolah pikirannya entah melayang jauh.

Sesampai di ruang keluarga, Jessica langsung menyandarkan tubuhnya pada sofa empuk dengan menyelonjorkan kakinya di meja yang ada persis di depannya, saat Wati dan Dewi membawa tas berisi belanjaan ke kamarnya.

Kemudian, Dewi membawa tiga kantung belanjaan berisi pakaian, sepatu dan tas yang dibelikan Jessica dan duduk di sebelah sahabatnya yang tampak lelah dan tak bersemangat.

“Jessi ... Thanks ya, traktirannya...,” ucap Dewi merangkul Jessica.

“Iyaa..., sama-sama. Maaf ya, kalau gue bikin elo bete. Kayaknya gue lagi bad mood jadinya uring-uringan begini.” Ungkap perasaan Jessica tersenyum samar pada sahabatnya.

Tak berselang lama, Wati menemui Jessica di ruang keluarga dan memberitahukan perihal sebuah bingkisan dari Candra Wiguna pada Jessica yang tengah asyik bercengkerama dengan sahabat karibnya.

“Maaf Non Jessica. Tadi ada bingkisan lagi dari lelaki yang namanya Candra itu. Ini dia kirim cake dan bunga mawar mewah. Cantik sekali bunganya,” tutur Wati dengan membawa bingkisan yang diterimanya dibantu oleh Kani.

Jessica yang kembali melihat barang pemberian dari Candra Wiguna seketika wajahnya berubah dan meminta pada Wati untuk membuang semua yang dikirim oleh lelaki yang telah memperdayainya.

“Bik Wati..., tolong tolak kiriman dari lelaki brengsek itu. Ingat! Jangan lagi bawa masuk barang atau pun makanan yang dikirim dari lelaki laknat itu! Paham?! Sekarang buang itu cake dan bunganya. Sekalian panggil sekuriti dan pekerja lainnya. Aku mau berbicara hal penting!” tegas Jessica dengan wajah memerah menahan marah.

Dewi yang mendengar nama Candra disebut oleh Wati dan Jessica menyebutnya sebagai lelaki brengsek pun, terkejut bukan kepalang. Karena Dewi sama sekali tidak menyangka kalau sahabatnya punya satu hubungan khusus dengan Candra Wiguna, artis yang tengah tenar dan menanjak sesuai dengan prestasi bukan sensasinya.

Tak berapa lama, sekuriti dan kelima pekerja pada rumah mewah tersebut berdiri dengan tertib menghadap Jessica yang tengah duduk bersama sahabatnya.

“Pak Rey dan semua pekerja di sini. Aku cuma mengingatkan. Jika ada kiriman paket atau apa pun itu yang ditujukan ke aku dari seseorang bernama Candra Wiguna , tolong ditolak! Ingat ditolak..., tapi kompromi sedikit pun. Paham semua?!” tegas Jessica memandang ke arah Rey sebagai sekuriti yang berjaga di depan rumah Jessica.

“Paham Nona...,” jawab serempak pekerja di rumah mewah itu.

“Satu lagi Pak Rey..., tolong sampaikan juga sama sekuriti yang bergantian jaga dengan Bapak,” imbuh Jessica dijawab dengan anggukkan Rey. Dan tampak Jessica memberikan tanda isyarat pada seluruh pekerja di rumah mewah itu untuk membubarkan diri.

Sementara Dewi yang duduk di sebelah Jessica tengah mempersiapkan sejuta pertanyaan di otaknya usai seluruh pekerja membubarkan diri.

“Bik Wati, siapkan makanan. Aku sama Dewi mau makan,” perintah Jessica pada Wati.

“Baik Nona..., saya hangatkan dulu lagi sayur dan lauknya,” jawab Wati yang sangat mengetahui kebiasaan Jessica, hanya mau makanan hangat.

“Jessica..., mulai dari kapan elo kenal si Bintang?” tanya Dewi memegang lengan Jessica yang beranjak dari sofa untuk menghindari pertanyaan sahabat karibnya hingga membuat Jessica duduk kembali di sisi Dewi.

“Please..., elo jangan desak gue sama pertanyaan konyol elo. Gue kagak kenal dia. Dan gue rasa juga dia kagak kenal gue,” tolak Jessica untuk mengatakan hal yang sesungguhnya.

“Ayolah Jessi..., lo kagak bisa bohongi gue. Terus terang aja sama gue. Elo ada hubungan kan, sama Bintang?” tanya Dewi menatap lekat netra sahabatnya.

Dengan menggelengkan kepalanya, Jessica pun menjawab mantap, “Gue kagak punya hubungan apa pun. Serius..., gue jujur... Wi!”

“Tapi ... Kenapa dia kirim hadiah ke elo segala? Nggak mungkin dong kalau kagak ada apa-apanya,” desak kembali Dewi.

Dengan menghela napas Jessica yang bersikukuh untuk tidak menceritakan kejadian memalukan antara ia dan Candra memilih tetap menyangkal hal itu dengan mengangkat jemari telunjuk dan tengah seraya berkata, “Wi! Kalau gue kenal dia dan ada hubungannya sama tuh lelaki, pastinya gue tahu dong jadwal dia kemana aja. Serius..., kami nggak saling kenal.”

Dengan rasa penasaran yang bergelayut di otaknya, sahabat karib Jessica pun mengikuti langkahnya menuju meja makan untuk menikmati makanan yang telah disiapkan oleh Wati tanpa bertanya apa pun lagi.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Untuk Semua pembaca setia GN yang suka dengan cerita ini, yukk bantu kirim ulasan. Terima kasih atas supportnya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status