Share

5. Cemburu

last update Last Updated: 2021-06-21 20:56:26

SAMUDRA

“Mon amour” Samudra merasa tidak senang terhadap laki-laki yang bahkan bertemupun belum pernah. Mon amour, pasti yang dia bilang “boyfriend” itu. How lucky, ada perasaan cemburu melintas. Tunggu? Cemburu?

 Kok bisa?

Sabrina bukan siapa-siapa dia, hanya salah satu staf. That’s it! Ingat itu Samudra, dia adalah salah satu staf kamu dan pantangan buat kamu untuk berkencan dengan staf kamu!

Pantang!

Samudra mencoba mencamkan pemikiran itu dalah-dalah walaupun dia sendiri merasa kurang yakin.

Dia mulai mengandai-andai pilihan untuk mendapatkan Sabrina, sebagai pacar tentunya. Bagaimana konsekwensinya dengan kantor. Tapi toh ini perusahaan dia, siapa yang berani protes. Lagipula dia bebas untuk jatuh cinta dengan siapa saja.

Tunggu. Jatuh cinta?

Jatuh cinta like falling in love? Samudra mengerutkan kening seolah – olah itu adalah ide konyol. Dia tidak ingat kapan dia pernah jatuh cinta. Walaupun banyak wanita yang mondar – mandir dalam hidupnya, bukan berarti dia jatuh cinta terhadap mereka, atau tidak satupun dari mereka. Am I really that bad ? Pikirnya.

Sepertinya hari ini dia kurang waras.

“Ini dokumen-dokumen yang bapak harus tanda tangani” Nia menyerahkan setumpuk map, menunggu tanda tangan sang boss.

“Urgent?”

“Bisa menunggu Pak, tapi harus hari ini. Dan Christina sudah menelpon tiga kali pagi ini”

Samudra menopangkan tangan di dagu dengan pandangan ke arah sang sekertaris “am I really that bad Nia?”

Agak kaget dengan pertanyaan dari sang bos “maksudnya Pak?”, walaupun dia tahu persis apa yang dimaksud dari si bos. Wanita-wanita itu, para mantan pacarnya, ataupun mantan teman kencannya, apapun sebutannya. Samudra tidak pernah menyebut mereka adalah pacar “hanya kencan” katanya suatu kali. Karena selain urusan dengan wanita, Samudra adalah gambaran a perfect boss! Dia sangat perhatian dengan para staf, cenderung royal. Memastikan well being para pekerjanya dan supaya mereka tidak over worked.

You know…dengan para….all those woman?” kali ini menyandarkan punggung di kursi.

“Bapak yang suka gonta-ganti pacar maksudnya?”

“Hanya kencan Nia, bukan pacar!” kata Samudra tegas, seolah-olah pacar dan kencan adalah sesuatu yang jelas-jelas beda.

“Mungkin sudah waktunya bapak mencari seseorang untuk serius, the clock is ticking Pak” kata Nia jenaka.

“OK…ok…saya sudah punya satu Ibu, dan itu sudah cukup. Kamu tidak perlu mengingatkan hal yang sama”

“Dan Christina Pak?” tanya Nia mengingatkan.

“I will handle her” walaupun dia tidak tahu lagi bagaimana harus “menghandle” wanita ini.

Diawal mereka berkencan, Christina terlihat sebagai sosok yang cukup charming. Dengan muka lembut, rambut sebahu ditambah bibirnya yang sesensual Angelina jolie. Mereka bertemu di salah satu pesta sosial di Jakarta. Bisa dibilang Christina adalah partner menarik untuk berbincang-bincang. Setelah pertemuan tersebut, mereka beberapa kali bertemu. Dinner, lunch, tidak teratur tetapi cukup sering.

Semakin lama ternyata Christina adalah wanita yang sangat obsesif. Setiap hari dia bisa lima sampai sepuluh kali telpon untuk mengetahui jadwal Samudra. Samudra mulai mundur, dengan baik-baik mengatakan bahwa mereka berdua harus “move on” yang ditolak degan tegas oleh Christina. Mulai mengatakan hal-hal aneh bahwa “they made for each other”, dia adalah bagian tulang rusuk Samudra hampir terdengar seperti lagu melow tahun 80an. Lagipula tulang rusuknya utuh dan baik-baik saja.

Agak kesal dengan teror telepon bahkan ditengah malam, dia blok nomor Christina. Pikirnya kasus akan selesai disitu. Ternyata tidak.

Christina mulai meneror sekertarisnya.

Untuk kedepan kamu harus lebih bijaksana dalam memilih wanita, dia mengingatkan ke diri sendiri. Untuk kedepan.

Tetapi saat ini hanya ada satu wanita yang diinginkan Samudra. Sabrina, tidak ada wanita lain yang dia inginkan lebih dari sosok yang sudah menyihirnya beberapa bulan terakhir ini.

Sabrina seperti semakin mempesona setiap hari. Setiap kesempatan bertemu dengan Sabrina menjadi hal yang dia tunggu-tunggu. Meeting tidak lagi menjadi hal membosankan kalau ada Sabrina di dalamnya. bahkan dia suka sengaja berlama-lama berbincang-bincang dengan para staf di area mesin kopi untuk bisa sedikit mencuri pandang ke arah ruangan Sabrina. Persis seperti anak remaja dengan cinta pertamanya.

Sikap formal Sabrina mengindikasikan bahwa dia tidak tahu menahu bahwa sang bos menaruh perhatian berbeda terhadapnya. Berbeda dengan rata-rata staf perempuannya yang cenderung bersikap “sangat” ramah, terlalu ramah malah yang kadang-kadang membuat Samudra agak rikuh. Seperti dia perhatikan salah satu staf yang kebetulah selalu “hadir” setiap kali dia membikin kopi, ditambah dengan outfit yang cukup provokatif. Mungkin dia berfikir sang bos akan tertarik melihat belahan dada yang rendah atau rok yang cukup tinggi. Alih-alih tertarik, tetapi justru malah membuat Samudra jengah.

Sabrina selalu bersikap business like, ramah tapi seperti memasang jarak. Belum pernah dia merasa sesulit ini untuk memikat perhatian seorang wanita, biasanya dia hanya perlu memberikan senyum terbaiknya dan bisa dipastikan wanita manapun akan sukses kepincut.

Si “boyfriend” itu?

Samudra seperti sudah memasang pagar kurang bersahabat kepada seseorang yang belum pernah dia temui. Si “boyfriend” adalah kompetitor dia, walaupun untuk skor saat ini dia kalah telak.

Insting primitif pemburu dari dalam dirinya semakin membahana. Semakin besar kesulitan yang dihadapi, semakin menarik. Tetapi dia harus bermain fair, disamping itu harus tetap profesional sebagai bos Sabrina.

Dia meraih map-map untuk ditanda tangani. Map pertama yang sepertinya dengan amat sengaja ditaruh paling atas oleh sekertarisnya adalah tentang gala dinner kantor. Ini adalah acara favorit para staf kantor, yang biasanya selalu menarik. Dia suka terkagum-kagum dengan kejeniusan ide para stafnya untuk membuat tema yang kadang aneh-aneh tapi justru sangat menarik. Dan untuk kali ini temanya adalah “red carpet moment”.  Samudra tersenyum membayangkan atraksi apa yang akan dibawakan oleh para stafnya.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • No, it's You!   42. Sweet break

    SABRINA “Si Pak bos Ke mana mbak?” tanya Sabrina ke Nia melalui sambungan telephon kantor. “Belum balik dari makan siang mbak,” jawab Nia. Dia mengerutkan kening, dia melirik jam di pergelangan tangannya sudah hampir jam 3 sore dan Samudra belum balik dari makan siang. “Memang ada business lunch mbak?” Tanyanya lagi. “Nggak tuh, tadi dia pergi sendiri” Mereka sudah berbaikan kembali, setelah dia berhasil mengusir Eloise dari ruangan kantor Samudra tempo hari. Tetapi setelah hari itu dia menemukan ada yang aneh dengan Samudra, dia terlihat lebih pendiam dari biasanya. Agak cool, dia memang selalu cool tetapi yang ini mencurigakan, membuat bulu kuduknya merinding seperti ada jelangkung yang bisa lewat setiap saat. Dia kembali “pulang” ke apartemen Samudra, bercinta lebih panas dari biasanya, mungkin ini karena faktor marahan selama beberapa hari. Tetapi seperti ada yang ditutupi oleh Samudra. Mudah-mudahan bukan El

  • No, it's You!   41. Mengambil alih

    Dia tersenyum mendapati kiriman bunga untuk ke dua kalinya. Perempuan mana yang tidak suka bunga? Dan Samudra tahu betul bunga favoritnya, mawar putih dengan warna pink di ujungnya. Dia membuka kartu kecil yang terselip di rangkaian mawar “je t’aime” tertulis disitu, lagi-lagi dia tersenyum kecil “I love you too” pikirnya. Dia memandang sekilas Samudra yang sedang berada dia di area kopi, ingin melemparkan senyum lebar tetapi dia tahan. Belum ada orang lain yang tahu mereka berpacaran, dan entah bagaimana reaksi para staf nantinya kalau mereka tahu sang bos rajin berkirim bunga kepadanya.Beberapa stafnya langsung menyerbu ke ruangannya, mengagumi rangkaian mawar putih keduanya dan tentunya memburu untuk mendapatkan informasi siapa pengirimnya. Sabrina hanya menjawab dengan senyuman. Belum waktunya, dia berfikir dalam hati, nanti kalau saatnya sudah tepat. Untuk saat ini cukup mawar-mawar putih ini saja yang bisa menjadi konsums

  • No, it's You!   40. Mawar putih

    Dia memandangi Sabrina yang tengah asik tenggelam dengan bacaannya, kisah cinta antara Elizabeth Bennet dan Mr. Darci yang menurutnya terlalu angkuh. Buku itu terlihat sudah cukup usang, entah sudah berapa kali dibuka oleh Sabrina untuk membaca kisah percintaan pada abad ke 19 tersebut.Dia sendiri sedang memegang buku tentang camp Auschwitz, yang sudah beberapa saat dia coba untuk baca tetapi tidak satupun kata berhasil terekam di otaknya. Pikirannya berkecamuk tentang Eloise, dengan ciuman itu. Shit! Bagaimana dia akan menjelaskannya ke Sabrina.“What do you think about Mr. Darcy?” Tanya Sabrina tiba-tiba, dia menurunkan buku sehingga hanya menutupi setengah dari wajahnya.“I don’t like that arrogant dude.” “That arrogant dude? Hey … yang kamu bicarakan itu Mr. Darcy.” Katanya seolah tidak rela dengan perkataan Samudra. dia menurunkan bukunya, menampakkan seluruh wajahnya yang tetap ter

  • No, it's You!   39. Madeline

    SABRINALebih gugup dari biasanya dia berjalan ke arah restoran tempat dia berjanji bertemu dengan Teddy untuk makan siang. Matanya berkali-kali menyapu keadaan sekeliling untuk memastikan tidak ada orang yang dia kenal melihat, apalagi Samudra.Ketika dia sampai di restoran Teddy sudah menunggu di sana, tersenyum sumringah menyambut kedatangannya. Melihat Teddy membuatnya sedikit lega walaupun dalam hati dia memendam rasa bersalah, dia sudah meminta Samudra untuk menyudahi hubungan dengan Eloise tetapi kenapa dia masih terus saja bertemu dengan mantan tunangannya di belakang Samudra.Baginya Teddy adalah smooth sailing, berlayar tanpa rintangan ombak, membelah biru lautan dengan lepas dan tanpa halangan. Entah kenapa dia meninggalkan cinta yang tenang tanpa ombak itu, untuk cinta lain yang penuh gejolak.“Hai, aku sudah pesenin makanan kesukaanmu.” Kata Teddy riang, tentu saja dia selalu tahu apa kemauan Sabrina, termas

  • No, it's You!   38. Campur aduk

    SAMUDRAEloise harus dirawat di rumah sakit.Dia menemani wanita itu dari mulai ditangani di ruangan gawat darurat hingga akhirnya mendapatkan kamar untuk menginap. Harus mengenyampingkan dahulu janjinya ke Sabrina untuk tidak berhubungan lagi dengan Eloise, dia saat ini sedang butuh bantuan dan dia tidak punya siapa-siapa di Jakarta.“Call me when you need anything ok.” Katanya, sebelum pergi meninggalkan rumah sakit dengan tidak tega. Bagaimanapun dia pernah sangat dekat dengan Eloise, dia pernah menjadi emergency contact wanita itu begitu juga sebaliknya, ketika mereka tinggal bersama di Paris. Meninggalkannya ketika dia sedang sakit membuatnya gundah.Sudah lewat tengah malam ketika dia sampai di apartemen. Mungkin Sabrina sudah tertidur, pikirnya. Walaupun dia tidak banyak berbicara ketika dia berpamitan untuk mengantar Eloise ke rumah sakit, dia tahu Sabrina tidak suka.Dengan berhati-hati dia membu

  • No, it's You!   37. Masa lalu

    SAMUDRA“Jadi sekarang dia rajin berkunjung ke sini?” katanya, setelah Teddy meninggalkan mereka.Sabrina terlihat menghela nafas. “Aku tidak tahu, dia tiba-tiba saja muncul di sini.” Ada nada bersalah dalam kalimat Sabrina.“Nanti selanjutnya apa? Tau-tau dia berada di apartemen kamu?”“Jangan ngaco, mana mungkin.” Sabrina membuang muka, seperti tidak yakin dengan perkataannya sendiri. Samudra memandang wajah kekasihnya, atau paling tidak itu yang masih dia yakini, Sabrina masih kekasihnya. Dia menebak-nebak apa yang sedang dipikirkan oleh wanita di depannya ini. Pertama adalah masalah Eloise yang menurut Samudra sudah sangat jelas hanyalah kesalahpahaman belaka, sekarang seperti ada sesuatu yang terjadi antara dia dan mantan tunangannya.“So ... kamu sudah siap untuk bicara lagi dengan aku?” Katanya sembari menyandarkan punggungnya ke dinding. Sabrina menatap ke arahnya, da

  • No, it's You!   36. Konfrontasi

    SAMUDRA“Aku ke apartemen Teddy.”Satu kalimat pendek Sabrina, kalimat pendek yang terasa seperti hantaman tinju ke rahangnya. “We need to talk” katanya, setelah dengan susah payah dia menenangkan diri.Sabrina menatapnya lurus dan tajam. “Pertama kamu mencium dia, lalu kamu bermesraan berdua di bar hotel. Terlalu gampang menganggap bahwa dua kali adalah kebetulan belaka,” katanya sinis.Dia menarik nafas panjang, seperti maling tertangkap basah, sulit menjelaskan ke Sabrina bahwa pertemuannya dengan Eloise yang terakhir adalah murni ketidaksengajaan. “Aku pergi ke sana sendiri, lalu tiba-tiba Eloise muncul …”“That is very convenient,” sergah Sabrina cepat.“Aku tahu kamu marah, tapi bukan dengan melampiaskan bertemu dengan tunangan kamu,” dia tidak bisa menutupi kecemburuannya.“Mantan!” Sergah Sab

  • No, it's You!   35. Cerita lama

    SABRINADia memarkir mobilnya di area parkir apartemen Teddy, terlihat ragu-ragu untuk keluar dari mobilnya. Setelah berdebat dengan diri sendiri dia memutuskan untuk menelpon Teddy tadi malam, belum sampai dering ke dua teleponnya sudah diangkat. Sepertinya Teddy juga sedang mempunyai insomnia seperti dirinya, suaranya tidak terdengar seperti baru saja bangun dari tidur.Dia menanyakan apakah bisa mampir ke apartemen Teddy untuk mengembalikan barang-barang miliknya yang masih berada di apartemen Sabrina.Bohong!Tentu saja, alasan mengembalikn barang hanyalah kedok belaka. Dia ingin bertemu dengan Teddy, ada atau tidak barang yang bisa dikembalikan.Dia menarik nafas sebelum akhirnya membuka pintu mobil. Sudah lama dia tidak menjejakkan kaki ke area apartemen ini, terasa sangat lama. Dia memasuki lobby dengan gamang.“Mbak Sabrina”Dia menoleh untuk mencari suara yang memanggilnya. Ternyata satpam yang sudah

  • No, it's You!   34. There you go

    SABRINAApa aku tidak salah lihat? Pikirnya.Dia mengerjapkan mata beberapa kali untuk memastikan tidak ada yang salah dengan penglihatannya. Ternyata matanya masih sehat, hatinya yang berubah perih dan pilu melihat pemandangan di depannya. Tangan Samudra mengusap lembut pipi Eloise, lalu perempuan itu menggenggamnya sebelum mencium tangan Samudra. Sangat mesra. Samudra seperti menikmati momen itu, memandang lembut ke Eloise.Dadanya naik turun penuh kemarahan. Baru beberapa waktu lalu dia bilang bahwa dia mencintainya, sekarang dia sedang berasyik masyuk dengan perempuan yang sangat dibencinya itu. Dia merasa tertipu, sangat tertipu. Apakah dia telah salah menilai Samudra? Berulang kali Samudra mengatakan bahwa dirinya berbeda, dirinya sangat special buatnya, kini dia mulai meragukan perkataan Samudra. Sangat naif menganggap bahwa laki-laki playboy itu berubah setelah bertemu dengannya. Mungkin memang benar perkataan Eloise, dia tidak ada bedanya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status