LOGINSeorang wanita ceria dan setia secara tidak sengaja menyinggung CEO yang dingin setelah menggantikan teman terbaiknya dalam kencan buta yang diatur oleh keluarganya. Sebagai hukuman, CEO memaksanya menandatangani kontrak hubungan palsu untuk melindungi reputasinya dan membuatnya membayar atas tipu dayanya. Apa yang awalnya merupakan hubungan paksa yang dipenuhi kebencian dan ketegangan perlahan berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam saat keduanya saling tertarik. Di tengah tekanan keluarga, ambisi, dan ketakutan kehilangan kendali, mereka harus memutuskan apakah akan mempertahankan harga diri mereka atau mengakui perasaan yang telah tumbuh di antara mereka.
View More"Bella, please, ya, ya.. Janji deh, ini yang terakhir," ucap Shreya dengan mengatupkan kedua tangannya dan tak lupa memasang puppy eyes.
Arabella memicingkan kedua matanya, menatap sahabatnya. Menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi dengan tangan yang menyilang di dada. Shreya Valerry dan Arabella Zayana, mereka sudah bersahabat sedari masih duduk dibangku SMP. Shreya yang seorang anak broken home, sedangkan Arabelle yang memiliki keluarga harmonis. Sangat berbanding terbalik keadaan keduanya. Tetapi, kehidupan ekonomi Shreya lebih menjanjikan dari pada Arabella. Shreya adalah putri tunggal dari seorang pengusaha di negeri ini, sedangkan Arabella hanyalah anak dari seorang pemilik toko kue. Bukan toko besar, hanya sebuah toko kecil, namun banyak diminati oleh orang-orang karena ibu Arabella sangat pandai dalam membuat kue. Kehidupan dua sahabat ini sangatlah berbanding terbalik, satu beruntung karena memiliki keluarga yang utuh dan harmonis, tetapi tidak beruntung dari segi ekonomi. Sedangkan satunya lagi, dia beruntung dari segi ekonomi, tetapi tidak dalam hal keutuhan keluarga dan kasih sayang. Kali ini Shreya kembali meminta Arabella untuk menggantikannya dalam kencan buta yang diatur oleh sang ayah. Shreya tidak mau jika harus menjalin suatu hubungan karena sebuah perjodohan, dia ingin hubungannya nanti karena perasaan itu tumbuh dengan sendirinya. "Ok, kali ini tipe cowoknya kaya gimana?" "Aaaaaa, serius, Bel?" Teriak Shreya dengan antusias dan tak lupa sorot matanya yang berbinar. "Tapi.. ini yang terakhir gue bantuin lo ya. Gue gak mau kejadian kemarin terulang lagi," sahutnya dengan menatap tajam sahabatnya. Shreya tersenyum merasa tidak enak juga, karena terakhir kali Bella menggantikannya untuk pergi kencan, dia harus dihadapkan dengan seorang pria tua, yang lebih cocok untuk menjadi kakek mereka. Sungguh, saat itu Shreya tidak habis fikir dengan sang ayah, bagaimana bisa dia mencarikan calon suami untuknya dengan modelan seperti itu. "Janji, kali ini bukan pria tua bangka, yang sudah bau tanah yang akan makan bareng lo." "Jadi, gimana ciri-cirinya?" "Kata Papi, dia pria tampan, mapan, masih muda juga tentunya. Cuman, gue lupa, kalau dia itu anak dari seorang pengusaha terkenal, tapi gue lupa nama perusahaannya apa," bukan penjelasan yang Shreya berikan, membuat Arabella kesal. "Kebiasaan lo, gak bisa kasih info dengan jelas!" Omel Bella. Shreya hanya tertawa dengan menunjukkan deretan giginya yang rapih dan putih. Shreya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Wah, udah mepet banget. Kita harus ke butik sekarang terus ke salon!" Panik Shreya seraya menarik lengan Bella. Bella yang belum siap dengan tarikan dari sahabatnya itu, pun terhuyung, namun langkahnya bisa dia stabilkan kembali. ** Kedua wanita yang memiliki paras cantik ini pun sudah berada di sebuah toko baju dengan brand ternama. Mereka tidak jadi ke butik, karena akan memakan waktu lebih lama lagi. "Shreya, lo gak bilang kalau kencannya hari ini?" Kaget Arabella, karena fikir dia itu malam minggu, seperti jadwal biasanya. "Duh, kali ini si pria yang sibuk. Kata Papi dia calon CEO, meneruskan Papanya, Papinya, ah ntahlah siapa. Pokoknya, kita mengikuti jadwalnya dia. Ok, tidak ada waktu ayo... cari baju yang cocok buat lo!" Seru Shreya dengan tangan yang dia tepuk-tepukan. Sungguh Arabella tidak habis fikir dengan jalan fikiran sahabatnya ini. Bagaimana bisa semendadak ini. Jika saja dia bukan sahabatnya, Arabella tidak mau cape-cape begini. Baik Arabella mau pun Shreya, keduanya tengah mencari-cari gaun yang cocok untuk dikenakan oleh Arabella. Arabella mengambil sebuah gaun, namun menurut Shreya itu tidak cocok dengannya. Begitu pun dengan Shreya, kala dia mendapatkan sebuah gaun, Bellalah yang merasa tidak cocok. Hingga salah satu pelayan disana memberikan sebuah saran, dia menunjukkan sebuah dress keluaran terbaru. Berwarna maroon, model Cocktail Dress. Kedua mata Shreya berbinar kala melihat model dress yang pelayan itu berikan. "Ok, cepat!" Shreya mengambil dress tersebut lalu menarik lengan Arabella untuk masuk ke ruang ganti. Cukup lama Arabella berada di dalam ruangan berbentuk kotak yang terdapat sebuah cermin besar di dalamnya, agar memudahkan mereka yang sedang mencoba baju untuk melihat penampilannya. Arabella keluar, membuat Shreya tersenyum lebar dengan kedua alis yang dia naik turunkan. Seolah dia merasa puas dengan penampilan sahabatnya ini. "Bungkus, mba!" Titahnya. Dress tersebut begitu cocok di tubuh Arabella, sungguh perfect. Kini mereka beralih ke salon. Ini adalah salon langganan mereka berdua jika sedang ada misi. Pelayan salon pun sudah mengenali mereka dan mengetahui harus memoles wajah Arabella seperti apa. Namun, kali ini Arabella ingin make up yang soft saja, jangan terlalu tebal seperti biasanya. Karena terakhir dia make up dengan tebal, esok harinya tumbuh jerawat, wajahnya dipenuhi dengan bintik-bintik merah. Dia merasa tidak nyaman pergi ke kantor dengan keadaan wajahnya yang seperti itu. "Lo yakin?" Tanya Shreya memastikan, karena jika di make up tipis akan membuat orang mengenalinya. Arabella mengangguk yakin. Dia tidak mau mengorbankan wajahnya lagi. "Lagi pula, gue gak akan ketemu lagi sama dia," ucapnya dengan penuh keyakinan. Shreya pun hanya bisa mengangguk pasrah, setuju saja dengan Arabella. Cukup lama dan sedikit membuat Shreya merasakan panik karena waktu terus berjalan. Hingga tak lama seseorang yang tengah meng-make up Arabella pun bersuara. "Selesai, Mba. Seperti inikan?" Ucapnya seraya mengayunkan tangannya di antara dagu Arabella. Arabella membuka matanya, dan melihat pantulan wajahnya dari cermin. Dia merasa kagum dengan wajahnya sendiri. Shreya pun dibuat takjub akan hasil yang telah dibuat oleh si karyawan salon ini. "Waw.. ntah tangan Mbanya yang luar biasa atau memang wajah lo ini cantik, Bel!" "Lo kalau mau muji gue, puji aja, gak usah malu gitu." Shreya pun kembali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Ayok.. udah gak ada waktu lagi!" Mereka berdua pun bergegas menuju sebuah restoran ternama di kota ini. Jangan sampai pria itu datang lebih dulu dibanding mereka berdua, bisa gagal rencana mereka. "Ok, semuanya masih aman!" Ucap lega Shreya kala melihat meja yang sudah di reservasi atas namanya masih kosong. "Gue, serahin semuanya sama lo. Gue mau dia ilfeel se ilfeel, ilfeelnya sama gue, sampai dia gak mau deal sama perjodohan ini, ok Bel?" Ujarnya dengan serius seraya menangkup tangan Arabella dan kini mereka menjadi sorotan orang-orang yang mejanya berdekatan dengan mereka. Arabella menyadari perubahan ini, dia melirik dengan ekor matanya ke kanan dan ke kiri. Menarik tangannya dari genggaman Shreya. "Sikap lo bikin ambigu orang-orang, tahu!" Protesnya. Shreya pun menyadari itu, setelah dia melihat sekitar. Dia pun tersenyum canggung. "Pokoknya, seperti biasa. Ok, sahabatku yang cantik jelita," pujinya membuat Arabella tersenyum dengan manis. "Baik, tuan putri!" "Ok, gue tunggu di depan. Figthing!!" Arabella mengacungkan dua jempolnya, seperti biasa dia selalu percaya diri jika tengah menjalankan misi ini.Mobil dengan lambang RR dibagian depan itu berhenti di depan lobby. Seorang vallet membukakan pintu belakang. Yang pertama terlihat adalah sepatu fantopel hitam mengkilap, setelahnya barulah penampakan pria tinggi, tampan, dan mempesona. Mengaitkan kancing jas kemaja, lalu dia pun mulai berjalan dengan seorang pria yang selalu mengekorinya di belakang. Setiap langkahnya membuat mereka yang berada di gedung ini menundukkan kepala memberikan hormat. "Kenapa mereka menumpuk di depan lift?" Tanyanya kala matanya melihat para karyawan tengah berdiri di depan lift. Tak lama dari itu pintu lift terbuka dan sebagian karyawan masuk, sebagian lagi masih menunggu. "Lift sebelahnya masih dalam tahap perbaikan, jadi membuat mereka harus mengantri untuk bisa menggunakan lift." "Tidak bisakah perbaikan lift dipercepat. Mengganggu sekali!" "Sudah sesuai SOP." Kedua pria ini pun tiba di depan lift. Si pria yang selalu berdiri di belakang menekan tombol lift agar terbuka. Barulah keduanya
"Arabella... bangun.... kamu bisa telat ke kantor!" Teriakan melengking yang setiap pagi selalu terdengar menggema di rumah kecil nan sederhana ini. Si pemilik nama pun tengah menggeliatkan badannya di atas kasur. Karena misinya semalam yang membutuhkan waktu ekstra. "Iya, Bu. Aku sudah bangun," sahutnya dengan suara serak khas bangun tidur. Wanita itu pun bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, lalu bersiap menuju kantor. "Bangun tuh pagi, jangan diteriakin Ibu dulu baru bangun lo." Omel sang adik Azelan. Dia adalah adik laki-laki Arabella, adik laki-lakinya masih bersekolah, duduk di kelas 3 SMA. "Berisik lo!" Sahutnya seraya mendudukkan tubuhnya di atas kursi. Mengambil nasi goreng buatan sang ibu, yang selalu menemani pagi mereka. Nasi goreng buatan ibu mereka ini enak, namun jika hampir setiap pagi selalu sarapan dengan ini terkadang mereka pun bosan. "Kapan, Kakak gajian?" Bisik Azelan. Arabella sudah paham, pasti adik laki-lakinya ini ingin dibeli
"Lama banget sih!" Gerutu Arabella. Sudah hampir 30 menit dirinya terduduk di kursi seorang diri. Tapi, pria yang dia tunggu-tunggu tak kunjung datang. Arabella mengambil ponselnya yang berada di dalam tas kecilnya, membuka room chatnya dengan Shreya. "Udah dimana Bapak CEO yang super sibuk itu" pesan pun dia kirimkan, tepat dengan adanya suara bariton seseorang. "Selamat sore, Nona." Arabella melirik ke atas, melihat si pemilik suara. Kesan pertama yang dia dapatkan dari pria ini adalah tampan. Untuk sesaat Arabella terpesona dengan ketampanan si pria. Hingga dia tersadar lalu bangkit dari duduknya dan segera menjalankan aksinya. "Tuan Azael?" Tanya Arabella dengan gaya centilnya. Azael mengangguk, "Nona Shreya?" Arabella kembali tersenyum dengan sangat centil. "Oh, ya.. Shreya Varelly," ucapnya memperkenalkan diri dengan menjulurkan tangannya. Arabella akan merubah dirinya menjadi gadis centil di hadapan para kandidat calon suami sahabatnya, agar perjodohan ini ga
"Jadi, hari ini kita kemana?" Tanya seorang pria yang terduduk di kursi belakang mobil. "Sesuai perintah Tuan Emir, kita akan ke kantor terlebih dahulu." Baru saja tiba di tanah air, pria ini sudah harus disibukkan dengan berbagai keinginan sang papa. "Setelah itu, apalagi rencananya?" Tanyanya kembali. "Sore nanti, anda ada pertemuan di restoran." "Fal, serius. Apa Papa benar-benar mau gue ketemu sama gadis itu?" Tanyanya. Naufal Arviano, pria yang sedang menyetir itu pun mengangguk. "Mungkin... Tuan Emir ingin segera menimang cucu." "Jika dia hanya ingin cucu, maka carikanlah wanita yang ingin menampung benihku. Maka, semuanya selesai!" Azael Malik Zayn, putra satu-satunya yang dimiliki oleh Emir Dzaidan Malik. Sedari kecil dia hanya tinggal bersama dengan sang papa, ibunya telah meninggal dunia disaat melahirkannya dahulu. Maka, dirinya tidak ingin memiliki hubungan dengan wanita mana pun, karena dia tidak mau kehilangan lagi seperti dia kehilangan sang Ibu. "O












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.