Share

Bab 8

Author: Aida Ayu
last update Last Updated: 2021-09-08 19:35:03

Anggi sampai dirumah orangtuanya masih agak pagi, karena memang dia berangkat pagi-pagi sekali tadi, biar  tidak macet alasannya. Dan yang paling penting dia punya banyak waktu untuk bermanja-manja kepada kedua orangtuanya. Sudah kangen sekali dia dengan kedua orangtuanya, dan juga dengan masakan mamanya.

"Assalamualaikum." Anggi mengucap salam sesampainya di teras rumah orangtuanya. 'Sepi, pasti ibu sedang masak di dapur. Sedangkan bapak pasti sedang bermain dengan burung-burung peliharaannya,' pikir Anggi dalam hati. Ya, bapak memang memelihara beberapa jenis burung sejak bapak  pensiun dan setiap pagi bapak rajin mengurus burung-burung peliharaannya, memandikan dan memberinya makan. Harum masakan dari dapur tercium sampai ke teras rumah, membuat Anggi makin kangen dengan masakan ibunya.

Tidak ada yang menjawab salam Anggi. Tetapi Anggi tidak mengulanginya. Dia malah asik menikmati suasana halaman rumah. Ah, masih seperti dulu. Pohon-pohon bunga kesayangan ibu masih tumbuh subur disana, bunga-bunganya sedang bermekaran, indah sekali. Harum bunga melati di dekat teras semerbak menambah kesegaran udara pagi.

Kolam ikan hias di pojok halaman juga menambah keindahan halaman rumah itu. Halaman yang mungil tapi asri. Dulu setiap libur kerja Anggi selalu membantu ibu merapikan pohon-pohon bunga kesayangannya.

Huh! Anggi menghela napas dalam. Dia jadi kangen suasana seperti dulu. Saat-saat bahagia dia dengan orangtuanya. Sekarang hidupnya jauh dari kata bahagia. Setiap hari cuma sedih dan sakit hati. Siapa yang tidak sedih kalau suaminya tidak mau menyentuhnya sama sekali. Jangankan mau menyentuhnya, tidur sekamarpun Mas Arga tidak mau. Komunikasi hampir tidak pernah. Setiap di ajak bicara jawabannya sering menyakitkan. Mas Arga memang tidak pernah memukul, jangankan memukul, membentak juga tidak pernah. Dia kalau bicara selau tenang dan pelan, tapi menyakitkan. Seringkali Anggi di buat menangis oleh kata-katanya. 'Ah, kok aku jadi ngelantur, padahal ini kesempatannya untuk melepas kangen dengan bapak dan ibu.' Anggi tersadar dari lamunannya. Segera dia mengucap salam lagi.

"Assalamualaikum." Ucapnya lebih keras.

"Wa'alaikumsalam." Terdengar jawaban dari dalam rumah.

'Itu bukan suara ibu,' batin Anggi 'Itu sepertinya suara Mba Gita.'

Benar saja, tidak berapa lama Gita keluar dari dalam rumah dan langsung membukakan pintu untuk Anggi.

"Mba Gita?" Anggi terkejut melihat kakak satu-satunya itu yang menjawab salamnya.

"Anggi!" balas kakaknya

"Kapan mba Dateng? Mba nginep? Salsa mana? Udah kangen aku sama keponakanku itu." terlihat kebahagiaan di wajah Anggi bertemu dengan kakaknya itu.

"Satu-satu dong nanyanya, aku bingung nih mau jawab yang mana duluan." Gita tertawa mendapat berondong pertanyaan dari adik kesayangannya.

"Salsa ikut kan?" Anggi tidak sabar ingin bertemu keponakannya yang lucu itu.

"Salsa masih tidur, semalam dia tidur larut malam karena asik bercerita tentang anak-anak kucingnya ke kakek dan neneknya."

Ibu keluar dari arah dapur karena mendengar ribut-ribut dari ruang depan. Ibu tergesa-gesa keluar karena mendengar suara Anggi.

"Anggi!" Ibu langsung memeluk anak bungsunya itu.

"Ibu, bagaimana kabar ibu dan bapak, sehat kan?" Anggi langsung mencium tangan ibunya setelah ibunya melepaskan pelukannya.

"Alhamdulillah bapak dan ibu sehat-sehat."

"Bapak mana Bu?"

"Bapak di halaman belakang, biasa, sedang mengurus burung-burung kesayangannya."

"Pak! Bapak!" Ibu berteriak memanggil bapak.

"Ada apa sih Bu? Pagi-pagi sudah teriak-teriak, nanti cucuku bangun, kasian dia lagi tidur pulas."

"Ini loh, anakmu datang."

"Oalah, Anggi? Tambah cantik kamu sekarang." Bapak langsung memeluk Anggi.

"Bapak kangen sama kamu, kamu jarang sekali main kesini," lanjut bapak.

"Maaf pak, aku kan masih belajar mengurus rumah, jadi masih agak sibuk," jawab Anggi sambil mencium tangan bapak.

"Sudah, sudah, sekarang kita masuk saja kedalam. Kangen-kangenannya dilanjut nanti di dalam," suara Mba Gita menyadarkan kami semua kalau kami masih berdiri di depan pintu ruang tamu.

Aku langsung masuk kedalam kamar, mencari Salsa keponakanku satu-satunya. Salsa Kirani Putri adalah anak pertama Mba Gita. Usianya baru 2 tahun. Sedang lucu-lucunya. Cuma sebentar aku memandangi Salsa yang sedang tidur pulas, setelah itu aku menyusul ibu ke dapur.

"Mas Dika nggak ikut, mba?" Tanyaku pada mba Gita. Langsung aku ambil pisau dan bantu Mba Gita memotong sayur kangkung yang mau dimasak ibu.

"Nggak." Ada getar aneh dalam suara Mba Gita.

"Lagi sibuk rupanya, Mas Dika?"

"Nggak juga sih," acuh saja Mba Gita menjawab.

"Mbakmu ini lagi ada masalah sama suaminya," jawab ibu pelan.

"Kenapa mba? Ada masalah apa?" Anggi melihat ada kesedihan yang sangat dalam di wajah Mba Gita.

"Mas Dika selingkuh!" Sedih campur emosi terdengar suara Mba Gita.

"Apa? Selingkuh?" Anggi benar-benar terkejut, karena yang aku lihat selama ini Mas Dika adalah sosok suami dan bapak yang sangat baik dan perhatian dengan keluarga.

"Iya, dengan teman sekantornya." Ada butiran air bening dari sudut mata Mba Gita. Anggi langsung memeluknya dan mengusap lembut bahu Mba Gita untuk menguatkan hatinya.

"Keterlaluan Mas Dika, istri lagi hamil dia malah selingkuh!" geram Anggi mendengarnya. Rasanya ingin Anggi marah dan memakinya.

"Aku mau cerai aja, setelah bayi ini lahir." Mba Gita mulai menangis.

"Memang sudah nggak bisa di bicarakan lagi, mba? Kasian Salsa dan si jabang bayi kalau harus pisah sama papanya."

"Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Tinggalkan saja laki-laki tidak bertanggung jawab itu!" Bapak menjawab penuh emosi.

"Sabar, pak." Ibu berusaha menenangkan bapak "ingat, penyakit bapak!"

"Biar anakmu yang mengambil keputusan, kan dia juga yang menjalani." suara ibu terdengar sangat sabar. Menenangkan.

"Aku udah terlanjur sakit hati. Aku suruh dia memilih wanita itu atau aku dan anak-anak? Tapi dia memilih wanita selingkuhannya itu." Ada kesedihan yang sangat dalam terdengar dalam suara Mba Gita. Ada luka yang teramat perih tergambar di wajahnya. Kasihan Mba Gita. Aku bisa merasakan luka. hatinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 22

    Arga dan Pak Wira terus asyik ngobrol sambil menunggu Anggi dan Bu Lusi berbelanja. Berbagai macam topik obrolan mereka bahas. Sampai akhirnya Pak Wira menanyakan sesuatu yang membuat Arga agak terkejut."Ada sesuatu yang ingin papa tanyakan sama kamu," tanya Pak Wira dengan wajah serius. Hingga membuat Arga deg-degan. Dan Arga bisa menebak ke arah mana pembicaraan papanya."Tanya soal apa, pa?" tanya Arga dengan wajah polos. Otaknya berpikir keras untuk menyiapkan jawaban apa yang akan dia berikan untuk papanya."Maaf kalau papa tanyakan soal ini ke kamu. Papa harap kamu nggak tersinggung. lebih baik papa tanyakan ke kamu daripada nanti mama yang menanyakan kepada Anggi," lanjut Pak Wira hati-hati."Nggak apa-apa, pa. Tanyakan aja. Aku nggak akan tersinggung." Arga berusaha menahan gemuruh di dadanya."Kapan kamu dan istrimu merencanakan untuk punya momongan? Udah cukup waktu untuk kalian

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 21

    Keesokan paginya, mereka di bangunkan oleh kicau burung di halaman belakang. Ya, karena kamar Arga letaknya dekat dengan halaman belakang. Bahkan jendela kamar Arga menghadap ke arah sana. Anggi segera bangkit dan membuka gorden jendela kamar. Sinar matahari lembut menembus masuk lewat jendela. Lalu Anggi membuka jendela kamar lebar-lebar. Harum wangi bunga menyeruak masuk. Harum rerumputan yang di basahi embun pagi menambah segar udara di pagi itu. Kabut masih sangat tebal. Menambah segar dan damai suasana pagi itu. Tidak lama kemudian aroma harum kue dari dapur menyusul masuk ke dalam kamar. 'itu pasti mama sedang membuat kue dan menyiapkan sarapan.' batin Anggi.Matahari masih malu-malu untuk menampakkan diri. Sinarnya yang lembut menyentuh kelopak mata Arga. Arga terbangun dan membuka matanya. Dia melihat istrinya sedang berdiri di depan jendela kamar sambil memandangi keindahan halaman belakang rumah."Selamat pagi, sayang," sap

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 20

    Selesai makan dan berbincang sebentar di ruang tengah, Arga dan Anggi pamit untuk istirahat. Mereka berdua segera bersih-bersih dan berganti pakaian dengan baju tidur. Anggi telah menyiapkan baju tidur kesayangannya. Sebuah gaun tidur tipis berwarna ungu, yang menampakkan keindahan tubuh Anggi yang langsing semampai. Membuat jantung Arga berdebar tak beraturan. Arga memandangi istrinya itu tanpa berkedip, seakan dia baru menyadari kalau istrinya itu sangat cantik dan seksi.Perlahan Anggi naik ke tempat tidur. Dia menghampiri suaminya yang sudah menunggunya disana. Anggi langsung masuk kedalam pelukan Arga. Mereka saling berpelukan mesra. Arga mengecup wajah istrinya itu. Lalu turun ke leher dan seterusnya ke seluruh bagian tubuh Anggi. Anggi menikmatinya. Dia mulai mendesah pelan. Akhirnya bibir mereka berpagut pelan dan lama kelamaan mulai dipenuhi nafsu. Mereka pun bersatu dalam nafsu yang sudah tidak bisa mereka kendalikan. Saling memberi dan men

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 19

    Arga dan Anggi tiba di rumah orangtuanya sudah hampir jam makan siang. Pak Wira dan Bu Lusi senang sekali menyambut kedatangan mereka. Bu Lusi langsung memeluk anak dan menantunya itu secara bergantian. Sangat jelas terlihat rasa kangen di hatinya."Kok, lama sekali baru sampai? Mamamu tuh udah nggak sabar dari tadi. Sebentar-sebentar melihat keluar. Udah seperti nunggu pacar aja," ledek Pak Wira kepada istrinya."Papa! Ngeledek mama aja. Wajar kan mama kangen sama anak-anak kesayangan mama," jawab Bu Lusi sambil tersenyum malu."Iya, ma. Tadi kami jalannya santai. Sambil menikmati suasana pagi di jalan. Aku dan Anggi juga tadi berhenti di rest area untuk sarapan dan ngopi." Arga menjawab pertanyaan mamanya."Apa kabar kalian berdua?" Tanya Pak Wira kepada Arga dan Anggi."Alhamdulillah baik, Pa." Jawab Arga sambil bergayut manja di bahu mamanya.

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 18

    Jalanan masih belum terlalu ramai oleh kendaraan yang lalulalang. Mungkin karena hari masih sangat pagi. Matahari pun belum menampakan wajahnya. Masih malu-malu mengintip di balik awan. Udara pagi masih sangat dingin. Embun masih bergulir di atas dedaunan. Damainya suasana di pagi hari. Sejuk.Anggi menikmati suasana pagi dari dalam mobil. Dia duduk tenang sambil menikmati pemandangan di jalan raya. Di sampingnya duduk Arga yang sedang mengendarai mobilnya dengan santai, karena jalan masih sepi, belum ramai oleh kendaraan. Sengaja mereka berangkat pagi-pagi sekali. Untuk menghindari kemacetan.Saat ini mereka hendak pergi liburan ke rumah orangtua Arga di Bandung. Mereka pergi menggunakan kendaraan pribadi, karena mereka hendak menikmati perjalanan liburan mereka. Mereka ingin berhenti di mana mereka mau. Mereka bisa belanja dan makan dimana saja mereka mau. Sedangkan kalau naik kereta atau bis tidak bisa seperti itu.Untuk Arga dan Anggi ini perjala

  • Noda Di Awal Pernikahan   Bab 17

    Jam di dinding rumah Arga sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat dia pulang. Arga masuk menggunakan kunci cadangan yang dia bawa. Sengaja dia tidak memencet bel karena takut mengganggu tidur istrinya. Setelah masuk ke dalam rumah, Arga melihat istrinya yang tertidur di sofa, sedangkan televisi masih menyala.Arga memandangi wajah istrinya dengan perasaan bersalah. Rasanya ingin dia menangis di pangkuan istrinya dan meminta maaf atas semua kesalahannya. Tapi itu tidak mungkin dia lakukannya. Arga mengecup kening istrinya itu sehingga istrinya itu terbangun."Mas Arga, udah pulang?" Anggi kaget, dia memandangi suaminya sambil mengerjapkan matanya. Penglihatannya masih buram karena baru saja terbangun dari tidurnya."Maaf mas, aku nggak denger mas pulang." Masih terhuyung-huyung Anggi bergegas ke ruang makan hendak menyiapkan makan malam untuk suaminya."Aku panaskan dulu makanannya ya, mas. Pasti udah dingin. Aku tadi udah siapin makanan kesukaan mas Ar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status