"Nona, sebentar lagi operasi bedah ortopedi untuk tulang-tulang Anda yang mengalami cedera serius akan segera dimulai. Saya akan menyuntikkan obat anestesi. Mohon kerja samanya!" ujar Dokter Clarissa Brown kepada Emilia yang terbaring di atas brankar ruang persiapan operasi."Baik. Silakan saja, Dok!" jawab Emilia pasrah. Tubuhnya hancur lebur setelah serangan Katlin Rookie cs. Rasa sakit semua jadi satu di sekujur tubuhnya sampai-sampai dia tak mampu membedakan sebelah mana yang lebih sakit.Suntikan jarum bius di pembuluh nadinya tak terasa sakit, tetapi efeknya langsung membuat Emilia hilang kesadaran total. Setelah proses pembiusan selesai, paramedis langsung mendorong brankar tersebut memasuki ruang OK di seberang lorong.Tim operasi ortopedi langsung mempersiapkan pembedahan dengan cekatan. Dokter Jennifer Chan yang dipercaya melakukan reparasi tulang yang patah di bagian telapak tangan Emilia baik yang kanan maupun kiri. "Tuliskan di kartu terapi pasien, tidak boleh menggunaka
"Sir, saya mendapat kabar dari penjara Kansas City bahwa Emilia Pilscher tewas dalam perkelahian antar narapidana wanita. Wajahnya disiram air keras dan mengalami luka organ dalam serta patah tulang di beberapa bagian tubuhnya!" lapor Carlos Peron di kediaman Richero.Tuan Arnold Richero menghela napas dalam-dalam, antara kesedihan dan juga rasa tak percaya bercampur keterkejutan. "Apa kau yakin kabar itu benar, Carlos?" tanya mantan suami Emilia Pilscher tersebut.Carlos mengangguk. "Ini telah dirilis resmi berita kematiannya oleh kamar jenasah rumah sakit dan juga diterima pihak penjara. Jasad Emilia dimakamkan di Crimson Land Cemetery, tempat pemakaman milik penjara khusus untuk narapidana yang wafat ketika masih berada dalam masa hukuman," jawabnya tanpa emosi. Sejak dahulu Carlos justru membenci Emilia yang menurutnya munafik dan jahat."Antarkan aku ke tempat pemakaman yang kau sebutkan tadi, Carlos. Nanti mampirlah ke florist untuk membeli bunga duka cita!" ujar Tuan Arnold Ric
"Baby Girl, sore nanti aku ada pekerjaan memasak di rumah Annabella Stewart. Dia menggelar acara pesta ulang tahun!" ujar Morgan saat sarapan pagi bersama Celia dan Tuan Arnold Richero."Penyanyi terkenal itu ya? Baiklah, aku akan pulang ke rumah bersama sopir nanti dan tidak menunggu kau menjemputku!" jawab Celia ringan sambil menikmati waffle hangat berlumur selai stroberi.Morgan tersenyum lega karena Celia tidak cemburu mengetahui kliennya selebritis cantik yang masih belia. Dia pun tidak ingin berlaku tidak setia terhadap istrinya yang sedang hamil triplet. Pastinya akan sangat menyakitkan bila dia berselingkuh."Hari semakin siang, ayo kita berangkat ke kantor, Hubby!" ajak Celia lalu dia berpamitan dengan Tuan Arnold Richero.Pasangan suami istri yang sama-sama sibuk bekerja di kantor masing-masing itu berangkat dalam satu mobil. Morgan selalu mengantarkan istrinya terlebih dahulu sampai ke ruang kerja wakil presdir baru melanjutkan perjalanan ke kantornya sendiri.Sesampainya
Suara kecipak bibir saling beradu terdengar nyaring,beriringan dengan desah dan napas berat yang memenuhi ruangan. Hasrat merekameledak, seperti tak lagi bisa dikendalikan. Dari celah pintu VIP room HeraclesNight Club, sepasang mata basah menyaksikan semua itu.Celia berdiri kaku. Jemarinya mengepal erat hinggabuku-bukunya memutih, menahan luapan emosi yang nyaris meledak. Detikberikutnya, dia sudah tak peduli lagi.BRAK! Pintu mahoni itu terhempas keras,menghantam dinding dengan suara memekakkan.“Bravo, Esme dan Austin,” suara Celia terdengar sumbang,seperti tawa yang dipaksa keluar dari dada penuh luka. “Ternyata desas-desusitu bukan sekadar omong kosong, ya? Sudah berapa lama kalian main belakang dibelakangku, hah?!”Tubuhnya tegak, tangan bersedekap defensif, namun matanyamenyala marah menatap dua sosok yang kini panik dan setengah telanjang di atassofa.Esmeralda hanya menyunggingkan senyum. Gaunnya melorot,memperlihatkan bekas gigitan di dada putihnya, terlihat jej
Sentuhan panas di kulitnya membuat tubuh Celia bergetar.Kelopak matanya berat, tapi napas berat pria di atasnya terdengar jelas ditelinganya. Gerakannya perlahan namun mantap, hingga—"Aargh!" teriak Celia, tubuhnya menegang. Sakitmenyayat di antara pahanya saat sesuatu yang asing menerobos masuk.Morgan mematung sejenak. "Sial, kau masihperawan?" suaranya parau, tercampur rasa bersalah dan bingung. Ia takmenyangka wanita cantik yang ia pikir cuma pemuas malam itu ternyata belumpernah disentuh lelaki.Dia memicingkan mata, menatap Celia yang tampak kesakitan dibawahnya. Sekilas, rasa ragu muncul, tetapi hasrat terlalu mendominasi."Aku akan memberimu kompensasi besar," ucapnya cepat, sebelum kembalimembenamkan dirinya dalam tubuh gadis itu.Napas mereka berpacu. Morgan tidak bisa berhenti. Diamenyukai cara Celia memanggilnya dengan suara manja, “My Honey Bee,” di tengahkenikmatan. Baginya, dia seperti lebah jantan yang menemukan bunga palingsegar.Beberapa kali dia kembali
Morgan bangkit, tubuhnya telanjang hanya dibalut selimut.Tatapannya menyapu seisi kamar VIP yang kini kosong. Tak ada jejak wanita yangmenemaninya. Hanya bau parfum samar dan seprai kusut yang masih hangat.Di samping bantal, sebuah gelang emas bertatah permata hijaumemantulkan cahaya matahari pagi.Ia mengambil gelang itu. Inisial "CR" dan lambangmahkota kecil terukir di sana.Rahangnya mengeras. Ia menyimpan gelang itu ke dalam saku,lalu bangkit menuju kamar mandi. Setiap sabun menyentuh cakaran di dadanya, diahanya mendesis pelan, tanpa ekspresi.Begitu selesai, Morgan mengenakan kemeja yang sama dengansemalam, lalu mengambil ponsel."Alfons," ucapnya singkat ketika panggilanterhubung. "VIP Heracles. Jemput."Ia memutus sambungan dan menunggu. Tak perlu bicara lebihdari itu. Dia sudah menyusun langkah-langkahnya di kepala.Saat pintu diketuk, Morgan langsung membukanya."Penthouse. Sekarang.""Baik, Master Morgan," sahut Alfons, mengikutituannya.Dalam perjalanan, Morgan
"Tidak. Buat apa aku menyesali keputusankumeninggalkanmu, Austin?" suara Celia terdengar datar, tapi matanyamenyimpan badai. Pernikahan yang seharusnya menjadi miliknya telah direnggutdan digantikan oleh Esmeralda.Austin tersenyum sinis, mengira Celia hanya bersandiwara.Dia mencengkeram pergelangan tangan wanita itu. "Pembohong!" desisnyageram.Senyum Celia mengeras, menjadi garis tipis yang pahit."Lepaskan! Kau tak layak menyentuhku lagi," bentaknya tajam, menepistangan Austin yang menggenggam terlalu kuat."Kau masih mencintaiku, bukan? Perasaan sebesar itu takmungkin lenyap hanya karena satu malam—""Satu malam?" Celia menyela ucapan Austin cepat.Namun, tiba-tiba ingatan menyakitkan itu muncul, malam saat dia memergokiAustin dan Esmeralda di klub malam. Malam yang sama ketika ia terbangun diranjang asing, kehilangan kehormatan bersama pria misterius yang bahkan tak iakenal namanya.Matanya mulai berkaca-kaca.Austin salah paham. Mengira air mata itu untuknya, diamenar
"Hey, Celia. Seharusnya aku dan suamiku yang pergi berbulan madu, kenapa kau yang justru buru-buru terbang ke Bahama?" protes Esmeralda dengan nada meliuk-liuk. "Sudahlah, Esme Sayang. Kita pergi bulan madu kapan pun kau mau? Biarkan Celia memilih yang ingin dia lakukan," bela Austin. Dan istrinya langsung mendelik menatap dia.Celia pun angkat bicara. "Bagian terpentingnya, aku tak akan mengganggu kalian, bukan? Sudah waktunya aku berangkat ke bandara. Sampai jumpa ketika aku pulang jalan-jalan di Carribean Island!" Dia bangkit dari kursi makan lalu berpelukan dengan papa mamanya. Celia hanya melambaikan tangan sekilas ke arah pasangan pengantin baru itu sebelum menenteng tas tangannya menuju teras depan.Hari masih pagi sekali ketika Celia bertolak menuju ke Bahamas Island, pilihan pertamanya untuk bertamasya di Carribean Island. Fabio Hernandez mengawalnya selama berada di luar Kansas. Iklim tropis yang kaya akan sinar matahari membuat Celia serasa lahir baru setelah menghadapi b
"Baby Girl, sore nanti aku ada pekerjaan memasak di rumah Annabella Stewart. Dia menggelar acara pesta ulang tahun!" ujar Morgan saat sarapan pagi bersama Celia dan Tuan Arnold Richero."Penyanyi terkenal itu ya? Baiklah, aku akan pulang ke rumah bersama sopir nanti dan tidak menunggu kau menjemputku!" jawab Celia ringan sambil menikmati waffle hangat berlumur selai stroberi.Morgan tersenyum lega karena Celia tidak cemburu mengetahui kliennya selebritis cantik yang masih belia. Dia pun tidak ingin berlaku tidak setia terhadap istrinya yang sedang hamil triplet. Pastinya akan sangat menyakitkan bila dia berselingkuh."Hari semakin siang, ayo kita berangkat ke kantor, Hubby!" ajak Celia lalu dia berpamitan dengan Tuan Arnold Richero.Pasangan suami istri yang sama-sama sibuk bekerja di kantor masing-masing itu berangkat dalam satu mobil. Morgan selalu mengantarkan istrinya terlebih dahulu sampai ke ruang kerja wakil presdir baru melanjutkan perjalanan ke kantornya sendiri.Sesampainya
"Sir, saya mendapat kabar dari penjara Kansas City bahwa Emilia Pilscher tewas dalam perkelahian antar narapidana wanita. Wajahnya disiram air keras dan mengalami luka organ dalam serta patah tulang di beberapa bagian tubuhnya!" lapor Carlos Peron di kediaman Richero.Tuan Arnold Richero menghela napas dalam-dalam, antara kesedihan dan juga rasa tak percaya bercampur keterkejutan. "Apa kau yakin kabar itu benar, Carlos?" tanya mantan suami Emilia Pilscher tersebut.Carlos mengangguk. "Ini telah dirilis resmi berita kematiannya oleh kamar jenasah rumah sakit dan juga diterima pihak penjara. Jasad Emilia dimakamkan di Crimson Land Cemetery, tempat pemakaman milik penjara khusus untuk narapidana yang wafat ketika masih berada dalam masa hukuman," jawabnya tanpa emosi. Sejak dahulu Carlos justru membenci Emilia yang menurutnya munafik dan jahat."Antarkan aku ke tempat pemakaman yang kau sebutkan tadi, Carlos. Nanti mampirlah ke florist untuk membeli bunga duka cita!" ujar Tuan Arnold Ric
"Nona, sebentar lagi operasi bedah ortopedi untuk tulang-tulang Anda yang mengalami cedera serius akan segera dimulai. Saya akan menyuntikkan obat anestesi. Mohon kerja samanya!" ujar Dokter Clarissa Brown kepada Emilia yang terbaring di atas brankar ruang persiapan operasi."Baik. Silakan saja, Dok!" jawab Emilia pasrah. Tubuhnya hancur lebur setelah serangan Katlin Rookie cs. Rasa sakit semua jadi satu di sekujur tubuhnya sampai-sampai dia tak mampu membedakan sebelah mana yang lebih sakit.Suntikan jarum bius di pembuluh nadinya tak terasa sakit, tetapi efeknya langsung membuat Emilia hilang kesadaran total. Setelah proses pembiusan selesai, paramedis langsung mendorong brankar tersebut memasuki ruang OK di seberang lorong.Tim operasi ortopedi langsung mempersiapkan pembedahan dengan cekatan. Dokter Jennifer Chan yang dipercaya melakukan reparasi tulang yang patah di bagian telapak tangan Emilia baik yang kanan maupun kiri. "Tuliskan di kartu terapi pasien, tidak boleh menggunaka
"Olee ... olee ... olee!" Teriakan yel-yel penyemangat untuk para pemain sepak bola dua tim yang berlaga di lapangan hijau membahana di dalam Stadion Olimpico, kandang klub sepak bola raksasa di Italia yaitu AS Roma.Jeff dan Esmeralda yang duduk di tribun penonton membaur dengan para pendukung AS Roma ikut terbawa suasana penuh semangat. Suami Esmeralda mengenakan jersey klub favoritnya yang berwarna merah menyala. Dia ikut meniup terompet memberi dukungan pemain jagoannya di klub tersebut yang sedang menggiring sirkuit bundar sambil berlari kencang menuju gawang AC Milan. "Come on, Joseph Di Mario!" ujar Jeff dengan penuh harap agar atlet idola yang menjadi kapten AS Roma saat ini tersebut mampu menyumbang gol.Detik-detik menegangkan di depan gawang AC Milan disaksikan para pendukung AS Roma dengan penuh perhatian. Operan demi operan bola dilakukan untuk membuat sebuah terobosan menjebol gawang rival babak final scudetto malam ini. Hingga di menit 75, tendangan keras sang kapten A
Jeff menemani Esmeralda keluar masuk butik fashion brand ternama seperti Gucci, Balenciaga, Dolce & Gabana, dan Dior yang ada di Galeria Vittorio Emanuele II. Pusat perbelanjaan tertua di Milan yang berada di sebuah gang beratap ganda berlantai empat di jantung kota itu ramai dipadati turis dan penduduk lokal yang berlalu lalang sepanjang hari. Etalase kaca butik-butik dengan ornamen berwarna keemasan memberi kesan exclusive pada pusat perbelanjaan elit terbesar di Kota Milan tersebut.Kali ini Esme tahu diri untuk membayar sendiri barang-barang belanjaannya serta mencari ekspedisi pengiriman parcel internasional. Dia tak ingin merepotkan suaminya dengan beban kargo berlebihan. "Kau sungguh fashionista sejati, Esme. Semua barang pilihanmu bagus dan berkelas. Semoga jalan-jalan kita hari ini membuatmu terhibur!" ujar Jeff sambil menunggu petugas di kantor ekspedisi barang memproses barang-barang yang dikirim Esmeralda ke Kansas City."Hanya hari ini saja, Jeff. Maaf kalau aku sedikit
"Jeff, aku ingin kita kembali ke Santorini lain kali. Rasanya seminggu pun tak puas menikmati ketenangan serta keindahan negeri dewa dewi itu!" ujar Esmeralda saat pesawat yang ditumpanginya bersama sang suami lepas dari landasan Bandara Thira."Okay, kenapa tidak? Lain kali akan kutemani berkunjung ke Greece, Esme. Aku ingin sekali ke Italia karena ada liga calcio menjelang final match musim ini. Temani aku menonton pertandingan sepak bola ya?" balas Jeff sambil membelai rambut panjang istrinya yang tergerai.Esmeralda pun mengangguk patuh. Dia berkata, "Pengalaman baru untukku pastinya karena belum pernah menonton langsung pertandingan bola di stadion. Klub mana yang akan berlaga di babak final, Jeff?" "AS Roma FC versus AC Milan FC kalau yang kuikuti dari portal web olah raga, Darling. Itu dua klub besar asal Italia, kita akan menonton di Stadio Olimpico, kandang AS Roma. Aku menjagokan klub itu sejak awal musim berlangsung!" Jeff bercerita penuh semangat dengan mata berbinar-bina
"Chef, ada tamu mencari Anda!" ucap Lucy Marvin, sekretaris Morgan dari interkom mejanya."Ohh, siapa dia? Apa sudah membuat janji sebelumnya, Lucy?" jawab Morgan dengan alis terangkat. Sepertinya dia tak ada meeting dengan klien siang ini."Nona Annabella Stewart, Sir. Belum ada janji sebelumnya, bagaimana?" tanya Lucy seraya menatap wanita muda yang terkenal sebagai penyanyi populer masa kini itu.Morgan menghela napas lalu menjawab, "Biarkan dia masuk ke ruanganku, Lucy!" Sekretaris Morgan mematikan interkom lalu bangkit dari kursinya untuk mengantarkan tamu dadakan bosnya ke ruangan presdir. "Silakan, Nona Annabella. Ini ruang kantor Chef Morgan!" ucapnya sambil membukakan pintu."Thanks, Lucy!" tukas Bella singkat lalu dia masuk sendirian ke ruangan luas bermandikan cahaya matahari siang dari dinding kaca bening di dua sisi.Suara heels sepatu berhak 12 sentimeter itu mengetuk-ngetuk lantai kayu cokelat muda ruangan Morgan. Wanita berambut panjang bergelombang cokelat tua terseb
"Hai, Pemirsa. Pagi ini kita kedatangan bintang tamu spesial. Mari kita sambut bersama, Celia ... Richero!" seru Morgan di dapur studio stasiun TV K-Star.Musik rancak mengiringi langkah anggun Celia yang penuh senyuman bersemangat. Istri sang chef tampan sendiri yang menjadi bintang tamu program memasak kali ini. Morgan mengecup pipi dan kening istrinya lalu menatap wanita hamil itu dengan penuh cinta."Hello, Chef. Senang bisa bergabung denganmu di acara memasak pagi ini!" ujar Celia merdu. Penonton di studio memberikan tepuk tangan meriah dan juga siulan. Dengan percaya diri yang tinggi, Morgan pun mengarahkan acara memasak bersama istrinya."Jadi kita akan memasak Caramel and Coffee Cream Angel Cake. Istriku, jago sekali membuat adonan angel cake yang lezat dan empuk. Come on, Baby Girl ... tunjukkan pesonamu di dapur kita pagi ini!" Morgan merangkul bahu Celia lalu mempersilakan wanita bermata ungu itu menjadi penguasa dapurnya, dia akan berperan sebagai asisten koki kali ini.C
Suara sirine ambulans meraung-raung memasuki halaman depan rumah sakit. Mobil itu berhenti di depan poli IGD dan segera disambut beberapa tenaga paramedis.Dokter Alan Bowmann, presdir rumah sakit terkemuka di Kansas City baru saja akan memasuki mobil sedannya yang diparkir di tempat khusus dekat pintu masuk poli IGD. Dia mengurungkan niatnya pulang awal sore itu dan bergegas memeriksa kasus gawat darurat apa yang dialami pasien baru tersebut."Hahh, kau—Emilia Pilscher?!" Matanya melebar melihat wajah rusak terbakar zat kimia itu. Dokter Alan masih bisa mengenali sepasang mata hijau zamrud yang meminta tolong di hadapannya.Perawat poli IGD bertanya ke Dokter Alan Bowmann, "Dok, apa Anda mengenal pasien?""Dia pasienku beberapa hari yang lalu. Biarkan aku saja yang memeriksa kondisi Emilia!" seru panik dokter spesialis penyakit dalam itu seraya menyusul paramedis yang mendorong brankar masuk ke poli IGD.Segera Dokter Alan mengenakan kembali jas kerja warna putih miliknya lalu memeri